Minggu, 08 Februari 2009

Fisiologi Kerja

System – system tubuh yang terlibat
System Skelet ; Basic framework dari otot
System Cardiovascular ; nutrisi ke sel dan menyingkirkan waste products
System Cardiovascular & respirasi ; O2 ke cell & menyingkirkan CO2 dari cell
System Integument ; membantu memper -tahankan suhu tubuh

System Urinaria ; keseimbangan cairan dan elektrolit, juga pengaturan jangka panjang tekanan darah.
System Syaraf & Endokrin ; mengkoordinir & mengarahkan semua aktivitas ini sesuai kebutuhan tubuh.
Acute Physiological Responses to Exercise
Suhu, kelembaban
Cahaya & Noise
Waktu & jenis makanan



Cardiovascular response to Exercise :
HR, SV, CO.
Blood Flow.
Blood Pressure.
Blood.


Perobahan dalam darah pada waktu exercise
A – VO2 Diff. Meningkat.
Volume plasma menurun.
Haemoconcentration.
pH darah lebih asam ( 7,4 - 7,0 ) oleh peningkatan lactate darah.



Jenis Gerakan Otot :
Concentric.
Static.
Eccentric.


Selama melakukan exercise :
Produksi metabolic water , karena metabolic rate .
Kehilangan air , karena suhu tubuh , ekskresi air melalui ginjal .
Dehidrasi yang melebihi 2% dari BB  Prolonged physical performance sudah terganggu & suhu tubuh  sebagai respons terhadap dehydrasi.


Intestinal absorption:










Adaptasi terhadap latihan aerobic
Dalam otot.
Perobahan dlm sistem energi.
Perobahan dlm sistem cardiovasculer,
↟ sirkulasi ke & di dalam otot.
Adaptasi dlm otot:
Muscle fiber type ST 7 – 22 %  FT fibers.
Capillary Supply Number / fiber.
Number / cross sectional area of muscle.
Myoglobin content ↟ 75 – 80 %
Mitochondrial function Number.
Size.
Efficiency.
Oxydative enzymes ↟.
Adaptasi berhubungan dengan sumber-sumber energi
Otot lebih banyak menyimpan glikogen.
Juga lebih banyak menyimpan fat (triglyceride).
Aktivitas enzim – enzim yang terlibat dalam β oxydation lemak ↟ (FFA ↟)
Penggunaan lemak sebagai sumber energi ↟, sehingga menghemat pemakaian glycogen.




Cardiovascular Adaptations to Training.
Heart size.
Stroke volume.
Heart rate.
Cardiac output.
Blood flow.
Blood pressure.
Blood volume.
























Sex Differences
For the same amount of muscles, no differences in strength between the sexes.
♀ posses smaller muscle fiber cross-sectional areas than ♂
 less muscle mass.
Sex Differences
For the same rate of work, trained ♀ generally have cardiac outputs similar to those of comparability trained ♂, but this is achieved through higher heart rates & lower stroke volumes.
Sex Differences
Sex Differences
Resistance training  major increase in strength (20% - 40%), similar to ♂.
In ♀ these gains are due more to neural factors, because increase in muscle mass is generally small.
Aerobic training  major increase in endurance capacity ( VO2max increases of 10 – 40%)
Physiological responses to exercise in the heat
During exercise in the heat, the heat loss mechanisms complete with the active muscle for more of the limited blood volume. Thus, neither area is adequately supplied under extreme conditions.
Though cardiac output may remain reasonably constant, stroke volume may decline, resulting in gradual upward drift in heart rate.
Physiological responses to exercise in the heat
Oxygen uptake also increases during constant rate exercise in the heat.
Sweating increases during exercise in the heat, and this can quickly lead to dehydration and excessive electrolyte loss. To compensate, the release of aldosterone and ADH increases, causing sodium and water retention, which can expand he plasma volume.
Heat acclimatization
Repeated exposure to heat stress causes a gradual improvement in your ability to lose excess heat. This process of adaptation is called “heat acclimatization”.
With heat acclimatization, the rate of sweating increases in areas that are well exposed and are the most efficient at promoting heat loss. This reduces skin temperature, which increases the thermal gradient from the internal to external body and promotes heat loss.
Heat acclimatization
Stroke volume increases with the acclimatization. This aids delivery of more blood to the active muscles and skin when necessary.
Heat acclimatization reduces the rate of muscle glycogen use, delaying the onset of fatigue.
Heat acclimatization
Heat acclimatization requires exercise in a hot environment, not merely exposure to heat.
The amount of heat acclimatization attained depends on the conditions to which you are exposed during each session, the duration of exposure, and your rate of internal heat production.
Physiological responses to exercise in the cold
Shivering (involuntary muscle contractions) increases metabolic heat production to help maintain or increase body temperature in the cold.
Nonshivering thermogenesis accomplishes the same goal, but through stimulation of the sympathetic nervous system and by the action of hormones such as thyroxin and the catecholamines.
Physiological responses to exercise in the cold
Peripheral vasoconstriction decreases the transfer of core heat to the skin, thus decreasing heat loss to the environment.
Body size is an important consideration for heat loss. Both increased surface area and reduced subcutaneous fat facilitate the loss of body heat to the environment. So those who have a small surface area-to-body mass ratio and those with more fat are less susceptible to hypothermia.
Physiological responses to exercise in the cold
Wind increases heat loss by convection and conduction, so this effect, known as wind chill, must be considered along with air temperature during cold exposure.
Immersion in cold water tremendously increases heat loss through conduction. Exercise generates metabolic heat to offset some of this loss.
Physiological responses to exercise in the cold
When muscle is cooled, it is weakened, and fatigue occurs more rapidly.
During prolonged exercise in the cold, as energy supplies diminish and exercise intensity declines, a person becomes increasingly susceptible to hypothermia.
Physiological responses to exercise in the cold
Exercise triggers release of catecholamines, which increase the mobilization and use of free fatty acid for fuel. But in the cold, vasoconstriction impairs circulation to the subcutaneous fat tissue, so this process is attenuated.
Cold acclimatization
Knowledge is limited, has not been studied well.
Repeated exposure to the cold, may alter peripheral blood flow & skin temperatures, allowing greater cold tolerance.

ALAT-ALAT UKUR ERGONOMI

1. Antropometri
Alat ukur dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia.
Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu:
Antropometri statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
Antropometri Dinamis (fungsional)
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan peralatan.
Faktor sampel antropometri
Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
Rumpun dan Suku Bangsa
Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
Kondisi waktu pengukuran
Jenis Disain Peralatan Kerja
Design for extreme individuals
mengambil ukuran tubuh paling besar dan paling kecil dan pralatan dibuat dapat diubah ukurannya
Design for adjustable range
Merancang peralatan dengan pengelompokan tertentu
Design for average
Merancang peralatan berdasarkan rata-rata seluruh sampel pekerja
Contoh
2. Audiometri
Kegunaan Mengukur kepekaan pendengaran terhadap bunyi. Makin cepat dapat mendengar bunyi, berarti makin responsif. Ini berguna untuk memastikan pendengaran subjek masih cukup baik untuk menangkap isyarat bunyi, seperti alarm tanda bahaya di tengah-tengah dengung mesin kerja.
Alat Box kedap suara; audiometer (pembangkit bunyi) dengan berbagai tingkat frekuensi
Cara pengujian Subjek masuk ke box kedap suara. Dari luar, audiometer diatur untuk mengeluarkan bunyi dengan berbagai frekuensi Melalui headphone, subjek harus berkonsentrasi & memberi isyarat kapan dia mendengar & kapan tidak. Rekor mendengar tercepat dicatat & dibentuk jadi grafik.
3. Spirometri
Mengukur kapasitas hisap & hembus paru-paru. Biasa dipakai untuk tes kebugaran kardiovaskular juga. Tapi terutama dipakai untuk mengecek kesehatan pernafasan pekerja. Hasil baik-buruk dipengaruhi oleh gender, usia, berat & tinggi badan, serta jenis ras.
Alat Spiro-analyzer, yaitu pistol pendeteksi nafas yang terhubung ke komputer mini. Alat ini secara otomatis mengukur pola nafas subjek & mentransformasikannya ke bentuk grafik
Cara pengujian Subjek bernafas normal lewat pistol Spiro-analyzer yang dimasukkan ke mulut. Pada tarikan nafas yang keempat, subjek harus menarik nafas sedalam-dalamnya. kemudian menghembuskannya sekuat mungkin sampai habis. Grafik & angka yang terbaca lalu disesuaikan ke tabel referensi.
4. Uji Getaran
Kegunaan Mengukur apakah getaran mesin yang terpapar ke badan dapat ditoleransi, mengganggu kenyamanan, meningkatkan kelelahan, atau malah sudah mengganggu kesehatan.
Alat Gelang pengukur getaran
Cara pengujian Bagian tubuh yang bersinggungan langsung dengan getaran dari mesin dipasangi gelang pengukur. Angka yang terbaca dari gelang pengukur dicocokkan dengan tabel referensi. Angka sebaiknya tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
5. Uji Bising
Kegunaan Mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Uji ini juga merupakan pengukuran terhadap tingkat kebisingan yang mungkin tercipta dari suatu ruangan kerja.
Alat Sound Level Meter (SLM) & Noise Dosimeter
Cara pengujian Pada umumnya SLM & Noise dosimeter diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM.
6. Uji Debu
Kegunaan Ini bukan pengujian untuk pekerja, tetapi lingkungan kerja. Uji ini dipakai untuk mengetahui kadar debu total yang ada di udara tempat bekerja.
Alat Dust sampler (wadah penampung debu); Pompa hisap; & Desikator (kotak penyimpanan steril)
Cara pengujian Sampel debu dari ruang yang diukur diambil menggunakan dust sampler. Agar sampel debu dapat terambil ke wadah, dust sampler dihubungkan ke pompa hisap memakai selang silikon. Setelah jangka waktu tertentu pompa hisap dinyalakan, sampel debu telah menempel pada dust sampler yang kemudian dapat diteliti di laboratorium setelah sebelumnya disimpan lebih dulu dalam desikator
7. Uji Iklim
Kegunaan Ini juga merupakan pengujian untuk lingkungan kerja, yaitu pengujian berbagai jenis suhu yang terdapat pada suatu ruangan kerja.
Alat Termometer Arsman; Psikrometer; Termometer Globe
Cara pengujian Alat-alat tadi adalah pengukur suhu untuk berbagai keadaan. Teknik pengukuran suhunya cukup dengan meletakkan semua alat pada ruangan yang dimaksud. Termometer Arsman akan mengukur suhu basah alami dari ruangan. Psikrometer mengukur suhu basah & suhu kering ruangan. Sedangkan Termometer Globe mengukur suhu radiasi yang ada di ruangan. Kombinasi perhitungan suhu dari semua alat tersebut dapat dipakai untuk menentukan berapa lama seseorang diperbolehkan bekerja pada ruangan yang telah diuji iklimnya tadi.

