Senin, 27 April 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM REUMATIK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Defenisi
Demam reumatik adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif jantung, tulang, jaringan subkutan dan pembuluh darah pada pusat sistem persarafan, sebagai akibat dari infeksi beta-Streptococcus hemolyticus grup A.

B. Etiologi
- Secara pasti belum diketahui
- Penderita dengan infeksi saluran nafas yang tak terobati (kuman; A beta Hemolytic streptococcus).

C. Manifestasi klinis
- Polyarthritis
- Karditis
- Chorea (Pergerakan yang tanpa disadari pada tungkai, lengan dan muka)
- Eritema marginal (merah pada kulit yang lesi kemudian muncul makula pada truncus dan perifer)
- Adanya nodul pada subkutan.

D. Patofisiologi
- Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx
- Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel; yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
- Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
- Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
- Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko.
- Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.

E. Pemeriksaan diagnostik
- Riwayat adanya infeksi saluran nafas atas dan gejala
- Positif antistretolysin titer O
- Positif stretozyme positif anti uji DNAase B
- Meningkatnya C-reaktif protein
- Meningkatnya anti hyaluronidase, meningkatnya sedimen sel darah merah (eritrosit)
- Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
- Elektrokardiogram menunjukkan arrhtythmia E
- Ehocardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

F. Penatalaksanaan teraupetik
- Pemberian antibiotik
- Mengobati gejala peradangan, gagal jantung, dan chorea
- Pilihan pengobatan adalah antibiotik pencillin dan anti peradangan misalnya; aspirin atau penggantinya untuk 2-6 minggu.

G. Penatalaksanaan perawatan
a. Pengkajian
• Riwayat penyakit
• Monitor komplikasi jantung (CHF dan arrhythmia)
• Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
• Tanda-tanda vital
• Kaji adanya nyeri
• Kaji adanya peradangan sendi
• Kaji adanya lesi pada kulit
b. Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan orang tua/ anak berhubungan dengan pengobatan, pembatasan aktivitas, risiko komplikasi jantung
2. Tidak efektif koping individu berhubungan dengan kondisi penyakit
3. Nyeri berhubungan dengan polyartritis.
4. Risiko ijury berhubungan dengan infeksi streptococcus
c. Perencanaan
1. Orang tua dan anak akan memahami tentang regimen pengobatan dan pembatasan aktivitas.
2. Anak tidak akan menunjukakan stress emosional dan dapat menggunakan strategi koping yang efektif
3. Anak dapat menunjukkan dalam pengontrolan nyeri sesuai tingkat kesanggupan.
4. Anak akan memperlihatkan tidak adanya gejala-gejala sakit menelan untuk pertama kali atau tidak ada injury
d. Imlementasi
1. Mencegah atau mendeteksi komplikasi
• Auskultasi bunyi jantung untuk mengetahi adanya perubahan irama
• Pemberian antibiotik sesuai program
• Pembatasan aktivitas sampai manifestasi klinis demam reumatik tidak ada dan berikan periode istirahat.
• Berikan terapi bermain yang sesuai dan tidak membuat lelah.
2. Support anak dalam pembatasan aktivitas
• Kaji keinginan untuk bermain sesuai dengan usia dan kondisi
• Buat jadual aktivitas dan istirahat
• Ajarkan untuk partisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehari-hari
• Ajarkan pada anak/ orang tua bahwa pergerakan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan Chorea dan temporer.
3. Memberikan kontrol nyeri yang adekuat
• Kaji nyeri dengan skala
• Pemberian analgeik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program
• Reposisi untuk mengurangi stress sendi
• Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
• Lakukan distraksi misalnya; teknik relaksasi dan hayalan.
4. Mencegah infeksi dan injury
• Monitor temperatur setiap 4 jam selama dirawat.
• Pemberian antibiotik sesuai program
• Lihat juga dalam perencanaan pemulangan
• Anak diistirahatkan


e. Perencanaan pemulangan
• Berikan informasi tentang kebutuhan aktivitas bermain yang sesuai dengan pembatasan, aktivitas
• Istirahat 2-6 minggu, bantu segala pemenuhan aktivitas kebutuhan sehari-hari
• Jelaskan pentingnya istirahat dan membuat jadual istirahat dan aktivitas sampai tanda-tanda klinis tidak ada.
• Jelaskan terapi yang diberikan; dosis, efek samping, risiko komplikasi jantung
• Berikan support lingkungan yang aman, jangan biarkan anak tidur di lantai
• Instruksikan untuk menginformasikan jika ada tanda sakit menelan
• Tekankan pentingnya kontrol ulang.


Daftar putaka
Asuhan Keperawatan pada anak

Faktor -Faktor Yang Menyebabkan Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh ada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah raga sertapengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya akibat akti vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

1.2. Perumusan masalahtuk melelitian tentang akkan pn
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor -Faktor Yang Menyebabkan Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

1.4. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1.4.1. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli Husada Delitua Medan.

