Rabu, 10 Juni 2009

RENUNGAN HATI TENTANG NAFSU

NAFSU
Nafsu arti bahasanya adalah ada. Nafsu berarti adanya. Menurut kaum sufi, kata ini kita pake bukan untuk dimaksudkan untuk menunjukkan sesuatu yang ada, juga bukan gumpalan tema. Mereka menggunakan untuk menunjukkan suatu penyakit dari sifat-sifat hamba atu akhlak-akhlak dan perbuatan-perbuatan yang tercela. Kemudian dijelaskan bahwa penyakit dari sifat-sifat hambaterbagi menjadi dua macam. Pertama sebagai hasil dari perbuatan, seperti kemaksiatan dan penentangan. Kedua, akhlak buruk yang bersumber dari nafsunya yang tercela. Jika salik berubah mengobati dan menghilangkannya, dia dapat melakukannya dengan mujahadah (berjuang) secara terus menerus, yaitu memerangi kecendrungan nafsu pada setiap kelezatan dan lari dari setiap yang dibenci.
Bagian pertama merupakan suatu yang dilarang, yaitu larangan yang bersifat perharaman. Sedangakan bagian kedua merupakan akhlak jelek dan kotor. Ini adalah batasan –batasan secara global. Rinciannya seperti yang tampak dalam contoh-contoh akhlak tercela berikut ini, yaitu seperti sombong, marah, dendam, hasud, akhlak yang jelek, sedikit bertanggung jawab, dan sebagainya.
Nafsu yang paling buruk adalahyang menghayalkan bahwa sesuatu yang buruk adalah baik, atau menganggapnya wajar dan patut mendapatkan tempat. Oleh karena itu, tingkat kebusukan nafsu semacam ini sebagai sirik yang samara. Pengobatan yang terbaik untuk penyakit ini adalah memandulkan nafsu dan menghancurkannya. Tehik penghancurannya yang paling sempurna adalah dengan pembiasaan lapar, haus, sedikit tidur, dan berbagai jenis amalan yang berat, keras dan mengandung kekuatan yang mampu melumpuhkan nafsu.
Nafsu sipatnya lembut dan halus. Letaknya dalam satu sisi hati sebagai barang titipan, yaitu pada bidang yang memang khusus untuk akhlak-akhlak berpenyakit. Demikian juga ruh yang lembut, letaknya dalam sisi hati (yang lain) yang memang merupakan akhlak yang terpuji. Dalam bentuknya yang umum, terkadang sebagian menundukkan sebagian yang lain. Akan tetapi, semuanya tetap dalam satu tempat, yaitu satu manusia. Ruh dan nafsu merupakan jasad-jasad lembut dalam bentuknya seperti malaikat dan setan dari sisi sifat kelembutannya.
Seperti halnya matasebagai tempat penglihatan, teling tempat pendengaran, hidung tempat penciuman, dan mulut tempat merasakan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan system sebagai formula lengkap keberadaan manusia, maka demikian demikian juga keberadaan sifat-sifat yang terpuji yang terletak dalam hati dan ruh, dan sifat tercela yang terletak dalam nafsu. Nafsu adalah sebagian dalam system kemanusiaan, hati juga bagian dari system ini, maka hukum dan namanya juga kembali pada mekanisme kesatuan system ini.

Sumber : abdul Qosim abdul karim hawazin alkusairi an nasaiburi, RISALAH QUSYAIRIYAH, sumberkajian ilmu tasuwuf