Terapi dlm Keswa (kesehatan Jiwa)

Terapi
dr. Friedrich Lupini
Terapi dlm Keswa
Biofisik
Psikologik
Sosial
Rehabilitasi

Terapi Biofisik
Merupakan pilihan pertama,bila keadaan sakitnya masih akut/berat
Farmakoterapi / obat
TKL/ECT
Radiasi
Operasi
Terapi Psikologik
Baru dapat dilakukan bila pasien sudah tenang dan komunikatif
Psikoterapi
Terapi perilaku
Psikoanalisis
Konsultasi
Konseling
Terapi sosial
Banyak dilakukan dalam proses rehabilitasi
Terapi kelompok
Terapi keluarga
Terapi okupasi

Rehabilitasi
Tujuan untuk kesembuhan dan pemulihan fungsi
Rehabilitasi medik
Edukasional
Vokasional
Sosial

Terapi Kejang Listrik (TKL/ECT)
Masih merupakan alat th/ yang sangat bermanfaat sampai saat ini

SEJARAH
Skizofrenia dianggap tidak bisa bersamaan dengan epilepsi

Dr.Oliver memberi kampor peroral pada penderita melankolia  kejang-kejang  gejala menghilang  eksitus
Eduna memberi kampor 25 % i.m. pada penderita skizofrenia  kejang-kejang  gejala hilang  eksitus

Carletti dan Binni (1938) membuat kejang-kejang dengan arus listrik  pasien skizofrenia  terapi elektro shok ECT + monitor
Indikasi
Skizofrenia akut dan katatonia
Ggn afektif baik depresi maupun mania. Tu/ dgn gejala psikotik
Gangguan lainnya+ depresi

Kontra Indikasi
Absolut : tumor otak dan MCI
Relatif : hamil, ulkus peptikum,demam tinggi,epilepsi dan kelainan tulang
Persiapan TKL
Persiapan alat
Persiapan penderita
Pelaksanaan
Persiapan alat
Mesin TKL
Karet lunak, larutan garam/ pasta
Alkohol dan oksigen lengkap
Tempat tidur yang keras
Persiapan penderita
Puasa sejak pukul 22.00 s/d selesai
Pemeriksaan rutin : TD.Pols dll
Saat akan dilakukan , kandung kemih dan rektum harus dikosongkan dahulu, gigi palsu dilepaskan
Pelaksanaan
Penderita dibaringkan terlentang, pakaian dilonggarkan
Kening kiri dan kanan, pd pertemuan os frontalis dan os temporalis dibersihkan dgn alkohol  dioleskan dgn pasta atau larutan garam

Tempatkan karet lunak diantara kedua rahang  fiksasi
Fikasi persendian bahu, lutut, lengan dengan baik



Tentukan dosis pada alat  mvolt dan waktu
Elektroda ditempatkan kedua kening tombol ditkan dan alat akan mati sendiri sesuai dgn dosis yang telah ditetapkan tadi
Frekuensi TKL
1-2 x / hari pada keadaan akut
2-3x/minggu
Pemeliharaan 2-4 x / minggu
Jumlah dapat 10-20 x tergantung sikon si penderita
Komplikasi
Gangguan memori sementara
Fraktur/dislokasi
apnoe  sesudah kejang umum
Aspirasi pneumonia
Mati tiba-tiba 1/100.000

Fase-fase TKL
Fase laten : 2’’-5’’ tremor yg kuat
Fase tonik :10’’  kejang tonik seluruh otot
Fase klonik : 30’’  kejang klonik menyeluruh
Fase diam  belum bernafas dan belum sadar


Fase bernafas spontan
Fase sadar, tapi masih disorientasi
Fase tidur ½ - 1 jam
Fase sadar penuh

SKIZOFRENIA, GGAN SKIZOTIPAL, GGAN WAHAM. SKIZOFRENIA

Definisi : Suatu kumpulan gangguan yg mempunyai manifestasi berupa gangguan yg karateristik pada proses pikir, alam perasaan dan tingkah laku.
 Ggan proses pikir dgn adanya perubahan mengenai pembentukan konsep yg dpt menjurus menjadi misinterpretasi terhadap realitas dan kadang2 berupa waham atau halusinasi yg muncul sebagai perlindungan secara psikologik.

Perubahan alam perasaan termasuk respons emosional yg ambivalen, datar, tidak sesuai (inappopriate) dan kehilangan empati terhadap individu lain.
Ggan tingkah laku dapat berupa withdrawal regresif dan bizarre.
Penderita Skizofrenia dalam bentuk yg paling hancur  menarik dirinya kedalam dunia fantasinya sehingga adat istiadat, kebiasaan sosial dan perawatan terhadap diri tidak dihiraukan lagi oleh penderita.
Penyebab
1. Faktor organik :
a.Faktor genetik
b.Faktor biokimia
c.Faktor endokrin
d.Faktor toksik
e.Faktor neurologik

2. Faktor psikososial :
a. Faktor konflik intrapsikik
b. Defek dalam hubungan ibu dan anak.
c. Komunikasi patologik
d. Interaksi keluarga yg patologik e. Teori sosio kultural.

Perjalanan penyakit
 bervariasi, tidak selalu bersifat kronis atau memburuk (deteriorating) 
Berkelanjutan
Episodik dengan kemunduran progresif.
Episodik dgn kemunduran stabil.
Episodik berulang
Remisi tak sempurna
Remisi sempurna.


Gejala-gejala
Thought insertion, withdrawal, broadcasting.
Waham
Halusinasi
Inkohorentia, pembicaraan yg tidak relevan atau neologisme.
Perilaku katatonik: gaduh gelisah, fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor.
G/negatif : apatis, bloking, afek tumpul atau tidak wajar (inappropiate), penarikan diri dari pergaulan sosial, kinerja sosial menurun.
Tipe-tipe
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia hebefrenia
Skizofrenia katatonia
Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)
Depresi pasca skizofrenia
Skizofrenia residual
Skizofrenia simpleks.
SKIZOFRENIA PARANOID.
Tipe skizofrenia yg plng sering dijumpai.
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.
Gambaran klinis didominasi oleh waham, sering bersifat paranoid dan halusinasi, terutama hal.pendengaran dan ggan persepsi lainnya.
G/afektif, dorongan kehendak dan pembica-raan, dan G/katatonik tidak menonjol.


Selalu dijumpai ggan suasana perasaan (afektif) berupa iritabilitas,kemarahan yg tiba2, ketakutan, kecurigaan, tidak serasi.
Perjalanan penyakit : dapat episodik dgn remisi sebahagian atau sempurna, atau menjadi kronis.
Onset cenderung pada usia lb tua dari dp bentuk hebefrenia dan katatonia.
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.
Perubahan afektif tampak jelas, dangkal dan tak wajar.
Waham dan halusinasi mengambang dan terputus-putus (fragmentary).
Sering disertai cekikikan (giggling), rasa puas diri, senyum sendiri, sikap angkuh, tertawa menyeringai, mannerisme, mengi-bul secara seloroh, hipokondrik  sifat kekanak-kanakan.


Perilaku tak bertanggung jawab dan sulit diramalkan, menyendiri, tampa tujuan.
Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tak menentu, inkohorensia.
Onset biasanya umur 15 – 25 thn.
Pramorbid kepribadian pemalu, suka menyendiri.
Prognosa buruk karena gejala negatif sangat cepat berkembangnya.
SKIZOFRENIA KATATONIK
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.
Ggan psikomotor sangat menonjol, berva-riasi antara kondisi ekstrem hiperkinesis dan stupor.
G/: stupor, gelisahnegativisme, katalepsi, fleksibilitas serea, otomatisme.
SKIZOFRENIA TAK TERINCI (UNDIFFERENTIATED)
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.
Gejala tidak ada yg sesuai dgn tipe paranoid, hebefrenik ataupun katatonik.

DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA
Suatu episode depresi yg mungkin berlang-sung lama dan timbul sesudah suatu sera-ngan ggan skizofrenia, minimal 1 thn.
Beberapa G/skizofrenia harus ada, tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya.
G/depresi ini selalu diikuti dgn peningkatan unt bunuh diri.
G/ depresi harus menonjol dan menggang-gu, dan telah ada minimal 2 minggu.
SKIZOFRENIA RESIDUAL
Suatu stadium kronis dari skizofrenia yg lebih lanjut ditandai dgn gejala negatif yg panjang, walaupun belum tentu irreversibel.
G/negatif : perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif tak punya inisiatif, banyak diam, perawatan diri buruk, kinerja sosial buruk.
Keadaan ini sudah berlangsung 1 thn.
SKIZOFRENIA SIMPLEKS
Suatu kelainan yg tidak lazim dimana ada perkembangan yg bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidak mampuan unt memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh.
Waham, halusinasi tidak ada.
Dapat berkembang menjadi gelandangan, pendiam, malas, tanpa tujuan.
Penarikan diri secara sosial.

GGAN SKIZOTIPAL
Ggan yg ditandai secara khas oleh perilaku yg eksentrik, tidak dijumpai anomali skizo-frenia tidak pernah dijumpai, dan tidak ada ggan yg dominan dari salah satu G/ ini :
Afek yg tak wajar menyempit  individu tanpak dingin tak bersahabat.
Perilaku/penampilan yg aneh dan eksentrik.

Hub sosial yg buruk dgn orang lain, tendensi menarik diri.
Kepercayaan yg aneh atau pikiran magik, yg mempengaruhi perilaku yg tdk sesuai dgn norma2 budaya.
Kecurigaan/ide paranoid.
Pikiran obsesi yg sering tidak terkendali yg berisi seksual dan agresif.
Ada ilusi, depersonalisasi, derealisasi.



Pikiran sirkumtansialiti, penuh kiasan, sangat terinci dan stereotipik  pembica-raan menjadi aneh.
Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yg bersifat sementara dgn ilusi yg kuat, halusinasi pendengaran, gagasan mirip waham yg terjadi tanpa provokasi dari luar.
GGAN WAHAM
Kelompok ini ditandai secara khas oleh ber-kembangnya waham yg umumnya menetap dan kadang2 bertahan seumur hidup.
Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.
Tidak dijumpai G/ lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten.

Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang2 yg berkaitan dgn bentuk tubuh yg salah dijumpai pd usia muda.
Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dgn situasi kehidupan individu, mis waham kejaran pd kelompok minoritas.



Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yg berhubungan dgn wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.
Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.
IV.GGAN SUASANA PERASAAN (AFEKTIF)
Ggan suasana perasaan (Afektif)
A. Elasi Episoda mania : 1.Hipomania 2.Mania tanpa gejala psikotik
3.Mania dengan gejala psikotik

B. Depresi  Episoda depresi : 1.Episoda depresi ringan dengan atau
tanpa gejala somatik. 2.Episoda depresi sedang dgn atau tanpa
gejala somatik. 3.Episoda depresi berat tanpa G/psikotik. 4.Episoda depresi berat dgn G/psikotik
HIPOMANIA
Ggan suasana perasaan dan perilakunya menonjol, tanpa waham dan halusinasi dan derajatnya lb ringan dari mania.
Gejala-gejalanya:
Peningkatan ringan dari suasana perasaan yg menetap beberapa hari berturut-turut.
Peningkatan energi dan aktivitas, perasaan sejahtera yang mencolok.
Peningkatan kemampuan unt bergaul, ber-cakap, keakraban yg berlebihan, peningka-tan energi seksual dan pengurangan kebu-tuhan tidur.

Keadaan diatas tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat.
Kadang2 dijumpai lekas marah, sombong, perilaku tidak sopan dan mengesalkan.
Konsentrasi dan perhatian berkurang  tdk bisa duduk dgn tenang bersantai atau menikmati hiburan.
Agak suka menghamburkan uang/boros.
Gejala ini sudah harus ada beberapa hari berturut-turut.
MANIA TANPA GEJALA PSIKOTIK
Suasana perasaan meninggi tdk sepadan dgn keadaan individu, dapat bervariasi antara keriangan seolah-olah bebas dari masalah apapun sampai keadaan eksitasi yg hampir tak terkendali.
Energi meningkat aktivitas >>, bicara banyak, kebutuhan tidur berkurang.
Pengendalian kelakuan sosial terganggu.
Sulit mempertahankan perhatian.
Harga diri membubung, terlalu optimis dgn pemikiran2 yg serba hebat.

Membuat rencana2 yg tdk praktis, boros yi membelanjakan uang secara serampangan.
Menjadi agresif, bersifat cinta kasih.
Berkelakar pada suasana yg tdk tepat.
Mudah tersinggung, curiga.
Onset paling sering pd usia 15-30 thn.
Episoda ini sudah berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sehingga mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan biasa dan aktivitas sosial.
MANIA DGN GEJALA PSIKOTIK
Harga diri yg tinggi, gagasan kebesaran berkembang menjadi waham besar dan waham religius.
Curiga berkembang menjadi waham kejar.
Percepatan bicara , menjadi inkohorensia.
Aktivitas yg hebat menjurus kpd agresivitas.
Mengabaikan makan, minum dan kesehatan pribadi dapat  dehidrasi dan yg lainnya.
Waham, halusinasi dpt serasi atau tidak serasi.
EPISODE DEPRESI
Gejala meliputi :
A.1. Suasana perasaan depresif.
2. Kehilangan minat atau kegembiraan.
3. Berkurangnya energi  mudah lelah
walau bekerja hanya sedikit., aktivitas
berkurang.

B.1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang.
3. Gagasan ttg perasaan bersalah dan tak
berguna, bahkan pd episode yg ringan.
4. Pandangan masa depan yg suram dan
pesimistik.
5. Gagasan atau perbuatan membahaya-
kan diri atau bunuh diri.
6. Tidur terganggu.
7. Nafsu makan berkurang.