1.4.2. Bagi Lansia
Agar lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan penyakit osteoporosis pada lansia.

1.4.3. Untuk peneliti selanjutnya
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut di masa yang akan datang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Osteoporosis
2.1.1. Definisi
Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan penyakit yang disebabkan karena penyusutan massa dan kemerosotan struktur tulang, sehingga tulang rapuh dan rawan patah. (Suryadi, 2000)

2.1.2. Etiologi
1. Peningkatan usia
Di atas usia sekitar 35 tahun, kepadatan tulang menurun. Osteoporosis terutama di alami oleh pria dan wanita di atas 50 tahun
2. Menopause
Saat kadar estrogen menurun setelah menopause, kepadatan tulang juga menurun. Wanita pascamenopause mewakii kelompok terbesar orang dengan osteoporosis.
3. Kadar testosteron rendah
Pada pria, hormon testosteron memperlambat resorpsi tulang dengan cara yang sama seperti estrogen pada wanita.
4. Kecenderungan genetik
Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.
5. Penyakit lain
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang normal
6. Obat-obatan
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat mempengaruhi regenerasi tulang
7. Berat badan rendah
8. Pola makan buruk
Kurang mengkonsumsimakanan yang kaya kalsium dan vitamin D dalam pola makan.
9. Merokok / mengkonsun\msi alkohol secara berlebihan
10. Kurang olahraga. ( R ebecca, 2007 )

2.1.3. Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis di bagi atas tiga bagian, yaitu :
1. Osteoporosis primer yang dapat terjadi pada tiap kelompok umur.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian :
a. Tipe I (Post-menopausal) : Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 taun).
b. Tipe II : Terjadi pada pri dan wanita usia >70 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis jenis ini dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau obat-obatan.
3. Osteoporosis idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

2.4.4. Patofisiologi
Tulang mencapai puncak kepadatan dengan kehilangan massa tulang secara diam-diam dengan pengurangan kepadatan mineral tulang sebagai akibat terjadinya ketidakseimbangan proses penyerapan oleh sel osteoklas dengan pembentukan tulang oleh sel osteoblast.
Tulang, seperti jaringan tubuh lainnya merupakan jaringan ikat yang dinamik dalam arti metabolisme pembentukan dan penyerapan tulang yang dinamakan “ bone remodeling” yang merupakan fungsi 2 sel tulang yaituosteoblast dan osteoklast.Pada umumnya pertumbuhan tulang manusia lengkap pada usia 30 tahun, selain itu tulang diperbarui dengan lingkaran remodelling dimana sel-sel yang terdapat digantikan oleh osteoklast sehingga setelah beberapa hari terbentuk beberapa hari terbentuk beberapa rongga resorbsi kemudian osteoklast akan digantikan oleh osteoblast disertai perubahan “growth faktor beta” yang merangsang proliferasi osteoblast dan akhirnya osteoblast mengisi rongga resorbsi setelah beberapa minggu. Densitas mineral tulang menurun bila osteoklast membentuk suatu rongga yang abnormal sehingga tulang kehilangan trabekularnya. Ini terjadi pada periode pascamenopause. Selain itu massa tulang hlang bila osteoblast gagal mengisi rongga resorbsi sehingga terlihat sebagai penipisan trabekula yang tampak pada usia tua.
Osteoporosis terjadi oleh karena hasil abnormal dari proses remodelling tulang dimana resorbsi tulang melampaui pembentukan tulang.
2.1.5. Pencegahan
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu :
1. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang yang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
Sinar matahari UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan tubuh dalam pembentukan massa tulang.
3. Melakukan olah raga dengan beban
4. Selain olah raga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
5. Gaya hidup sehat
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan resiko asteoporosis.
6. Hindari obat-obatan golongan kortikostiroid.
Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan.
7. Mengkonsumsi obat. (Ferdinand, 2008)

2.1.6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis osteoporosis, yaitu :
1. Terjadi gangguan proses pengerasan tulang pada tulang panggul dan taji-taji ruas tulang belakang.
2. Sakit di daerah punggung. Rasa nyeri biasanya hanya setempat dan tak menyebar, dan bertambah berat bila mendapat tekanan atau beban.
3. Massa tulang yang rendah.
4. Pemadatan ruas tulang yang luas bisa memperlihatkan gejala yang membengkak, sering terjadi perlahan-lahan/menahun pada ruas tulang belakang.
5. Kulit mengerut bisa timbul pertama-tama pada kulit dada bagian bawah dan bagian atas perut.

2.1.7. Pendekatan diagnosis
1. Anamnese
Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis adalah nyeri, dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata pada pasien osteoporosis seringkali terjadi, baik secara spontan ataupun oleh karena adanya trauma minimal.
2. Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani pada pasien osteoporosis tidak menunjukkan kelainan yang khas. Kelainan yang sering dijumpai adalah adanya deformitas vertebra torakalis yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi badan. Jadi pasien merasa bertambah pendek.

2.1.8. Pengaruhnya Bagi Lansia
Persoalan osteopoross pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosterone pada kurun waktu usia 48 – 52.
Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang terjadi pada osteoporosis.Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat dasn lebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya terjadilahpengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar sehingga kekuatannyapun merosot drastis. Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan resiko patah tulang 2 - 3 kali lebih sering, kalau kondisi ini dibiarkan resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang ini bisa muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh.

2.2. Lanjut usia
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2000)
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

2.3.1. Tujuan Geriatri
2.3.1.1 Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi – tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2.3.1.2 Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas- aktivitas fisik dan mental.
2.3.1.3 Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu.
2.3.1.4 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
2.3.1.5 Bila para lanjut usia sudah tidak dapat tersembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian.

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka konsep


.



3.2. Definisi konseptual

No. Jenis/variabel Definisi Konseptual
1. Diet
2. Olahraga
3. Hobby

3.3. Defenisi Operasional

No Jenis/variabel Defenisi Operasional
1. Diet
2. Olahraga
3. Hobby

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penyakit Osteoporosis di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
4.2. Populasi dan sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli S erdang Tahun 2009.
4.2.2. Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan rumusan menurut Arikunto (2002) yaitu jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung situasinya maka jumlah sampel yang ditetapkan sebesar 20% dari populasi yaitu sebanyak 20% x 150 orang = 30 orang.
Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Random Sampling, yaitu sampel tersebut diambil secara acak (Arikunto, 2002), dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Orang lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
2. Orang lanjut usia yang memiliki riwayat penyakit osteoporosis.
3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4.3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Delitua BaratKecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang selama bulan Januari sampai dengan Februari Tahun 2009.
4.4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari program studi ilmu keperawatan DELI HUSADA Delitua, dan izin dari Kepala Desa Delitua. Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu, hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.
Sebelum melaksanakan penelitian responden akan diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian serta kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama pada lembar kuisioner, tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan.
Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Jika pasien menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi pasien dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.



4.5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kuisioner ini terdiri dari : kuisioner data demografi, kuisioner faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis.
Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi dibuat ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Kuisioner
Pengukuran kuisioner faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis dengan menggunakan Kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Gambaran faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis sebanyak 10 pertanyaan, dengan aspek pengukuran menggunakan Skala Guttman sebagai berikut : (Arikunto, 2005) dalam kuisioner terdapat pernyataan positif dan negatif, pernyataan positif jawaban ”ya” skor 1 dan untuk menjawab ”tidak” skor 0,sebaliknya apabila tidak ada hubungan dengan pernyataan negatif,jawaban ”ya” skor 0 dan untuk jawaban ”tidak” skor 1,dengan total skor (tertinggi)10.


4.6. Tehnik pengumpulan data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang dilakukan dengan kuisoner yang akan dibagikan, kemudian lembaran quisoner dibagi kepada lansia untuk diisi dan dijawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada lembaran quisoner yang berisi tentang faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka peneliti mengumpulkan kuisioner tersebut dan selanjutnya dilakukan pengolahan data.

4.7. Analisa data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi kemudian data yang sesuai diberikan kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
Dari pengolahan data statistic deskriptif, yang menyebkan frekuensi dan persentasi untuk mendeskripsikan tentang data demografi, faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis serta memperlihatkan total skor dan kategori faktor – faktor yang menyebabkan terjadiya penyakit osteoporosis.

Dengan kategori: faktor – faktor yang menyebabkan terjadiya penyakit osteoporosis menggunakan Rumus Sugiono 20006
Jumlah skor yang diperoleh
X 100 %
Jumlah skor skor seluruh item




Baik : menjawab benar 76% - 100%
Sedang : menjawab benar 60% - 75%
Buruk : menjawab benar < 60%

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2002). Metode penelitian suatu pendekatan praktek (edisi revisi 5). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Psikologi perkembangan (edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan anak (edisi 6). Jakarta: Penerbit Erlangga
Khalisa. (2006). Peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak. http://khalisaaa.blogspot.com
Muscari. (2004). Keperawatan pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Notoatmodjo. (2002). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Pillitteri, Adele. (2002). Buku saku perawatan kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak (edisi 1). Jakarta: Percetakan Infomedika
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC
No. Responden : .........

KUISIONER PENELITIAN
A. Kuisiner data demografi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ( ) pada tempat yang disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
1. Umur :

2. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
DIPLOMA
SARJANA

3. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lainnya, sebutkan :


4. Anak anda berusia : 1 tahun
2 tahun
3 tahun
B. Peran orang tua dengan tumbuh kembang anak
Beri tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan.
No. Pertanyaan Jawaban Skor
Ya Tidak
1. Menurut anda peran orang tua sangat berpengaruh dalm tumbuh kembang anak ?
2. Apakah anda selalu mengikuti tumbuh kembang anak anda ?
3. Apakah anda sudah merasa puas dengan tumbuh kembang anak anda sekarang ?
4. Apakah tumbuh kembang anak anda sekarang sudah sesuai dengan usia tumbuh kembang anak semestinya ?
5. Apakah kasih sayang dan perhatian anda juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
6. Menurut anda kasih sayang dan perhatian yang anda berikan pada anak anda tidak akan pernah cukup ?
7. Menurut anda memberikan nutrisi yang cukup dan seimbang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
8. Apakah nutrisi yang anda berikan pada anak anda sudah cukup dan seimbang dalam mendukung tumbuh kembang anak anda ?
9. Menurut anda apakah imunisasi sangat mendukung tumbuh kembang anak ?
10. Apakah anda sudah membawa anak anda untuk imunisasi ?
11. Menurut anda perlukah anak anda dibawa kontrol ke puskesmas/posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang anak anda ?
12. Apakah anda sudah membawa anak anda untuk kontrol ke puskesmas/posyandu ?
13. Menurut anda perlukah anak segera dibawa ke dokter bila sakit ?
14. Apakah anda segera membawa anak anda ke dokter bila sakit ?
15. Menurut anda pakaian yang bersih dan nyaman juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
16. Apakah anda sudah memberikan pakaian yang bersih dan nyaman pada anak anda ?
17. Menurut anda tempat tinggal juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
18. Apakah tempat tinggal anda yang sekarang sudah cukup ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapihannya ?