 Dpt terjadi anxietas, gelisah, agitasi pd kasus2 tertentu yg lb menonjol dari depre-sinya.
EPISODE DEPRESI RINGAN
Ada 2 dari G/ A dan 2 dari G/ B pada episode depresi yg sudah berlangsung selama 2 minggu.
Os biasanya resah, agak sukar meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial biasa, namun tidak berhenti berfungsi samasekali.
Dapat disertai atau tanpa gejala somatik.
G/ somatik yang ditemukan meliputi empat atau lebih gejala. Kalau kurang harus terlihat sangat berat.
EPISODE DEPRESI SEDANG
Ada 2 dari G/ A, dan 3-4 dari G/ B.
Sudah berlangsung minimal 2 minggu.
Disini terlihat os mengalami kesulitan yg nyata unt meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Dapat tanpa atau disertai dengan gejala somatik.
G/ somatik harus 4 atau lebih gejala, kalau kurang harus terlihat sangat berat.
EPISODE DEPRESI BERAT TANPA G/ PSIKOTIK.
Ada 3 G/ A dan 4 G/ B yg kelihatan berat.
Episode 2 minggu, kalau terlihat sangat berat bisa kurang dari 2 minggu.
Os sangat terbatas unt meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Os terlihat tegang, gelisah, harga diri yg hilang, perasaan diri tak berguna.
Bunuh diri merupakan hal yg sangat berbahaya.
G/ somatik selalu ada menyertai.

EPISODE DEPRESI BERAT DGN G/ PSIKOTIK
Gejala A dan B semuanya ada, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.
Waham meliputi ide ttg dosa, kemiskinan, malapetaka yg mengancam dan os merasa bertanggung jawab unt hal tsb. Waham ini dapat serasi atau tak serasi.
Halusinasi biasanya auditorik atau olfaktorik berupa suara yg menghina atau menuduh dan bau kotoran atau daging busuk.
Retardasi psikomotor s/d stupor.

Simtomatologi

TANDA & GEJALA
Gangguan pikiran
Gangguan persepsi
Gangguan psikomotor
Gangguan afek dan emosi
Gangguan ingatan
Gangguan intelegentia
Gangguan tingkah laku
GANGGUAN PROSES PIKIR
Pikiran adalah suatu fungsi yg tersusun dari kerjasama suatu ide dengan ide lainnya dengan membayangkan, menarik pengertiannya dan menarik kesimpulan dan proses-proses lainnya disertai pembentukkan ide yg baru

Pikiran yg normal terdiri dari arus ide yang terarah pada suatu tujuan akhir yang realistik
Gangguan proses pikir:
Gangguan arus/ jalan pikiran
Gangguan isi pikiran
Gangguan bentuk pikiran
Gangguan pikir yg dikuasai
GANGGUAN ARUS/ JALAN PIKIRAN
Flight of ideas
Inkoherentia
Inhibisi/retardasi pikiran
Sirkumtansialiti
Perseverasi
Bloking
Stereotipi

Flight of ideas
Pikiran yg mengalir dengan sangat cepat, sehingga satu kalimat dengan satu kalimat berikutnya tidak ada hubungannya

Dijumpai pada penderita mania, skizofrenia
Inkoherentia
Pikiran yg sangat-sangat cepat sehingga satu kata dengan satu kata lainnya tidak ada hubungannya

Dijumpai pada keracunan, delirium, skizofrenia, fatiq yg berat
Inhibisi/retardasi pikiran
Pikiran yg melambat disertai dgn ide-ide yg berkurang  sulit mengambil keputusan, konsentrasi dan perhatian berkurang

Dijumpai pada depresi, skizofrenia
Sirkumtansialiti
Pikiran yg dihasilkan secara lambat, berbelit-belit dan mendetail, namun sampai juga pada tujuan yang dimaksudkan

Dijumpai pada kepribadian epileptik, OCD, skizofrenia
Perseverasi
Arus pikiran yang berulang dan menetap, dimana seharusnya pikiran tersebut telah berhenti secara relevan

Dijumpai pada GMO, skizofrenia
Bloking
Penghentian yg tiba-tiba dari jalan pikiran

Dijumpai pada skizofrenia, ansietas, exhausted
Stereotipi
Pengulangan yg konstan dari pembicaraan atau aktivitas yg tak jelas tujuannya

Dijumpai pada skizofrenia
GANGGUAN ISI PIKIRAN
Waham
Hipokondria
Fobia/ phobia
Waham
Anggapan yg salah yg tidak tergoyangkan lagi oleh seseorang diluar jangkauan sosio-kultural dari masyarakat dimana individu tsb tinggal

Dijumpai pada ggn kepribadian, skizofrenia
Hipokondria
Individu terlalu mengkonsentrasikan dirinya secara abnormal pada badannya sendiri

Dijumpai pada depresi dan skizofrenia
Fobia/Phobia
Suatu perasaan takut yg patologis dan berlebihan terhadap suatu objek/situs yang spesifik
GANGGUAN BENTUK PIKIRAN
Dereism/ dereistic thinking
Autisme
Neologisme
Dereism /dereistic thinking
Pikiran yang tidak ada hubungannya dengan realitas

Dijumpai pada semua jenis psikosa
Autisme
Berpikir hanya di dunia dalamnya sendiri tanpa melihat hubungannya dengan realita yang ada
Neologisme
Menciptakan kata-kata baru yang menurut individu tersebut ada artinya

Dijumpai pada skizofrenia
GANGGUAN PIKIRAN YANG DIKUASAI
Obsesi
Thought insertion
Thought deprivation/ withdrawal
Thought broadcasting
Obsesi
Isi alam kesadaran yg menetap dan mendominasi pikirannya tanpa sesuatu sebab

Dijumpai pada OCD, depresi, skizofrenia dan GMO
Thought insertion
Penderita mengatakan pikiran lain/ asing memasuki pikirannya yang datang dari dunia luar

Khas untuk skizofrenia
Thought deprivation/withdrawal
Penderita mengatakan bahwa pikirannya tiba-tiba ditarik keluar oleh pengaruh asing

Khas untuk skizofrenia
Thought broadcasting
Penderita mengatakan, begitu dia sedang berpikir, orang lain juga berpikir yg sama dengan pikirannya tersebut

Khas untuk skizofrenia
GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi
Ilusi
Makropsia
Mikropsia

Halusinasi
Penginderaan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
H hypnagogic : halusinasi penglihatan / pendengaran sebelum tidur
H hypnapompic : halusinasi penglihatan/ pendengaran sesaat mau bangun
Ilusi
Adanya rangsang pada pancaindera yang disalah tafsirkan

Biasanya dijumpai pada keadaan emosi yang mengandung harapan yg besar atau yg mengandung ketakutan yg memuncak
Makropsia
Objek kelihatan lebih besar dari yg sebenarnya
Mikropsia
Objek yg dilihat lebih kecil dari yg sebenarnya

Keduanya dujumpai pada tumor lobus temporalis, epilepsi, kadang-kadang skizofrenia , penggunaan zat dan histeria
GANGGUAN PSIKOMOTOR
Psikomotor adalah perbuatan dan pergerakan yg dipengaruhi oleh keadaan jiwa yang dapat dilihat
Terdiri dari:
1.Echolali
2.Echopraksia
3.Stereotipi
4.Command automatisme


5.Katapleksi
6.Fleksibilitas cerea
7.Katalepsi
8.Grimas
9.Mimikri
10.Hipoaktif
11.Hiperaktif

Echolali
Mengulang-ulang perkataan orang lain
Echopraksia
Langsung menirukan pergerakan orang lain kepadanya
Stereotipi
Pergerakan berulang – ulang yang tidak bertujuan
Command automatisme
Mengikuti perintah secara otomatis tanpa dipikirkan lebih dahulu
Katapleksi
Tonus otot yg menghilang secara mendadak tanpa diikuti dengan kesadaran yg menurun, biasanya karena emosi
Fleksibilitas cerea
Mempertahankan posisi tubuh yang dibuat orang lain kepadanya
Katalepsi
Mempertahankan posisi badan tertentu yg tak dapat diubah oleh orang lain
Grimas
Mimik yang aneh dan berulang
Mimikri
Gerakan sederhana menirukan gerakan anak-anak
Hipoaktif
Menurunnya aktivitas
Hiperaktif
Hiperkinesis : tidak senang diam, agresif dan destruktif
Somnabolisme / sleep walking : aktivitas motorik sewaktu tidur
Kompulsi : impuls yg tidak dapat dikontrol yg mengakibatkan perbuatan yg berulang-ulang


Dipsomania: kompulsi minum alkohol
Kleptomania : kompulsi mencuri
Trikotilomania : kompulsi mencabuti rambut
Erotomania : kompulsi seksual yg patologis
Nymphomania: kompulsi koitus pada wanita
Satriasis : kompulsi coitus pada pria
Egomania: asik dengan diri sendiri


GANGGUAN AFEK DAN EMOSI
Afek adalah alam perasaan yg berlangsung lama
Emosi adalah alam perasaan yang berlangsung singkat
Dapat berupa:
Ansietas
Depresi
Hipertimia
Poikilotimia
Tak wajar/ tak serasi
Dangkal
Ansietas
Perasaan yg sangat tidak menyenangkan yg disebabkan ok adanya kecemasan dimana objek yg dicemaskan tidak jelas
Depresi
Perasaan sedih yg patologis
Hipertimia
Perasaan gembira diluar batas tanpa sebab-sebab yg objektif yg bisa berupa
Euporia: rasa gembira/ sejahtera yg abnormal
Eksaltasi : keyakinan diri yg berlebihan yg bersifat kebesaran tentang dirinya
Ekstasi: kenikmatan yg sangat mendalam disertai rasa sangat puas
Poikilotimia
Perasaan yg berubah-ubah dari suatu keadaan ekstrim yg lucu kepada keadaan ekstrim lain berupa cemas atau depresi
Tak wajar/ tak serasi
Alam perasaan yg tidak sesuai dengan isi pembicaraan / inappropiate
Dangkal
Alam perasaan yang datar/ tumpul

GGAN NEUROTIK, GGAN SOMATOFORM DAN GGAN YG BERKAITAN DGN STRES.

Terbagi menjadi
Ggan Neurotik
Ggan disosiatif (konversi)
Ggan somatoform.
Reaksi stres akut dan Ggan stres pasca trauma.
Gangguan Neurotik
Ggan anxietas fobik :
- Agora fobia
- Fobia sosial
Ggan panik (Anxietas paroksismal episode)
Ggan anxietas menyeluruh
Ggan obsesi kompulsi
GGAN ANXIETAS FOBIK
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yg jelas, tertentu dan dari luar individu yg sebenarnya secara umum tidak berbahaya.
Hal ini akan secara khusus dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.

G/: palpitasi, perasaan mau pingsan dan sering disertai dengan perasaan takut mati, takut kehilangan kendali dan takut menjadi gila, dan selalu disertai dengan keadaan depresi yg memperburuk keadaan fobiknya.

AGORA FOBIA
Adalah fobia atau takut terhadap ruang terbuka, takut terhadap orang banyak dan kesulitan unt segera menyingkir ketempat yg aman.
 takut meninggalkan rumah, takut akan pingsan dan ditinggalkan tak berdaya di-tengah orang banyak yg mengakibatkan anxietas dan perilaku menghindar yg kua-litasnya bervariasi.

Insiden : lb banyak wanita, onset dewasa muda.
G/depresi, obsesi, fobia sosial selalu menyertai keadaan diatas.

FOBIA SOSIAL
Onset sering pada usia remaja, frekuensi pria = wanita.
G/: takut diperhatikan orang lain dalam kelompok yg relatip kecil  menghindar dari situasi sosial seperti makan ditempat umum, berbicara didepan umum, menghadapi jenis kelamin lain, atau situasi sosial lainnya.
Ada perasaan takut muntah ditempat umum, beradu pandang dgn orang lain.

Harga diri rendahmalu (muka merah), tangan gemetar, mual ingin bak, dapat menjadi panik.
Cenderung menghindar dan menjurus ke isolasi sosial yang total.

GGAN PANIK (ANXIETAS PAROKSISMAL EPISODIK)
Adanya serangan anxietas yg berat (panik) yg berulang, yg tdk terbatas pada adanya situasi tertentu,  jadi tidak terduga.
Onset mendadak dalam bentuk : palpitasi, nyeri dada, perasaan tercekik, pusing kepa-la, perasaan tidak riil (depersonalisasi atau derealisasi).

Juga timbul rasa takut mati dan takut menja-di gila atau kehilangan kendali.
Serangan bisa hanya beberapa menit s/d waktu yang cukup lama.


Individu yg mengalami serangan panik sering ketakutannya semakin meningkat disertai gejala otonomik  meninggalkan tempat tsb.
Pada situasi yg speifik mis didalam bis, ditempat ramai individu akan menghindari situasi ini.

OK serangan sering tiba2  takut sendirian tu ketempat-tempat umum.
Serangan panik sering kali diikuti dgn keta-kutan yg menetap akan kemungkinan mengalami serangan lagi.

GGAN ANXIETAS MENYELURUH
Disini adanya anxietas yg menyeluruh dan menetap (bertahan lama) dan tidak terbatas pada keadaan lingkungan tertentu saja.
G/: tegang yg berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastrik.

Takut angota keluarga atau dirinya akan menderita sakit atau mengalami kecelakaan dalam waktu dekat.
Insiden lb banyak pada wanita dan berkaitan dgn stres lingkungan yg kronis.
Perjalanan penyakit berfluktuasi dan kronis.

GGAN OBSESIF-KOMPULSIF
Ciri utama : adanya pikiran obsesif atau tindakan kompulsif yg berulang.
Pikiran obsesional adalah gagasan, baya-ngan pikiran atau impuls yg timbul dalam pikiran individu secara berulang-ulang dalam bentuk yg sama, yg dirasakan mengganggu dan penderita berusaha unt menghilang-kannya tanpa hasil.

Tindakan kompulsif merupakan perilaku yg stereotipik, yg diulang berkali-kali, sangat tidak mengenakkan dan tidak bermanfaat.
G/ lain : ggan otonomik dan anxietas, pera-saan tertekan dan ketegangan psikis tanpa gejala otonomik yg jelas.


Depresi dan obsesif kompulsif sangat erat hubungannya.
Insiden pria = wanita, yg dilatar belakangi kepribadian anankastik yg menonjol.
Onset biasanya pada kanak2 atau dewasa muda.
Perjalanan penyakit, cenderung menjadi kronis.
GGAN DISOSIATIF (KONVERSI)
Kehilangan sebahagian atau seluruh dari integrasi normal seperti ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan pengha-yatan dan kendali terhadap gerakan tubuh.
Ggan ini bersifat psikogenik yg berkaitan dgn kejadian traumatik, problem yg tak dapat diselesaikan dan tidak dapat ditolerir, atau ggan dalam pergaulan.

Istilah konversi menunjukkan bahwa afek yg tdk menyenangkan yg timbul ok problema dan konflik yg tidak bisa diatasi diubah atau dikonversikan menjadi gejala2.
Onset berlangsung dgn mendadak dan cen-derung berakhir dari beberapa minggu s/d bulan.Kalau sudah berlangsung 1-2 thn, tanpa pengobatan biasanya resisten terhadap terapi.


Os seringkali menyangkal adanya kesulitan atau problem yg sebenarnya cukup jelas bagi orang lain.
GGAN SOMATOFORM
Ciri utamanya adanya keluhan gejala fisik yang berulang yg disertai dgn permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yg menjadi dasar keluhannya.


Meskipun onset dan kelanjutan dari gejala2 mempunyai hubungan yg erat dgn peristiwa kehidupan yg tidak menyenangkan atau konflik2, os biasanya menolak upaya unt membahas kemungkinan penyebab psiko-logis, bahkan bila anxietas atau depresi ditemukan.
REAKSI STRES AKUT
Suatu ggan sementara yg cukup parah yg terjadi pd seseorang tanpa adanya ggan jiwa yg lain yg nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yg luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.

Stressor : pengalaman traumatik yg luar biasa yg meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau orang yg dicintai mis bencana alam, kecelakaan, peperangan, serangan tindakan kriminal, perkosaan, kedukaan yg bertubi-tubi, kebakaran.


Resiko terjadinya ggan makin bertambah apabila ada kelelahan fisik atau faktor organik seperti usia lanjut.
G/: bengong, disorientasin sampai penarikan diri dari lingkungan s/d stupor. Atau dapat menjadi agitasi atau aktivitas yg berlebih.

G/ lain : berupa gejala otonomik yi takikardia, berkeringat, muka merah s/d anxietas panik.
G/ timbul beberapa menit setelah kejadian dan menghilang setelah 2-3 hari, seringkali dalam beberapa jam.

GGAN STRES PASCA TRAUMA
Adalah respon yg berkepanjangan atau tertunda terhadap kejadian atau situasi yg menimbulkan stres yang bersifat berat dan menakutkan, yg cenderung menyebabkan distres pada setiap orang.

Stressor: bencana alam, peperangan, kece-lakaan berat, menyaksikan kematian yg mengerikan, menjadi korban penyiksaan, terorisme, perkosaan.
Onset setelah beberapa minggu s/d bebera-pa bulan (< 6 bln) setalah terjadinya trauma.


Faktor predisposisi seperti ciri kepribadian kompulsif, astenik dapat memperberat keadaan.
G/ khas adanya episode dimana bayangan kejadian traumatik terulang kembali (flash back), atau dalam mimpi.

G/ lain: penumpulan emosi (membeku), menjauhi orang lain, tidak respons terhadap lingkungan, anhedonia, menghindari aktivitas dan situasi yg berkaitan dgn traumanya.
Dijumpai ketakutan dan penghindaran dari hal-hal yg mengingatkannya kembali pada trauma yg dialami.



Jarang terjadi : mendadak ketakutan, panik atau agresif.
Bisa terjadi kenekatan yg berlebihan, mudah kaget, tertegun, insomnia.
Anxietas dan depresi sering merupakan komplikasi disertai dengan ide tentang bunuh diri.

Penggunaan alkohol dan obat2an dapat merupakan komplikasi yang lain.

VI. SINDROMA PERILAKU YG BERHUB DGN GGAN FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK.
Terbagi menjadi
Ggan makan :
> Anoreksia nervosa
> Bulemia nervosa.
Ggan tidur non organik :
> Insomnia non organik
> Hipersomnia non organik
> Somnabolisme
Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh
ggan atau peny organik.
ANOREKSIA NERVOSA
Adalah suatu ggan yg ditandai oleh penuru-nan BB yg disengaja, yg dimulai dan diperta-hankan individu.
Insiden umumnya pada gadis remaja, wanita muda, dapat pada pria tp jarang.

Pedoman diagnostik :
BB tetap 15 % dibawah BB normal.
Pengurangan BB dilakukan sendiri dg meng-hindari makanan yg mengandung lemak, merangsang muntah, merangsang pengelu-aran makanan, olah raga berlebihan, kon-sumsi obat penekan nafsu makan atau diuretika.


Adanya distorsi citra tubuh(body image) dgn ketakutan gemuk yg terus menerus, menilai BB terlalu besar, memberlakukan ambang berat badan yg rendah bagi dirinya.
Ggan yg luas pd hormon endokrin  ameno-re pada wanita dan kehilangan minat dan potensi seksual pd pria.

Jika onset pd masa pubertas perkemba-ngan pubertas dapat tertunda bahkan ter-tahan.
Dapat diikuti gejala obsesi, depresi atau ggan kepribadian.

BULEMIA NERVOSA
Suatu sindrom yg ditandai oleh serangan berulang perilaku makan berlebih dan pre-okupasi berlebihan perihal BB nya, sehingga os menggunakan cara yg sangat ketat unt mengurangi efek menggemukkan dari makanan.
Caranya:muntah, pencahar, puasa berkala, obat2an penekan nafsu makan atau diuretika.

Insiden wanita muda dan remaja.
Bisa terjadi sebagai akibat dari anoreksia nervosa yg menetap yg membaik, yg menga-kibatkan pola makan yg berlebih disertai dgn muntah.

INSOMNIA NON ORGANIK
Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur yg buruk.
Ggan tidur minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal sebulan.
Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebih perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari.

Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yg keduanya menyebabkan berba-gai ggan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Merupakan G/ dari berbagai ggan jiwa.

HIPERSOMNIA NON ORGANIK
Tidur siang hari >> atau serangan kantuk yg hebat pada siang hari yg bukan ok kurang tidur, atau membutuhkan waktu yg lama unt mencapai siaga penuh saat bangun tidur.
Ggan tidur terjadi setiap hari selama 1 bulan yg menyebabkan ggan yg nyata pada fungsi sosial dan pekerjaan.

Sering disebabkan ggan afektif bipolar seperti depresi.
Bila faktor organik tidak ada, jelas ggan ini ok faktor psikogenik.

SOMNABOLISME
Suatu keadaan perubahan dari kesadaran, dimana fenomena tidur dan bangun ber-campur pada saat yg sama.
Selama episode somnabolisme berlang-sung, individu bangun dari tempat tidur, biasanya terjadi pada sepertiga awal dari tidur malam dan berjalan, memperlihatkan tingkat kesadaran, reaktivitas dan kemam-puan motorik yg rendah.

Penderita kadang2 meninggalkan kamar s/d keluar rumah resiko tinggi unt kecelakaan selama episode berlangsung.
Penderita dapat kembali dgn tenang ketem-pat tidur, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan pada waktu bangun keesokan hari-nya os biasanya tidak ingat peristiwa tsbt.

Insiden umumnya pada masa kanak2, kalau pada masa dewasa selalu disertai dgn ggan psikologis yang lain.
Tidak ada bukti terdapatnya GMO seperti demensia atau epilepsi.
DISFUNGSI SEKSUAL BUKAN DISEBABKAN OLEH GGAN ATAU PENY ORGANIK.
Disfungsi seksual meliputi berbagai cara dimana individu tak mampu unt melaksana-kan senggama sebagaimana yg diharapkan.
Dapat berupa
kurangnya minat,
kurangnya kenikmatan,
kegagalan respons fisiologis yg diperlukan
unt interaksi seksual yg efektif seperti
ereksi.
ketidakmampuan dalam mengendalikan
atau mengalami orgasme.

Mekanisme Pertahanan Ego (MPE)

Secara fisiologis manusia dilengkapi dengan ‘antibodi’  suatu sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit yg berfungsi melindungi tubuh dari penyakit

Secara psikologik manusia juga dilengkapi dengan suatu mekanisme pertahanan yg disebut sebagai ‘defense mekanisme’  dapat membantu melunakkan kekecewaan / menyesuaikan diri thdp tekanan-tekanan hidup

DEFINISI
Sekumpulan pola perasaan, pikiran atau perilaku yg bersifat involunter/ tidak disadari/ unconsious yg timbul akibat adanya bahaya psikik yg mengancam
TUJUAN
Penggunaannya adalah untuk melenyapkan konflik psikik / cemas/ distres yg mungkin timbul agar hilang dari kesadaran

Mekanisme ini tidak selalu diartikan sebagai suatu yg patologik, ok tidak jarang dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk hidup damai dengan dirinya sendiri




Banyaknya MPE yg dipakai setiap menghadapi stres, sampai dapat mengganggu taraf penyesuaian diri seseorang dapat dipakai sebagai indikator untuk menentukan derajat kesehatan jiwa seseorang.
KLASSIFIKASI
Narsisistik : berdasarkan diri sendiri (ego)
Immatur : tidak matang / belum dewasa
Neurotik : dibawa ke dalam suatu kecemasan
Matur : matang / dewasa

NARSISISTIK
Proyeksi
Denial
Distorsi
Proyeksi
Menyalahkan orang lain atas kelalaian/ kekurangannya atau menyalahkan orang atas dorongan/ keinginannya yg tidak dapat diterima oleh masyarakat umum
CTH: - mahasiswa kalah ujian  dosen
yg salah
- istri serong  ok suami impoten
Denial
Menolak mengakui yg sebenarnya betul
CTH : ibu meninggal  hanya tidur
Distorsi
Merubah realitas agar sesuai dengan kebutuhan dunia dalamnya
CTH : terbentuknya waham, halusinasi
IMMATUR
Acting out
Hipokondriasis
Bloking
Regresi
Introyeksi
Fantasi
Konversi