19. Menurut anda aktivitas bermain juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
20. Apakah anda selalu mendampingi anak anda pada saat bermain ?

C. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1 – 3 tahun
Beri tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan.
No. Pertanyaan Jawaban Skor
Ya Tidak
1. Apakah tinggi badan anak anda bertambah tinggi sekitar 7,5 cm per tahun ?
2. Apakah berat badan anak anda bertambah berat sekitar 1,8 – 2,7 kg per tahun ?
3. Menurut anda pada saat anak anda berusia 1 tahun, ukuran lingkar kepala sama dengan ukuran lingkar dada ?
4. Apakah anak anda sudah dapat berjalan sendiri ?
5. Apakah anak anda masih berjalan dengan bantuan ?
6. Apakah anak anda sudah dapat mengucapkan dua atau lebih perkataan ?
7. Apakah anak anda sudah dapat mengungkapkan bila hendak buang air ?
8. Apakah anak anda sudah dapat memindahkan kubus kedalam cangkir ?

9. Apakah anak anda sudah dapat membantu waktu berpakaian ?

10. Apakah anak anda sudah dapat memberikan mainannya bila kita minta ?

PENGANTAR KUISIONER PENELITIAN


Kepada Yth. Responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian yang akan saya lakukan ini, saya mengaharapkan partisipasi bapak/ibu meluangkan waktunya unutk dapat memberikan informasi dan jawaban pertanyaan ini tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Dalam penelitian ini nama bapak/ibu akan kami rahasiakan demi kenyamanan. Oleh karena itu peneliti sangat mengaharapkan kesediaan bapak/ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan dalam kuisioner ini.
Atas kesediaan bapak/ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.


Peneliti

( Remana Setiawan )



LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


Terima kasih atas tawaran saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini yang akan saudara lakukan berjudul :

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1 – 3 TAHUN DI LINGKUNGAN 7 KECAMATAN SEI SIKAMBING MEDAN TAHUN 2008

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela.


Hormat saya,
Responden

(................................)



HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul
Hubungan peran orang tua dengan tumbuh kembang anak usia 1 – 3 tahun di Lingkungan 7 Kecamatan Sei Sikambing Medan Tahun 2008

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :
Nama : REMANA SETIAWAN
Nim : 07.02.161

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan
dihadapan peserta seminar Program Studi Ilmu Keperawatan

Pada tanggal :
Oleh :

Dosen pembimbing skripsi :

Pembimbing I Pembimbing II


( Jandes Saragih, M.Kes ) (Ns. Rumondang G, S.Kep)


Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia


( Albert Sitorus, S.Kp, M.Kes )

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini sebagaimana yang diharapkan.
Proposal ini tersusun tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Drs. W. Purba selaku Ketua Yayasan Mutiara Indonesia Medan.
2. Ibu Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Ketua STIKes Mutiara Indonesia Medan.
3. Bapak Albert Sitorus, S.Kp, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia
4. Bapak Jandes Saragih, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya.
5. Ibu Ns. Rumondang G, S.Kep, selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya.
Dalam penyusunan proposal ini peneliti meyadari masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa maupun isinya, untuk ini peneliti akan membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penelitian ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, November 2008