Acting out
Mengeluarkan keinginan yg tak sadar ke alam sadar secara langsung
CTH :suami marah  langsung pukul istri
Hipokondriasis
Pikiran tertuju kepada fungsi tubuh dengan mengatakan tubuhnya sakit yang gawat
CTH : bagian perut ada suatu tumor
Bloking
Penghentian arus pikir yg tiba-tiba
CTH : tiba-tiba diam seribu bahasa
Regresi
Mundur ke fase perkembangan yg telah dilalui yg terfiksasi
CTH : anak yg kembali ngompol
Introyeksi
Semua kekeliruan dibawa ke dalam diri sendiri
CTH : mahasiswa kalah ujian  ok salah sendiri
Fantasi
Khayalan yg memuaskan keinginan dan kebutuhan yg tidak dimiliki dalam realita
CTH : anak menghayal jadi superman
Konversi
Konflik psikologis diubah ke dalam dirinya menjadi keluhan fisik
CTH : wanita mandul  hamil
NEUROTIK
Represi
Displacement
Disosiasi
Isolasi/amnesia lakunaris
Rasionalisasi
Reaksi formasi
Represi
Menekan peristiwa tertentu dari alam sadar ke alam tak sadar
CTH : cemas berbuat seolah-olah tidak cemas
Displacement
Mengalihkan pikiran kepada bentuk yg lain dimana secara emosional pikiran tadi masih ada hubungannya
CTH : bawahan dimarah atasan  marah pd istri
Disosiasi
Mempunyai kepribadian yg berbeda dalam waktu yg sama
CTH : somnabulisme/ sleep walking
Isolasi / amnesia lakunaris
Menghilangkan suatu pikiran/ kenangan/ pengalaman dari alam sadar
CTH : wanita diperkosa tak pernah
Rasionalisasi
Mengalihkan segala sesuatu ke proses rasio yg bebas dari segala emosinya
CTH : mahasiswa ujian  pergi nonton dll
Reaksi formasi
Perilaku yg berlawanan dengan perasaan kita yg sebenarnya
CTH : benci binatang  penyayang binatang
MATUR
Altruisme
Supresi
Sublimasi
Humor
Antisipasi
Ascestisisme
Altruisme
Pelayanan yg berlebihan terhadap seseorang yg sifatnya membangun
Supresi
Menekan/ mengendalikan suatu pikiran / perasaan secara sadar
CTH : mau marah  tidak jadi
Sublimasi
Mengarahkan dorongan dari dalam dirinya kepada yg dapat diterima masyarakat
CTH : wanita genit  peragawati, penari
Humor
Ekspresi perasaan ditunjukkan tanpa menimbulkan rasa tidak senang orang lain
Antisipasi
Perencanaan untuk masa depan dalam menghadapi rasa tidak senang yg timbul dalam dirinya
CTH : asuransi
Ascetisisme
Menghilangkan perasaan yg menyenangkan yg timbul dari suatu pengalaman yg menyenangkan pula

KRITERIA DIAGNOSTIK PPDGJI III

I. GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Adalah gangguan mental yg mempunyai dasar organik yg patologis yg dapat diidentifikasi mis tumor otak, peny serebrovaskular, intoksikasi obat2an.
Ada 3 kelompok ggan ini yg gejala utamanya adalah ggan kognitif berupa ggan daya ingat, ggan berbahasa dan ggan perhatian yi:
Delirium
Demensia
Ggan Amnestik
A. DELIRIUM
G/utama: Ggan kesadaran,ggan kognitif.
G/mental: ggan mood,ggan persepsi, ggan perilaku.
G/neurologis: tremor, nistagmus, inkoordi-nasi, inkontinentia urine.
Onset mendadak:bbrp jam – hari.

Perjalanan peny singkat dan berfluktuasi.
Perbaikan cepat, bila penyebab teridentifi-kasi dan dihilangkan.
Faktor predisposisi: usila, anak2, cedera otak yg telah ada sebelumnya, ketergantungan alkohol, kanker, ggan sensoris dan malnutrisi.


Gambaran klinis: penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dgn penu-runan kemampuan unt memusatkan, mem-pertahankan atau mengalihkan perhatian yg berfluktuasi.
G/awal: kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi, mimpi yg menakutkan pada malam hari dan gelisah.

G/penyerta: ggan tidur-bangun, sering me-ngantuk pd siang hari, tidur terputus-putus dan singkat disertai mimpi yg menakutkan.
T/simptomatik, antipsikotik.
Prognosis: reversibel.

B. DEMENSIA
Suatu sindroma yg ditandai dgn berbagai ggan fungsi kognitif tanpa ggan kesadaran.
Fungsi kognitif yg terganggu: inteligensia umum, belajar, ingatan, bahasa, memecah-kan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial.

Ggan dpt progresif, statis, permanen dan reversibel bila diberi pengobatan tepat waktu.
Merup. Peny. Lansia, 50-60% menderita demensia tipe Alzheimer.


Penyebab : 75% demensia Alzheimer dan demensia vaskular, sisanya ok peny.Pick, peny.Huntington, peny.Parkinson, HIV, trauma kepala.

Gambaran klinis: Ggan daya ingat G/awal yg menonjol mulanya hanya pd peristiwa yg baru, seterusnya ingatan lama juga akan terganggu. Juga didapati ggan bahasa dan ggan orientasi.
G/neurologis: apraksia, agnosia, kejang2, nyeri kepala, pusing sampai pingsan.


Yg paling mengganggu pd keluarga adalah perubahan kepribadian Dapat menjadi introvert, waham paranoid yi memusuhi keluarga, mudah marah dan meledak-ledak, juga dapat dijumpai halusinasi.
Ggan mental lain : depresi, cemas, ggan afek tertawa atau menangis patologis.
T/ simptomatis.
C. GANGGUAN AMNESTIK
Ditandai dgn G/tunggal: Ggan daya ingat yg menyebabkan ggan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Paling sering ditemukan pd Ggan penggu-naan alkohol dan Cedera kepala.

Ggan daya ingat ditandai dgn ggan pada kemampuan unt mempelajari informasi baru (Amnesia anterograd) dan ketidakmampuan unt mengingat pengetahuan sebelumnya (Amnesia retrograd).


Daya ingat jangka pendek (short term memory), daya ingat segera (recent memory) biasanya terganggu juga.
Onset dapat tiba2 atau bertahap.
G/ dapat sementara atau menetap.

Pemulihan yg lengkap bisa terjadi pada Epilepsi lobus temporalis, ECT, penggunaan obat tertentu seperti benzodiazepin dan barbiturat.
T/ simptomatis.

II. GGAN. MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF.
INTOKSIKASI AKUT

Suatu kondisi peralihan yg timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi ggan kesadaran, ggan fungsi kognitif, ggan persepsi, ggan afek, ggan perilaku atau ggan fungsi respons psikofisiologis lainnya.

Selalu dikaitkan dgn peningkatan dosis, kec. pada kondisi organik tertentu seperti insuf-fisiensi ginjal atau hati yg dalam dosis kecil dapat menimbulkan intoksikasi yg berat.
Intensitas intoksikasi akut berkurang dgn berlalunya waktu dan akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi, kecuali ada jaringan yg rusak atau terjadi komplikasi yg lain.

G/ tdk selalu mencerminkan primer dari zat misalnya :
- zat depresan  agitasi, hiperaktivitas
- zat stimulan  penarikan diri, introvert.
- alkohol  dosis efek stimulan, dosis tinggi menjadi agitasi, agresi, pd dosis lb tinggi lagi malah menjadi sedasi.

SINDROMA KETERGANTUNGAN
Suatu kelompok fenomena fisiologis, perilaku dan kognitif akibat penggunaan suatu zat atau golongan zat tertentu yg menimbulkan keinginan yg kuat unt menggunakan zat psiko aktif baik yg diresepkan atau pun tidak, termsk menggunakan alkohol atau tembakau.

Khas: individu akan menunjukkan gejala tertekan, agitasi, tanda fisik lain bila zat dimaksud dihentikan.
Ada reaksi kompulsi unt menggunakan zat ketika individu berusaha unt menghentikan.

KEADAAN PUTUS ZAT
Sekelompok gejala dgn aneka bentuk dan keparahan yg terjadi pada penghentian pemberian zat secara absolut atau relatif sesudah penggunaan zat yg terus menerus dan dalam jangka panjang atau dosis tinggi.

Onset dan perjalanan putus zat biasanya waktunya terbatas, berkaitan dgn jenis dan dosis zat yg digunakan sebelumnya.
Keadaan putus zat dapat disertai dgn kejang.
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindroma ketergantungan.

GGAN BERHUBUNGAN DGN ALKOHOL
Ketergantungan alkohol paling sering.
Insiden usia 20 – 35 thn, pria > wanita.
Komorbiditas psikiatri: ggan kepribadian anti sosial, ggan mood, ggan kecemasan, percobaan bunuh diri.

Alkohol dpt mengurangi agora fobia, fobia sosial, tetapi dapat mengakibatkan ggan panik dan ggan cemas menyeluruh.
Efek fisiologis kerusakan Hati, sistem GI, peningkatan TD, disregulasi lipoprotein dan trigliserida, meningkatnya resiko MCI dan peny. Serebrovaskular lainnya.


Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernafasan dan kematian.
Putus alkohol 
- tremor  6-8 jam putus alkohol.
- waham dan halusinasi 8-12 jam putus alk
- kejang 12-24 jam putus alk.
- delirium  72 jam putus alk.
GGAN BERHUB DGN AMFETAMIN ATAU MIRIP AMFETAMIN
Amfetamin tersedia dlm bentuk dextro am-phetamine (Dexedrine), methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin).
Nama jalanan : Crack, Crystal, Speed, Ekstasi, Shabu dll.

Merupakan suatu stimulan dan psikostimulan yg digunakan unt meningkatkan daya kerja dan menginduksi perasaan euforia.
Merupakan zat yg adiktif, walaupun tidak sekuat Kokain.
Penggunaan dpt dgn per oral, i.v dan inha-lasi dgn onset kerja yg cepat.


Ketergantungan dapat menyebabkan penu-runan cepat kemampuan seseorang unt mengatasi kewajiban dan ketegangan yg berhubungan dgn pekerjaan dan keluarga.
Resistensi berlangsung dgn cepat.

Tanda fisik penyalahgunaan: penurunan BB dan ide-ide paranoid.
Intoksikasi amfetamin identik dgn intoksikasi kokain berupa ggan psikotik, yg menghilang setelah 24-48 jam.

Putus amfetamin  cemas, tremor, mood disforik, letargi, fatique, mimpi yg menakut-kan, nyeri kepala, keringat banyak, kram otot, kram lambung, rasa lapar yg tidak pernah kenyang. G/ memuncak dlm waktu
2-4 hari, menghilang dalam 1 minggu.

G/ putus amfetamin yg paling sering adalah depresi yg menjadi berat setelah penggunaan amfetamin dosis tinggi yg terus menerus yg dapat disertai dgn ide atau usaha unt bunuh diri.


Psikosis akibat amfetamin sangat mirip dgn G/ pd Skizofrenia paranoid terutama pada yg akut.
Pd dosis tinggi dan pemakaian jangka panjang, mengakibatkan disfungsi seksual.

Dosis tunggal dan kecil, 5 mg meningkatkan kesehatan, elasi, euforia, ramah, meningkatkan kinerja, penurunan kelelahan, anoreksia dan peningkatan ambang rasa nyeri.
ESO: MCI,hipertensi berat, peny.GI.
T/ simptomatis.

GGAN BERHUB.DGN KAFEIN
Kafein paling sering dalam bentuk kopi atau teh dan merup. zat psikoaktif yg paling banyak digunakan.
Satu cangkir kopi mengandung 100-150 mg kafein, teh 1/3 nya.

Dosis 100 mg dapat menginduksi euforia ringan, dan dosis 300 mg dapat meningkatkan kecemasan.
Dosis diatas 250 mg dapat mengakibatkan intoksikasi kafein dgn G/ : kecemasan, agitasi psikomotor, kegelisahan, iritabel, kedutan pd otot, kemerahan, mual, diuresis, ggan GI, insomnia, rasa geli pd ujung2 jari.


Konsumsi lebih dari 1 gram kafein pem-bicaraan melantur, bingung, aritmia jantung, kelelahan, agitasi yg jelas, tinitus, halusinasi penglihatan ringan berupa kilatan cahaya.
Komsumsi lebih dari 10 gram kafein ke-jang tonik klonik umum, gagal pernafasan dan kematian.
T/ simptomatis dan segera menghentikan mengkomsumsi kafein unt selamanya.
GGAN BERHUB DGN KANABIS
Kanabis berasal dari tanaman Canabis sativa
Cara pakai: dikeringkan, dirajah, digulung dan dihisap seperti rokok.
Nama lain = marijuana = ganja = grass = pot
Efek euforia, efek medis yg potensial sebagai analgesik, anti konvulsan dan hipnotik.