Penulis

pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Anak merupakan potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasarnya diletakkan oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik fisik maupun mentalnya sejak dini. Anak bukan miniatur dari dewasa tetapi merupakan individu yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda antara anak yang lain sesuai dengan tahap tumbuh kembang. (yupi, 2004). Salah satu yang menghalangi pemenuhan tugas-tugas perkembangan adalah masalah kesehatan. Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit. Segala macam penyakit dengan mudah menyerang tubuh anak termasuk penyakit asma, salah satunya adalah penyakit asma. (Wahyuni, 2004)
Penyakit Asma adalah salah satu penyakit yang dikenal sebagai penyakit genetik dengan penyebab yang belum diketahui, sehingga belum mampu disembuhkan.Namun dengan menejemen yang baik,pasien asma dapat disembuhkan dalam arti asmanya terkontrol.Dengan demikian,sipenderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari.Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas fisik sebesar 30% bagi anak yang menderita asma dibanding dengan anak yang tidak menderita asma yakni sebesar 5%.
Prevalensi asma diseluruh Dunia adalah sebesar 810% pada anak dan 3-5% pada orang dewasa,dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Prevalensi di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali dari 1,2% menjadi 3,14% dan lebih banyak pada usia muda prevalensi akut didaerah lembab (Belmont) dari 4,4% menjadi 11,9%Singapura dari 3,9% menjadi 13,7% dan anak dengan bakat atopi sebanyak 20,5%,mengi 2%,dan para Ilmuan Kanada juga melakukan riset terhadap 170.960 anak mulai dari usia baru lahir sampai 6 tahun. Dari jumlah keseluruhan tersebut ditemukan 14,1% anak yang menderita asma.
Data WHO menunjukkan,ada 100-150 juta penyandang ASMA didunia.Jumlah penderita terus bertambah 180 ribu orang setiap tahunnya.Di Indonesia pada akhir tahun ini,diperkirakan 2-5 persen penduduk indonesia atau 11 juta orang menderita ASMA.(harian Global,2008). Dirjen Pelayanan Medik (Yanmed) Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto mengatakan prevalensi asma pada anak cukup tinggi,meski demikian pemerintah kita belum memiliki data yang rinci untuk tiap-tiap wilayah,Prevalensi pada anak SD berkisar antara 3,7%-16,4% sedang pada anak SMP dijakarta 5,8%,laporan saat memperingati hari ASMA Se-Dunia.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyakit-penyakit yang menyebabkan sesak napas seperti Bronkhitis,Emfisema dan Asma merupakan penyebab kematian ke-7 Di Indonesia. (Hendra,2004)
Insiden asma ini bisa diketahui sejak usia kurang dari dua tahun.studi ini menemukan bahwa anak yang mempunyai saudara kandung memiliki resiko terserang asma yang lebih kecil dibanding yang tidak.Fakta ini lumayan mengejutkan dan masih membutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya.Dari analisa terhadap kelompok anak diatas,anak yang lahir dari bulan juli hingga desember lebih banyak menderita asma di banding anak yang lahir pada bulan januari sampai maret.Anak laki-laki lebih banyak mengalami peningkatan resiko asma di banding anak perempuan terutama di daerah urban dan terlahir prematur.Selain itu hal lain yang meningkat kan resiko asma adalah rendahnya bobot tubuh ketika di lahirkan dan sangat jarang mendapat perawatan medis oleh dokter.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Delitua, bahwa dari ibu yang membawa anaknya berobat ke puskesmas pada bulan Oktober 2008 sebanyak 120 orang dan terdapat 20 anak usia 6-15 tahun yang menderita penyakit asma.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak di Puskesmas Delitua.

1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalahnya adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1.Tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.
1.3.2.2. Untuk mengetahui sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.



1.4. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1.4.1. Instansi pendidikan
Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan DELI HUSADA Delitua.

1.4.2. Instansi kesehatan
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi yang akurat dan adekuat tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak.

1.4.3. Untuk peneliti selanjutnya
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut di masa yang akan datang.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah Informasi atau maklumat yang disadari oleh seseorang. Pengertian yang lain bahwa pengetahuan merupakan Pengamatan dan pengamalan inderawi dikenal sebagai pangetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.(Meliono dkk,2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1.Tahu (Know)
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau informan. (Notoatmodjo, 2003)

2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2003)
Allport (1954)menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan),ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan utuk bertindak (ternd to behave)

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan stimulus yang diberikan (obyek). memperhatikan
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

2.3 Ibu
2.3.1. Definisi Ibu
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak,baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya,ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak.
Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras,Ibu lebih banyak dilihat sebagai orang yanng menyayangi dan rela berkorban
Tugas-tugas atau peran ibu/orang tua
• Memperkuat kendali terhadap impuls-impuls
• Bertanggung jawab
• Self-direcvon
• Atribut lainnya yang akan membantu anak hubungan secara efektif dengan orang lain.(Cantiq,2007)




2.4. Anak
2.4.1. Definisi Anak
Menurut Suherman,2000 Anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara ekonomi,melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual.
Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang bisa memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.Lingkungan yang dimaksud bisa berupa keluarga (orang tua),pengurus panti (bila anak berada di panti asuhan),dan atau tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya menggelandang.Semua individu tersebut menjadi klien dari keperawatan anak.(Yupi,2004)

2.5 ASMA
2.5.1. DEFINISI ASMA

Menurut CLARK (1992) defenisi asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek.menurut SEARS (1991) mengatakan bahwa dalam prakteknya adanya kombinasi keluhan sesak napas,rasa dada yang terhimpit,suara napas ngiik-ngiik (wheezing) dan batuk,ditambah dengan sifat hilang-timbul yang akan menjadi indikasi untuk menentukan diagnosis asthma
Asma merupakan penyakit saluran napas kronis (menahun) yang paling sering ditemukan,terutama di negara maju. .(Halim,2000)
Asma adalah kelainan suatu penyakit ditandai oleh adanya variasi yung selama periode waktu yang pendek dalam hal resistensi terhadap aliran udara dalam saluran napas intra pulmonal.(John Dkk,1998)
Menurut Dr Rusepno Dkk,2005 asma adalah penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dalam bronkus oleh berbagai macam pencetus di sertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan.

2.5.2. Epidemiologi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa penyakit asma dapat dijumpai seluruh dunai,dan menyerang baik pria maupun wanita,dari seluruh lapisan sosial ekonomi dengan prevalensi yang berkisar antara 1-10%.angka ini semakin meningkat walaupun peningkatan di Asia lebih kecil di bandingkan dunia Barat,tetapi kenaikan ini nyata sekali.hal ini tampak pada berbagai penelitian epidemiologis.
Serangan pertama dapat timbul pada masa kanak-kanak ataupun pada usai setengah umur.Pada anak laki-laki lebih sering di jumpai asma dari pada anak perempuan,tetapi perbedaan ini tidak begitu besar pada penderita dewasa ( Halim 2000)

2.5.3 Etiologi
Istilah penyebab asma ini sebenarnya kurang tepat,karena terus terang sampai saat ini penderita asma belum di ketahui.Makanisme terjadinya asma,yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas,melibatkan dinding saluran respiratorik/napas,menyebabkan terbatasnya aliran udara,dan peningkatan reektivatas (Hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas.Hiperreaktivitas ini merupakan hal terjadinya penyempitan saluran napas,sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran napas adalah aktivasi sel-sel dalam darah dan sel berupa eosinofil,sel mast,makrofag,dan sel limfosit T pada mukosa (selaput lendir) dan lumen (muara) saluran napas.perubahan ini dapat terjadi,meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala.sejalan dengan proses peradangan,perlukaan epitel ( lapisan terluar ) Bronkus ( batang paru-paru) merangsang proses perbaikan saluran napas yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional,dikenal dengan istilah remodelling

Kepekaan saluran napas yang berlebihan
Yang membedakan orang normal dengan penderita asma adalah sifat kepekaan yang berlebihan ini.Asap rokok,tekanan jiwa,alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma tadi dapat menimbulkan rangsangan.



Peranan faktor keturunan dan lingkungan
Lebih kurang seperempat penderita Asma,meskipun kadang-kadang asmanya sudah tidak aktif lagi dan seperempetnya lagi mempunyai alergi yang lain.bahkan pada anak kembar identik (berasal dari satu telur )
,bila salah satu penderita Asma,tidak selalu saudara kembarnya menderita Asma.seandainya mereka menderita asma,beratnya juga sering tidak sama.disini terbukti bahwa selain faktor keturunan,lingkungan di mana penderita hidup juga penting perananya dalam terjadinya Asma.

2.5.3 Patofisiologi
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Asma,sehingga belum ada patofisiologi yang dapat menerangkan semua penemuan pada penyeledikan Asma.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patofisiologi Asma ialah sel mast.Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen,”exercise” dan lain-lain.Sel ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamin,slow reacting substance or anaphylaxis,(SRS-A),yang dikenal sebagai lekotrin,eoxinophy chemotactic of anaphilaxis (ECF-A),dan lain-lain.Selain sel mast.sel basofil dan beberapa sel lain dapat juga mengeluarkan mediator.
Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma atau sel pembentuk anti bodi lainnya untuk menghasilkan antibodi reagenik,yang disebut juga Immunoglobulin E(IgE).Selanjutnya IgE akan beredar dan menempel pada resepor yang sesuai pada dinding sel mast.sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi.apabila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh,alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang tersensitisasi kemudian akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast. Mediatot dapat bereaksi langsung dengan reseptor dimukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi bronkokontriksi.mediator dapat juga menyebabkan bronkokontriksi dengan mengiritasi reseptor iritant.
faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan,faktor-faktor pencetus yang sering di jumpai antara lain:
1. alergen
alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering di jumpai pada penderita asma.debu rumah,tungau debu rumah,spora jamur,serpihan kulit kucing,anjing dan sebagainya dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka.alergen biasanya berupa alergen hirupan,meskipun kadang-kadang makanan dan minuman dapat juga menimbulkan serangan.debu rumah terdiri atas berbagai sisa makanan,potongan rambut dan berbagai kulit binatang sampai kecoak dan serangga. tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssynus atau D. farinale).tungau ini selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah yang lembab.

2. Infeksi saluran napas
Berbagai macam virus,seperti virus influenza sangat sering di jumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan asma.

3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma. Tekanan jiwa selain sebagai pencetus asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati,penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
4. Olahraga/kegiatan jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan olah raga yang cukup berat.penyelidikan menunjukan bahwa macam,lama,dan beratnya olah raga menentukan timbulnya asma.lari cepat paling mudah menimbul kan asma,kemudian bersepeda,sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya.

5. Obat-obatan
Yang tersering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih populer dengan nama”beta-blocker”.golongan tersebut sangat sering di pakai untuk penyakit jantung koroner dan darah tinggi.

6. Polusi udara
Polusi udara di dalam rumah pun sering terjadi.asap rokok,semprotan obat nyamuk,semprotan rambut dapat mencetuskan serangan asma.penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan asma bila di rumahnya ada yang merokok.

7. Lingkungan kerja
Keluhan terjadi setelah penderita berkontak (terpapar ) dengan zat-zat yang ada di tempat kerja seperti debu kopi,debu kapas,dan lain-lain,tetapi ada kalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam terpapar.sehingga bila penderita bekerja di pagi hari,gejala baru timbul sore atau malam hari,setelah penderita di rumah.(Heru,2007)

2.5.4 Manifestasi Klinis
Pedoman Nasionoal Asma Anak (Indonesia) mendefenisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala klinis yaitu wheezing/mengi dan/batuk dengan karakteristik sebagai berikut:
• Timbul secara episodik dan/atau kronik,
• Cendrung pada malam hari/dini hari (Nokturnal),
• Musiman,
• Adanya faktor pencetus diantaranya aktifitas fisik,
• Bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara spontan maupun dengan pengobatan,serta
• Adanya riwayat asma atau atopi (kecendrungan mengidap Alergi) lain pada pasien/keluarganya
• Sedangkan sebab-sebab lain sudah di singkirkan.