Efek fisik dilatasi pembuluh darah konjung-tiva (mata merah), takikardia ringan. Dosis tinggi  hipotensi ortostatik.
Pemakai berat  URI kronis, kanker paru.
Pemakaian jangka panjang ketergantu-ngan secara psikologis.





Intoksikasi Ggan persepsi, warna2 tampak lb terang, perlambatan waktu yg subjektif, depersonalisasi dan derealisasi.
8 – 12 jam setelah pemakaian  Ggan keterampilan motorik Ggan pengoperasian kenderaan bermotor dan mesin berat.

Efek tambah berat bila + alkohol.
Ggan lain: psikotik, cemas, depresi, hipo mania.
T/: simptomatis dan abstinentia selamanya.

GGAN BERHUB DGN KOKAIN
Kokain adalah zat yg paling adiktif yg sering disalah gunakan dan zat yg plng berbahaya.
Nama lain = snow = coke = girl = lady dll.
Berasal dari tanaman Erythroxylon coca dari Amerika Selatan, oleh penduduk setempat daunnya dikunyah unt mendapatkan efek stimulan.

Digunakan sebagai anastesi lokal unt bedah mata, hidung, gigi dll.
Pemakaian: inhalasi bubuk mel hidung, s.c, i.v dan menghisap seperti rokok.
 iritabilitas, Ggan berkonsentrasi, perilaku kompulsif, insomnia berat, penurunan BB.


Ggan psikiatri : depresi berat, ggan bipolar, ggan siklotimik, ggan kepribadian antisosial.
G/intoksikasi: agitasi, iritabel, ggan pertimbangan, perilaku seksual yg impulsif dan berbahaya, peningkatan aktivitas psikomotor menyeluruh, gejala mania. G/fisik: takikardia, hipertensi dan midriasis.

G/putus kokain depresi, anhedonia, disforia, cemas, iritabel, lelah, hipersomnolensia, kadang2 agitasi.
T/simptomatis dan abstinentia selamanya.

GGAN BERHUB DGN INHALASI
Adalah sindroma psikiatrik akibat pengguna-an pelarut, lem, perekat, pengencer cat dan bahan bakar.
Bahan2 ini tersedia secara legal, mudah didapat dan tidak mahal  pemakaian inhalasi tinggi dikalangan orang miskin dan anak2 muda.

Inhalan sangat cepat diserap melalui paru2 dan cepat dikirim ke otak. Efeknya tanpak dalam waktu 5 menit dan berlangsung selama 30 menit.


Intoksikasi apati, penurunan fingsi sosial dan pekerjaan, ggan pertimbangan, peri laku impulsif dan agresif. G/ fisik: mual, anoreksia, nistagmus, penu-runan refleks, diplopia. Dosis tinggi stupor, coma s/d kematian.
T/ simptomatis dan abstinentia selamanya.
GGAN BERHUB DGN NIKOTIN
Nikotin adalah zat yg bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin.
Sifat ketergantungan dapat berlangsung dgn sangat cepat, tetapi tidak sampai kepada penyalahgunaan.

Putus nikotin pencarian nikotin yg sangat kuat, ketegangan, iritabilitas, sulit konsen-trasi, mengantuk, penurunan denyut jantung dan tek darah, peningkatan nafsu makan dan BB, peningkatan ketegangan otot.


Dosis 60 mg kematian ok paralisis pernafasan. Rokok dosisnya 0,5 mg.
Toksisitas dosis rendah mual, muntah, salivasi, pucat, lemah, nyeri abdominal, diare, pusing, nyeri kepala, takikardia, keringat dingin, dan sukar berkonsentrasi.
T/simptomatis dan abstinentia selamanya.
GGAN BERHUB DGN OPIOID
Opioid = opiat berasal dari kata opium, yg didapat dari getah bunga Papaver somnife-rum yg mengandung 20 alkaloid opium dan morfin.
Hasil sintesisnya :
Heroin = diacethylmorphine.
Kodein = 3 methoxymorphine.
Dilaudid = hydromorphine.

Efek pada reseptor µ (miu)  analgesia, depresi pernafasan, konstipasi dan ketergantungan.
Efek pd reseptok κ (kappa)  analgesia, diuretika, sedasi.
Efek pd reseptor γ(gamma)  analgesia.



Pemakaian jangka panjang menyebabkan perubahan jumlah dan kepekaan reseptor opiat, yg merupakan mediator unt efek toleransi dan putus zat.
Komorbiditas dgn G/psikiatri yg paling sering adalah Depresi berat, Ggan berhub dgn alkohol, Ggan kepribadian antisosial dan Ggan kecemasan.

15% pengguna melak tentamen suicide.
G/ putus opioid : kram otot yg parah, nyeri tulang, diare berat, kram abdomen, rhinorea, lakrimasi, piloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi,takikardia, disregulasi temperatur bisa hipo atau hipertermia.


Intoksikasi opioid perilaku maladaptif seperti euforia awalnya, apatia, disforia, agitasi, retardasi psikomotor, ggan pertimba-ngan dan ggan fungsi sosial. Juga konstriksi pupil, dan pada over dosis berat dilatasi pupil ok anoksia mengan-tuk s/d koma, bicara cadel, ggan atensi atau daya ingat.

Putus opioid (morfin dan heroin):
dimulai 6 – 8 jam setelah dosis terakhir, biasanya setelah 1-2 minggu pemakaian kontinu atau setelah pemberian antagonis narkotik. Puncak sindroma pd hari 2-3, dan menghilang setelah 7-10 hari.


Penderita putus zat jarang yg meninggal.
G/penyerta putus opioid : gelisah, iritabel, depresi, tremor, lemah, mual dan muntah.
G/lain : delirium, ggan psikotik, ggan mood.
Cara penggunaan : per oral, intra nasal dihirup, iv atau sc.

Khusus pemakai iv  efek euforia yang tinggi yg segera dapat dirasakan, diikuti dgn G/ penyerta berupa rasa hangat, berat pada anggota gerak, mulut kering, gatal pada wajah terutama hidung, kemerahan pada wajah.

Bagi yg awam terhadap opioid iv  dysporia, mual, muntah. Dapat  depresi pernafasan, konstriksi pupil, kontraksi otot polos, konstipasi, perubahan tekanan darah, takikardia dan perobahan temperatur.

GGAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA

ILMU KESEHATAN JIWA

Dr.Friedrich Lupini
DEFINISI
ILMU KESEHATAN JIWA ADALAH : SALAH SATU CABANG KHUSUS ILMU KEDOKTERAN YANG MEMPELAJARI SELURUH ASPEK KEJIWAAN PADA MANUSIA ,BAIK DALAM KEADAAN SEHAT MAUPUN SAKIT.
ILMU PSIKOLOGI ADALAH : ILMU YANG MEMPELAJARI TINGKAH LAKU MANUSIA.
SEJARAH
S/D ABAD KE XVIII  KESWA GELAP.
JIWA DIKATAKAN DIPENGARUHI OLEH ORGAN JANTUNG, PERUT, GINJAL, DLL (ORGAN DI LUAR OTAK)
GGAN JIWA DIANGGAP OK PENGARUH MAGIK DAN MISTIK.

ABAD KE XIX “ DESCRATES ” MENGATAKAN ADA HUBUNGAN ANTARA JIWA - BADAN ; JIWA TEMPATNYA DI “OTAK”.

THN.1926 “ CANNON & BRITON “ MENEMUKAN ADANYA HUBUNGAN TALAMUS DGN EMOSI.

THN 1934 “ SAKEL “ MENEMUKAN INSULIN SEBAGAI OBAT TERHADAP GANGGUAN JIWA.

THN 1950 “ HAMMON & DELAY “ MENEMUKAN KLORPROMAZIN SEBAGAI OBAT GANGGUAN JIWA.

DI INDONESIA SEJAK DI UNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG POKOK KESEHATAN NO. 9 THN 1960 DAN UNDANG-UNDANG KESWA NO. 3 THN 1966 TERJADI PERUBAHAN YANG MENDASAR DARI PELAYANAN KESWA DARI “ CUSTODIAL CARE “ MENJADI “ MEDICO -PSYCHO - SOCIAL CARE “.

KESWA DI INDONESIA MEMAKAI DASAR PENDEKATAN “ EKLETIK HOLISTIK “ YI/ BAHWA SEMUA IKTISAR DIAGNOSA DAN TERAPI HARUS MEMPERHATIKAN 3 ASPEK YANG PENTING , YI/:
ASPEK ORGANOBIOLOGI KEDOKTERAN
ASPEK PSIKOLOGI KEDOKTERAN
ASPEK INTERAKSI SOSIOKULTURAL DAN KEDOKTERAN SOSIAL.

SIKAP EKLETIK ADALAH: SIKAP YANG MAU MENERIMA SEMUA FAKTA DAN KENYATAAN YANG BENAR DAN ADA HUBUNGANNYA DENGAN PENDERITAAN PASIEN.

SIKAP HOLISTIK ADALAH SUATU SIKAP YANG BERSUNGGUH HATI DALAM MEMANDANG KESELURUHAN DAYA DAN TENAGA MANUSIA SEBAGAI SEORANG INDIVIDU YANG UNIK DALAM PERJUANGANNYA UNTUK KESEMBUHAN DAN KESEHATAN JASMANI , JIWA YANG SESEMPURNA- SEMPURNANYA.

JADI DALAM MENGHADAPI PASIEN HARUS ADA KERJASAMA DENGAN DOKTER AHLI LAINNYA, AHLI NON KEDOKTERAN SEPERTI PEKERJA SOSIAL, PSIKOLOG, KRIMINOLOG, DLL DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK URGENSI.
PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWA
Dr Friedrich Lupini
ADA 2 FAKTOR:
FAKTOR PREDISPOSISI /PREDISPOSITION FACTOR
SESEORANG MEMPUNYAI BAKAT MENDERITA GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL.
FAKTOR PENCETUS /PRECIPITATING FACTOR
FAKTOR YANG DATANG DARI LUAR
MIS: KESEDIHAN,DLL.
1. PERADANGAN
PRIMER  Organ

SISTEMIK
2. KERACUNAN
KERACUNAN LANGSUNG PADA SISTEM SARAF,OK:

LOGAM : TIMAH, HG, ARSEN.
OBAT-OBATAN : MORFIN, KOKAIN, GANJA.
GAS : CO, H2S
3. TRAUMA KAPITIS
2 BENTUK:
OK TRAUMA  GMO (Gangguan Mental Organik)

NEUROSA TRAUMATIK
4. KEKURANGAN BAHAN PENTING BAGI TUBUH
OKSIGEN
MAKANAN
VITAMIN
TIDUR
5. KURANG MIMPI
20 % WAKTU TIDUR  MIMPI
MIMPI ADALAH PROSES FISIOLOGIS U/ HOMEOSTASIS INDIVIDU.
“ DEMENT “ : MENGGANGGU MIMPI SESEORANG 
LEMAS, MUDAH MARAH, SUKAR KONSENTRASI.
6. JENIS KELAMIN
GGAN JIWA BERAT : > PADA LAKI-LAKI
GGAN JIWA RINGAN : > PADA PEREMPUAN
7. KURANG / DIJAUHKAN DARI RANGSANG SENSORIK
CONTOH : BRAIN WASHING.
ISOLASI SENSORIK:
DALAM BEBERAPA JAM  CEMAS, GERAKAN MENURUN, SUKAR KONSENTRASI.
DALAM 72 JAM  WAHAM, HALUSINASI ( PENDENGARAN & PENGLIHATAN)
8. PENGARUH KELENJAR ENDOKRIN
CONTOH : PREMENSTRUAL TENSION.
 OK PENINGKATAN HORMON PROGESTERON SEBELUM HAID  GEJALA:
MUDAH MARAH / IRITABEL
MURUNG
SAKIT KEPALA
TAK SUKA BERGAUL
CEMAS, DLL.
9. FAKTOR UMUR
DI INGGRIS UMUR PALING SERING MENDERITA GANGGUAN JIWA :

PEREMPUAN : 25-35 TAHUN
LAKI-LAKI : 30-40 TAHUN
TENDENSI BUNUH DIRI : > 65 TAHUN.
10. FAKTOR TURUNAN / HEREDITER
”ROSENTHAL” PADA PENDERITA SKIZOFRENIA:

SAUDARA KANDUNG  3 – 14 %
SALAH SATU ORTU  6 – 16 %
KEDUA ORTU  15 -55 %
GENERASI KEDUA  2,5 %

” KALMANN ” PADA PENDERITA GGAN. AFEKTIF:

SAUDARA KANDUNG  22,7 %
KEMBAR SATU TELUR 100 %
KEMBAR DUA TELUR  25 %
11. FAKTOR BENTUK TUBUH / KONSTITUSI
” ERNST KRETSCHMER ”  TUBUH:
BENTUK PIKNIK : PENDEK, GEMUK, LEHER PENDEK, ANGGOTA GERAK KECIL  >> GGAN.AFEKTIF
BENTUK ATLETIK : TEGAP, BEROTOT
BENTUK ASTENIK : PANJANG, KURUS
BENTUK DISPLASTIK : BENTUK INFANTIL OK. GGAN.ENDOKRIN
 AD. 2 S/D 4  >> SKIZOFRENIA
12. PERKAWINAN
 GGAN. JIWA:

TIDAK KAWIN >> KAWIN
KASUS PERCERAIAN >>


13. PEKERJAAN
VIP : - PUAS THDP PEKERJAAN
- ADA PERSAHABATAN
- RASA DITERIMA DI TEMPAT
KERJA
PRODUKTIVITAS,KREATIVITAS ↑


CAPEK >>
CEMAS DLM PEKERJAAN
KOMPETISI TDK SEHAT
TAKUT GAGAL
PHK
DAPAT  GGAN. MENTAL
14. KEHILANGAN / BEREAVEMENT
KEHILANGAN ORG YG DICINTAI
ORG PALING DEKAT
IDOLA / CONTOH MODEL
 PERUBAHAN AFEK, BIASANYA DEPRESI SEBELUM TERJADI ADAPTASI YG BARU
PROSES INI DAPAT SAMPAI BERBULAN-BULAN ATAU TAHUNAN DAN DAPAT  PENYIMPANGAN TINGKAH LAKU YG PATOLOGIS
15. SIFAT AGRESIF
SIFAT AGRESIF TELAH ADA PADA MANUSIA DARI SEJAK LAHIR
SIFAT AGRESIF TIMBUL DARI DALAM DIRI SEBAGAI KEINGINAN U/ TUMBUH DAN MENGUASAI KEHIDUPAN, JADI TDK HARUS DISERTAI DGN DESTRUKTIF, NAMUN JIKA DORONGAN HIDUP INI DIHALANGI DALAM PERTUMBUHANNYA  KEMARAHAN, KEBENCIAN YG BERUBAH MENJADI DESTRUKTIF.

KALAU DI KONTROL DGN BAIK AKAN TERJALIN HUBUNGAN SOSIAL YANG BAIK DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN. KALAU TERGANGGU  SUKA MENYERANG, SIKAP BERMUSUHAN, PERUSAK DAN SUKA MARAH.

AGRESIF YANG NORMAL MEMERLUKAN PERLAWANAN. CONTOH: ORANGTUA YANG TERLALU MENURUTI ANAKNYA  ANAK TERSEBUT MENGARAHKAN SIFAT AGRESIF KE DALAM DIRINYA BERUPA SUKA MENGGIGIT JARI, DEPRESIF DAN TEMPERTANTRUM

MODEL PENINGKATAN MUTU ASKEP DENGAN EMPOWERMENT NURSING PROCESS DAN NURSES PERFORMANCE DI RUANG RAWAT INAP

MODEL PENINGKATAN MUTU ASKEP DENGAN EMPOWERMENT NURSING PROCESS DAN NURSES PERFORMENCE DI RUANG RAWAT INAP
PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang komplek, padat karia, padat pakar dan padat modal. Pelayanan di rumah sakit diberikan oleh tim multi disiplin, termasuk di dalamnya adalah tim keperawatan yang menurut aditama (2000) pelayanan keperawatan merupakan pemberi pelayanan terlama dan secara terus menerus, sehingga berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan rumah sakit. Mutu merupakan faktor keputusan mendasar dari pelanggan, yang menentukan adalah pelanggan bukan ketetapan penentu kebijakan atau ketetapan menegement.
Banayak pengertian tentang mutu ditulis dalam beberapa mutu adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan yang dapat memenuhi harapan pelanggan atau dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan penegertian tersebut tidak berbeda dengan beberapa interprestasi tentang mutu pelayanan keperawatan itu sendiri yaitu :
1. mutu adalah caring (heart of nursing) yaitu pelayanan keperawatan dengan penuh perhatian dan kepedulian 2. mutu adalah kepuasan yaitu sesuai dengan standard propesional 3. mutu adalah kontrol yaitu merupakan hal yang esensial dalam era persaingan 4. Mutu adalah tantangan yang harus dicapai dalam keperawatan. Pelayanan bermutu harus dilakukan oleh seluruh kariyawan dalam lingkkungan organisasi, oleh sebab itu harus di sadari atau menjadi suatu nilai yang diyakini oleh seluruh karyawan dalam organisasi tersebut untuk itu harus didukung dengan 1. Aturan yang jelas 2. Beri support pada manager atau seluruh karyawan untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu agar tetepa bertahan 3. Ciptakan lingkungan yang kondusip sehingga tujuan keperawatan yang merupakan bagian dari kinerja perawat dan penmenuhan fasilitas keperawatan itu tercapai 4. Situasi yang kooperatif akan membantu tercapainya tujuan antar bagian
MODEL PELAYANAN BERMUTU ATAU BERKUALITAS 1. VISI, MISI dan Model Pelayanan bermutu atau berkulalitas - Visi organisasi adalah nilai-nilai, aspirasi dan tujuan yang merupakan pernyataan mendasar - Ia merupakan suatu mimpi atau wujud organisasi yang akan datang. Nilai dan keyakinan adalah satu elemenpundamental dari visi - Misi akan memberitahukan tujuan organisasi sasarannya dan bagaimana strategi untuk memwujudkan mimpi organissasi di masa mendtang(visi). Misi merupakan faktor penting bagi arah dan kesepakatan didalam organisasi
- Dalam menentukan tujuan suatu organisasi atau tujuan departemen seyogyanya mencakup tiga hal yang harus dipertanggung jawabkan kualitasnya yaitu pelanggan: hasil pelayanan yang diberikan, kinerja: pemberi pelayanan serta kemungkinan mendapatkan untung hal tersebut dapat terlaksana jika manager berorientasi pada people-centerd approach yaitu
1. be humen dan menyenangkan orang lain 2. maintain an open-door policy 3. Jadi pendengar yang aktif 4. Bentuk super team 5. libatkan untuk membuat perencanaan 6Yakinkan bahwa hasil yang diharapkan adalah realistic dan dapat dikerjakan 7. Tekankan betapa efektipnya team-work antara pelanggan – karyawan dan organisasi
8. pahami staf anda, pergunakan pengetahuannya untuk membentuk tim yang efektif 9. Pahami individual feeling dan masalah – masalahanya 10. Dorong untuk mamapu bekerjasama dari pada penuh persaingan dan tunjukkan bahwa kita mampu bekerja sama walaupun mempunyai tujuan dan masalah yang berbeda
11. Bantu dan beri pengarahan 12. Pertahankan setiap team agar lebih berpungsi 13. dengerkan kedua belah pihak dan bersikaplah objektip 14. beri reward 15. pertahankan sikap positif dan atusius timbulkan sikap positif baik dari diri sendiri ataupun dalam team pertahankan sikap humor.
II. SISTEM MONITORING Kebijakan atau sesutu kegiatan tidak bertahan tampa dilakukan monitoring. Oleh sebab itu setelah dilaksanakan tiga kegiatan yang meliputi : management pelayanan keperawatan, management kinerja pemberi pelayanan jasa dan menegemt finansial. Untuk memonitor perlu ditentukan lebih dulu setandart dan indikator yang spesifik untuk melakukan pengukuran 1. pelayanan keperawatan dalam pemberian pelayanan kepereawatan berorientasi pada pencapaian hasil pelayanankeperewatan untuk mengetahui perlu ditentukan atau di sisin setandart pancapaian dan indikatornya
2. kenerja perawat untuk menentukan kinerja perawat berorientasi pada pemahaman pengetahuan dan keterampilan perawat yang akan ter aplikasikan dan kecepatan dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan 3. Financial pada segi financial beroreientasi pada kemungkinan mendapatkan untung seberapa baik organisasi menyiapkan sumber daya dalam memberikan pelayanan
III TENTUKAN PELAYANAN YANG AKAN DEBERIKAN DALAM KEGIATANNYA pada pelayanan keperawatan agar mudah memonitor tentukan lebih dulu pelayanan keperawatan yang akan diberikan, kegiatannya meliputi apa saja, baru tentukan standart dan indikatornya seperti halnya dalam satu bangsal tentukan lebih dulu: 1. karakteristik pelayanan yang diberikan 2. prosedur diagnistik dan terapeutik yang diberikan 3. tindakan dasar klinis: proses keperawatan, terapi intara vena terapi oksigen dsb 4. tentukan karakteristik.

IV. TENTUKAN INPORTANT ASPECT DARI SEGI PELAYANAN KEPERAWATAN KINERJA DAN KEMAMPUAN FINANCIAL Untuk menentukan critical dapat digunakan tiga katagori: 1. beresikotinggi: suatu keadaan yang kemungkinan besar kondisi buruk akan terjadi bisa juga mencakup legalitas organisasi pelayanan 2. Tingkat frekuensi kejadiannya tinggi 3. Adanya kecendrungan terjadi baik dari sisi perawat ataupun klien
V. TENTUKAN STANDART INFORTANT ASPECT DARI SETIAP KATAGORI PELAYANAN PERAWATAN, KINERJA DAN KEMAMPUAN FINANCIAL Standart pelayanan keperawatan. Keperawatan bertujuan 1. mempertahankan kesehatan klien 2. membantu mengembalikan kesehatan klien atau membantu klien fase terminasi dapat meninggal dengan penuh kedamaian 3. mencegah, mendeteksi dan mengobati penyakit serta mencegah komplikasi 4. memberikan kenyamanan 5. memaksimalkan kualitas hidup dengan meningkatkan kemampuan klien danmengadakan kerja sama.
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN 1. Mempertahankan kesehatan klien. 2. Membantu kesehatan klien. 3. Mencegah terjadinya komplikasi. 4. Memberikan kenyamanan. 5. Memaksimalkan kualitas hidup. 6. Membantu klien dari ketergantungan.
STANDAR PENCAPAIAN PELAYANAN KEPERAWATAN
Kemandirian (Self Care)
Keamanan (Savety)
Pengetahuan (Knowledge)
Kecemasan (Anxiety)
Kepuasan (Satisfaktion)
Kenyamanan (Comfort)

STANDAR PRAKTIK Praktik keperawatan berdasrkan pemberdayaan proses keperawatan meliputi: 1. pengkajian 2. perencanaan 3. implementasi 4. evaluasi STANDAR FINANSIAL Finansial diperlukan untuk mengimplementsikan tindakan keperawatan secara tepat, untuk mendapatkan hasil yang sesuai yang diharapkan, terfokus dalam: 1. resources 2. revenue 3. profit
Dari ketiga standar dapat disimpulkan sebagai berikut:
VI. MENENTUKAN INDIKATOR UNTUK MENGUKUR PENCAPAIAN STANDAR Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, sehingga indikator yang baik yang dapat untuk mengukur pancapaian standar yang telah ditentukan, dengan berorientasikan:
Apakah sudah dilakukan hal yang benar dan sesuai (dikaitkan dengan hasil pelayanan keperawatan pada klien)
Apakah sudah dilaksanakan dengan langkah yang benar (dikaitkan dengan kinerja perawat)
Apakah pembiyayaan yang ditentukan sangat minimal (dikaitkan dengan keuntungan)
Karakteristik Indikator:
Berdasarkan pengetahuan ataupun teknologi yang berasal dari literature ataupun praktik dalam organisasi.
Harus dipahami oleh seluruh individu yang terlibat dalam pemberian pelayanan.
Harus konsisten.
Mengacuh pada standar yang telah ditentukan.
VII. EVALUASI Sebelum dilakukan pendataan, lebih dulu ditentukan jadwal pelaksanaan disetiap katagori kegiatan, misal:
1. Pelayanan keperawatan.
Kemandirian
Keamanan
Pengetahuan klien
Kecemasan
Kepuasan
kenyamanan
2. Kinerja praktik keperawatan.
Pengakajian
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
a. Resources b. Revenue c. Profit