2.5.4 Diagnosis dan klasifikasi
A. Diagnosis
Serangan batuk dan mengi yang berulang serimg lebih nyata pada malam hari,atau bila ada beban fisik sangat karak teristik untuk asma sehingga diagnosisnya mudah dibuat.Walaupun demikian cukup banyan asma anak dengan batuk kronik berulang,terutama terjadi pada malam hari ketika hendak tidur,disertai sesak,tetapi tidak jelas menginya dan sering didiagnosis dengan bronkhitis kronik.Pada anak demikianyang sudah dapat melakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya sifat-sifat asma.Selanjutnya bila diberi obat batuk yang biasa dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator,sangat mungkin merupakan bentuk asma.(Dr.Rusepno,2005)

Tabel.1 Derajat beratnya asma berdasarkan aktivitas jasmani (Dr.jones),Heru,2007

Derajat Kemampuan aktifitas jasmani/
Keadaan khusus klinik
I



II



III


IV A. Dapat bekerja dengan agak susah.tidur kadang-kadang terganggu.
B. Dapat bekerja dengan susah payah,tidur sering kali terganggu.
A. Tiduran/duduk,bisa bangkit dengan agak susah.tidur terganggu.
B. Tiduran/duduk,bisa bangkit,dengan susah payah.Nadi lebih dari 120/menit
Tiduran/duduk, tidak bisa bangkit,nadi lebih dari 120/menit.inhaler tidak menolong.

Penderita tidak dapat bergerak lagi dan kelelahan



Keterangan : IIA sebaiknya penderita dirawat


b. Klasifikasi derajat penyakit Asma
Berbagai pembagian asma pada anak yang telah dikemukakan.pembagian menurut Dr Rusepno,Dkk,2005.
1. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun.di cetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian atas.banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun.lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat gejala yang timbul menonjol pada malam hari.
2. Asma episodik sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.pada permulaan,serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara,adanya alergen,aktifitas fisik dan stress.

3. Asma kronik atau persisten
pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi tiap hari.pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi.aktifitas fisik sering menyebabkan mengi dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit

Tabel.2 Parameter Klinis asma,dan pembagianya

Parameter klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru Asma episodik
Jarang Asam episodik
sering Asma persisten
1. frekuensi
serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
2. Lama serangan <1 minggu >1 minggu Hampir sepanjang tahun,tidak ada periode bebas serangan
3. Intensitas
serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4.Diantara
serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
Malam
5. tidur dan
aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
6. pemeriksaan
Fisik diluar
serangan Normal (tidak
Ditemukan kelainan) Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal
7. obat pengendali (anti inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu
8. uji faal paru (diluar serangan) PEF/FEV1>80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1<60% variabilitas 20-30%
9. variabilitas faal paru (bila ada serangan) Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas >50%


Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal.secara lebih rinci,tujuan yang ingin dicapai adalah :
• Anak dapat menjalani aktivitas normalnya,termasuk bermain dan berolahraga.
• Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.
• Gejala tidak timbu siang ataupun malam hari.
• Uji fungsi paru senormal mungkin,tidak ada variasi diurnal(dalam 24 jam) yang mencolok.
• Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
• Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Perubahan yang terjadi pada Jaringan
• Pengecilan diameter jalan nafas
• Perubahan respon otot saluran nafas
• Gangguan persarafan otonom dalam pengaturan otot polos saluran nafas
• Kerusakan sel epitel mukosa saluran nafas

Disamping gejala yang sudah khas seperti sesak nafas,batuk dan mengi yang sering hilang timbul,seseorang dikatakan menderita atau asma atau setidak-tidaknya harus dicurigai menderita asma apabila :
• Mendapat serangan sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah mendapat influenza
• Rasa sesak sewaktu masuk ruangan yang berdebu dan berasap.
• Batuk-batuk yang sering timbul pada malam hari.
• Batuk-batuk sehabis berlari-lari,terutama pada anak-anak.
• Rasa berat didada sehabis lari (bisa penderita telah dibuktikan tidak mengidap sakit jantung).(Heru,2007)

Anjuran untuk penderita
Ada beberapa anjuran yang harus disampaikan kepada anda yang menderita asma :
1. Kenali dokter anda. tanyakan dimana ia bisa dihubungi bila anda membutuhkan.
2. Kenali obat-obat yang anda pakai. Bagaimana bekerjanya,bagaimana efek sampingnya dan bagaimana memakainya.
3. Kenali faktor pencetus serangan asma anda, bila mungkin hindari
4. Kunjungi dokter anda secara teratur, jangan mengunjunginya hanya kalau sesak berat.Mintalah penjelasan tentang penyakit anda,dan bagaimana rencana pengobatannya.
5. Selalu mempunyai persediaan antiasma
6. Begitu serangan datang, segera obati. Bila tidak mempan segera hubungi dokter
7. Bila serangan asma anda cukup berat dan tidak mempan lagi disembuhkan dengan obat-obat antiasma yang anda pakai,segera cari dokter atau rumah sakit terdekat,meskipun tengah malam.

2.5.5 Pengobatan
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak,karena perbedaan kemampuan menggunakan alat inhalasi. Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan berulang kali.
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (pemupukan) obat dalam mulut (orofharing),sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan,dan mengurangi efek sistemik.Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik.Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI=Dry Powder Inhaler) seperti :
Spinhaler,Diskhaler,Rotahaler,turbuhaler,Easyhaler,Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat.umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.