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Latar belakang
Dirintis 1956
Jakarta & bekasi mendagri, depkes & Depdikbud
UU no 4 ‘1979 pembinaan anak usia sekolah
Usia sekolah rawan kesehatan
Menanamkan pengertian & sikap hidup sehat
Institusi di masyrkat yg terorganisir dengan baik
Meningkatkan prestasi belajar
Efektif pendidikan
Wajib belajar


Definisi
Usaha kesehatan masyarakat yg dilakukan disekolah
--- anak didik & lingk.
Meningkatkan kemampuan hidup sehat --- membentuk perilaku hidup sehat
Program pembinaan
1. Di sekolah
2. Di luar sekolah
Pendekatan
KIM
Educative
Lingkup kegiatan
Pendidikan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Pembinaan lingkungan sekolah yg sehat
Prinsip pengelolaan
Peran serta aktif masykt. Sekolah
Kegiatan terintegrasi
Melaksanakan rujukan
Kolaborasi tim

Kegitan UKS
Pendidikan kesehatan disekolah; intra & ekstra
Pemeliharaan kesht. Sekolah; meningkatkan & menemukan secara dini
Lingkungan kehidupan sekolah; fisik, psikologis & sosial
Indikator keberhasilan
Peserta didik
Lingk. sekolah
Peran perawat
Pelaksana askep
Pengelola kegiatan uks
Penyuluh kesehatan

Fungsi Puskesmas
Pely. Kesehatan
Pembina teknis
Koordinasi

Pelayanan dasar UKS
Penigk. Kesehatan; kebersihan perorangan, keteladanan sekolah
Pencegahab; Imunisasi, pengawasan air, pem. Periodik, penjaringan kesehatan
Penyembuhan & pemeliharaan; penyuluhan, pengobatan ringan, penanganan anemia gizi
Penatalaksanaan; pemb. Teknis & pengurus sekolah, pertemuan komunikasi, pencatatan & pelaporan

Terima Kasih

TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN TERHADAP MOBILISASI DINI PASCA OPERASI SEKSIO CAESARIA DI RSUD DR RM DJOELHAM BINJAI

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,1993). Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Mochtar, 1992).Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Seksio sesarea berhubungan dengan peningkatan 2 kali lipat risiko morbiditas dan mortalitas ibu dibandingkan pada persalinan vaginal.11 Kematian ibu akibat risiko operasi caesar itu sendiri menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan. Serikat pada tahun 1965 sampai dengan 1978 dilaporkan bahwa angka kematian ibu terjadi satu di antara 1.635 operasi. ditegaskan bahwa hanya setengah dari kematian tersebut benar-benar disebabkan langsung dari operasi caesar.(Petitti, 1983).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka masalah penelitian yang akan diidentifikasi adalah bagaimana pengetahuan klien terhadap mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria di RSUD Dr RM Djoelham Binjai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGETAHUAN
2.1.1. Pengertian pengetahuan
Pengertian pengetahuan menurut Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah hasil tahudari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran rasa, dan pereba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over bihoviur).

MOBILISASI DINI
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,1993).Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi mula – mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper,1996).
BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep.
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan klien terhadap mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria di RSUD Dr RM Djoelham Binjai. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Dr. Soekidjo Notoatmojo, 1998). Dan Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,1993). Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Mochtar, 1992).

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :Pengetahuan klien terhadap mobilisasi dini Pasca operasi seksio caesaria
abdomen (sectio caesaria abdominalis)
Vagina ( section caesaria vaginalis)
Skema 1: Pengetahuan klien terhadap mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria
BAB IV METODELOGI PENELITIAN

Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif murni dengan tujuan mengetahui tingkat pengetahuan klien terhadap mobilisasi dini pasca seksio caesaria di RSUD Dr RM Djoelham Binjai.

Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah klien yang pasca operasi seksio caesaria di RSUD Dr RM Djoelham Binjai dengan jumlah populasi 30 orang.
Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang pasca operasi seksio caesaria di RSUD Dr RM Djoelham Binjai dengan jumlah sampel 30 orang.

Etika Penelitian
Dalam penelitian ini mendapat rekomendasi dari Ka.Prodi Ilmu Keperawatan DELI HUSADA Delitua setelah disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II selaku pembimbing penelitian. Kemudian permintaan secara tertulis kepada Direktur..
Kemudian penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut :
Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent) saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden.
Anonymity (tanpa nama)
Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol saja.
Confidentiality (kerahasiaan)
Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.

Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah suatu alat pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/orang banyak (Notoatmodjo, 2002). Kuesioner yang sudah disusun secara terstruktur dan dibuat sendiri oleh penelitian berdasarkan konsep teoritisnya yaitu kuisioner yang terdiri dari 3 baagian
kuisioner yang berisi data demografi pasien yang meliputi Umur, Jenis Kelamin, Agam , Suku, Pendidikan, penghasilan, Status perkawinan,
Kuisioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan yaitu, pengetian, Manfaat, Tujuan cara dan pelaksanaan kuisioner terdiri dari 5 pertanyaan, penilaian dengan menggunakan sekala guttman. Dalam kuisioner terdapat pertanyaan positif dan negative untuk pertanyaan positif jawaban Ya sekor 2 dan untuk menjawab pertanyaan tidak sekor 1 sebaliknya untuk pertanyaan negative jawaban ya sekor 1 dan untuk pertanya tidak sekor 2 dengan total skor tertinggi 10.

Pengolahan Data
Dalam pengolahan data dan langkah-langkah yang akan dilakukan diantaranya
4.7.1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan (Hidayat, 2007).
4.7.2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : Kode o jawaban salah, kode 1 jawaban benar (Hidayat, 2007).
4.7.3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.
4.7.4. Cleansing (Pembersihan data)
Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.

Analisis Data
4.8.1. Univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan setiap variabel secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing- masing variabel.
4.8.2. Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu independent dan dependen. Hal ini berguna untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Analisis ini menggunakan uji korelasi Kendal Tau. Teknik ini digunakan untuk membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data variabel berbentuk ordinal dan ordinal. Apabila p value < dimana =0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2006).
Rumus Kendal Tau yaitu:
: Koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1<<1)
A : Jumlah rangking atas
B : Jumlah rangking bawah
N : Jumlah anggota sampel

STRUKTUR DAN PERSEBARAN PENDUDUK

I. PENDAHULUAN
STRUKTUR DAN PERSEBARAN PENDUDUK
DINAMIKA KEPENDUDUKAN (CHANGE IN POPULATION)
KOMPOSISI PENDUDUK (POPULATION COMPOTITION)
BESAR DAN PERSEBARAN PENDUDUK (SIZE & POPULATION DISTRIBUTION)

I. PENDAHULUAN…lanjutan
Maksud dan tujuan :
1. Mengetahui SDM (umur dan jenis kelamin)
2. Kebijaksanaan kependudukan
3. Membandingkan keadaan penduduk
4. Mengetahui proses demografi (melalui piramida penduduk)
II. KOMPOSISI PENDUDUK
PENGELOMPOKAN PENDUDUK :
1. BIOLOGIS (Umur dan jenis kelamin)
2. SOSIAL (Tingkat pendidikan, status perkawinan)
3. EKONOMI (Pekerjaan dan tingkat pendapatan)
4. GEOGRAFIS (Tempat tinggal: kota/desa)
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
Berdasarkan ciri-ciri biologis
a. Umur
Distribusi umur satu tahunan dan lima tahunan
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan

II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
2. Berdasarkan ciri-ciri sosial
a. Tingkat pendidikan
- Kepandaian membaca dan menulis
Angka buta huruf :
Banyak pddk 10 tahun ke atas yg buta huruf
x 1000
Banyak pddk 10 tahun ke atas
- Tingkat pendidikan yang ditamatkan
b. Status perkawinan
Kawin, belum kawin, cerai, duda/janda
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
3. Berdasarkan ciri-ciri ekonomi
Meliputi lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan.
4. Berdasarkan ciri-ciri geografis
- penduduk yg tinggal di kota
- penduduk yg tinggal di desa

II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
KONSEP, DEFENISI, UKURAN-UKURAN KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
a. Umur tunggal (Single age)
Umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya disebut single age.
Kecenderungan orang menyenangi umur- umur dengan angka 0 atau 5 disebut age heaping.
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
b. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Rumus :
jmlh penduduk laki-laki
Sex Ratio = x 100
jmlh penduduk perempuan
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
Sex Ratio dipengaruhi oleh :
1. Sex Ratio at Birth: perbandingan laki-laki dengan perempuan pada saat lahir.
2. Pola mortalitas: perbandingan jumlah kematian laki-laki dengan perempuan
3. Pola migrasi
Sex ratio > 100 : penduduk laki-laki lebih banyak
Sex ratio < 100 : penduduk perempuan lebih banyak
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
c. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64)
Rumus:
P (0-14) + P (65+)
x 100
P (15-64)
II. KOMPOSISI PENDUDUK…lanjutan
d. Umur Median (Median age)
Umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian pertama lebih muda dan bagian kedua lebih tua daripada umur median.
Guna umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu.
III. PERSEBARAN PENDUDUK
Geografis
Penduduk dunia secara geografis tersebar di lima benua. Penduduk Indonesia tersebar secara tidak merata di beberapa kepulauan besar dan kecil.
Administratif dan Politis
Secara administratif dan politis penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi; kemudian tiap propinsi dibagi dalam kabupaten, kecamatan dan desa (kelurahan).
IV. PIRAMIDA PENDUDUK
Komposisi umur dan jenis kelamin suatu penduduk secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk.
Cara penggambaran piramida penduduk:
Sumbu vertikal untuk distribusi umur
Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk dapat absolut maupun persentase
Dasar piramida dimulai untuk umur muda (0-4) tahun, semakin ke atas untuk umur lebih tua
Puncak piramida untuk umur tua dibuat dengan sistem ‘open end interval’, artinya untuk umur 75, 76, 77, 78, dst cukup dituliskan 75+.
IV. PIRAMIDA PENDUDUK…lanjutan
Bagian sebelah kiri untuk penduduk laki-laki dan sebelah kanan untuk penduduk perempuan.
Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompok umur harus sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur umur penduduk:
Fertilitas
Mortalitas
Kematian bayi/infant mortality
Migrasi
IV. PIRAMIDA PENDUDUK…lanjutan
Ad.1. Jika angka kelahiran (CBR) meningkat maka dasar piramida penduduk akan menjadi lebih panjang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebaliknya akan terjadi dasar pramida yang lebih pendek jika angka kelahiran menurun.
Ad.2. Jika mortalitas untuk setiap kelompok umur meningkat maka terjadi penciutan diagram balok piramida pada setiap kelompok umur, bentuk ‘slope’ piramida akan semakin curam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

IV. PIRAMIDA PENDUDUK…lanjutan
Ad.3. Kematian/Mortalitas bayi (Infant Mortality) yang dihubungkan dengan reproduksi. Jika kematian bayi perempuan berkurang berarti mereka yang akan memasuki usia reproduksi semakin bertambah, akibatnya ada kecenderungan angka kelahiran (fertilitas) bertambah.
Ad.4. Migrasi biasanya terjadi pada kelompok umur-umur dewasa. Jika migrasi masuk lebih besar dibandingkan dengan migrasi keluar pada kelompok umur dewasa maka akan terjadi pembengkakan pada bagian tengah piramida penduduk dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
IV. PIRAMIDA PENDUDUK…lanjutan
TIGA CIRI PENDUDUK
Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri, yaitu:
Expansive : sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda. (Indonesia)
Constrictive : sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda. (Amerika Serikat)
Stationary : Banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama banyaknya, dan mengecil pada usia tua kecuali pada kelompok umur tertentu. (Swedia)

asuhan keperawatan FRAKTUR

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat.
B. Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki - laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
C. Jenis fraktur
1. Complete fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed frakture ( simple fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
3. Open fracture ( compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.

Pemeriksaan
Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain ( rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut ).

Penatalaksanaan
Segera setelah cidera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cidera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.

penanganan fraktur meliputi :
Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.

Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku. Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan fraktur.
Gejala
Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang yang terkena digerakkan. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri. Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya.
PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan.

Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna.Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).