Tabel.3 Jenis pengobatan berdasarkan umur

Umur Alat inhalasi
< 2 tahun Nebuliser (alat uap)
MDI (metered dose inhaler) dengan spacer Aerochamber,babyhaler
5-8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI (Dry Powder Inhaler) : Diskhaler,turbuhaler
> 8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI
MDI tanpa spacer


Terapi pernapasan untuk penderita asma

Bagi anak kecil latihan pernafasan lebih mudah dibangun dalam suatu permainan atau menggunakan latihan asma rutinnya pada dasar latihan yang teratur.Gerakan berikut khususnya untuk kesehatan tulang,dada dan kesehatan otot pernapasan.
 Tarik nafas dan regangkan tubuh sepenuhnya hingga batas tertinggi,kemudian tiupkan napas semampunya dan sentuh jari kaki.sambil berdiri,jagalah agar tubuh bagian bawah dalam keadaan yang tetap,putar bahu kebelakang,tarik nafas.saat mengeluarkan nafas,dorong suara “hmmmmm” dengan nafas anda.
 Sambil berdiri,gerakkan lengan dari anda bergerak kekanan.Latihan ini dapat dilakukan sambil bermain dengan pemukul golf,tongkat pemukul.
 Untuk membuka dinding dada anda,bersandarlah diatas sofa atau bola swiss sambil bernafas dalam perut melalui hidung,rendah dan pelan,atau baringkan perut sambil nonton tv.melakukan latihan ini setidaknya selama setengah jam.(Smith,dkk 2007)

2.5.6 Pencegahan dan Intervensi Dini
Menurut Heru,2007 Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam menangani anak asma antaralain :
- Pengendalian lingkungan,
- Pemberian ASI ekslusif minimal 6 bulan,
- Penghindaran makanan alergenik (mampu mencetuskan alergi),
- Menjaga kesehatan,
- Menghindarkan faktor pencetus serangan asma,
- Menggunakan obat-obat antiasma.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN


3.1. Kerangka konsep
a. Kerangka konsep yang bertujuan untuk memperlihatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak.

3.2. Definisi konseptual dan operasional

3.2.1. Pengetahuan
Definisi konseptual : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui ibu tentang penyakit Asma.

3.2.2. Sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Sikap adalah tanggapan / respon ibu tentang penyakit asma.

3.2.3. Asma
Definisi konseptual: Asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. (Dr.Halim dkk,2000)
Definisi operasional: Asma adalah penyakit saluran nafas yang ditandai serangan berulang batuk atau mengi.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak di Puskesmas Delitua.

4.2. Populasi dan sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 6-15 tahun yang berobat pada tahun 2008 ke Puskesmas Delitua sebanyak 120 orang.

4.2.3. Sampel
Pengambilan sampel ini dia mbil dengan menggunakan tehnik Quota sampling,yaitu pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah anggota sampel secara Quotum atau jatah.Besar jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 0rang,sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun yang ada diwilayah cakupan puskesmas Delitua.
2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3. Mampu berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik.
4. Tahu membaca.

4.3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Delitua Medan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2009.

4.4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan (STIKes) DELI HUSADA Delitua, dan izin dari Puskesmas Delitua Medan. Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu, hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.
Sebelum melaksanakan penelitian responden akan diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian serta kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama pada lembar kuisioner, tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan.
Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Jika pasien menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi pasien dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kuisioner ini terdiri dari : kuisioner data demografi, kuisioner pengetahuan dan kuisioner sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak usia 6 – 15 tahun di Puskesmas Delitua Medan.

4.6. Tehnik pengumpulan data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data diperoleh secara langsung dari ibu dimana setiap ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun. Ibu diberikan pengarahan tentang penelitian yang dilakukan dengan kuisoner yang akan dibagikan, kemudian lembaran kuisoner dibagi kepada ibu untuk diisi dan dijawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuisoner yang berisi tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak usia 6 – 15 tahun. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka peneliti mengumpulkan kuisioner tersebut dan selanjutnya dilakukan pengolahan data.

4.7. Pengolahan data
Pengolahan dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas, ada pun langkah- langkah pengolahan data yaitu: (Arikunto, 2002)
a. Editing
Yaitu proses pengeditan dari jawaban responden pada quisoner dimana perlengkapan yang dikumpulkan diberi tanda.
b. Coding
Proses pemberian tanda pada jawaban respon dan pada kuesioner dimana setiap data yang dikumpulkan diberi tanda.
c. Tabulating
Memasukkan jawaban responden pada tabel dimana mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan kedalam tabel distribusi frekuensi.

4.8. Aspek pengukuran
Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi dibuat ke dalam tabel distribusi frekuensi meliputi : umur pekerjaan, dan pendidikan
Kuisioner pengetahuan
Pengukuran pengetahuan ibu sebanyak 10 pertanyaan, dengan aspek pengukuran menggunakan Skala Guttman . dalam kuisioner terdapat pernyataan positif dan negatif.untuk pernyataan positif jawaban ”benar”skor 1 dan untuk menjawab ”salah” skor 0,sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban ”benar”skor 0 dan untuk menjawab ”salah” skor 1,dengan skor tertinggi 10

Kuisioner sikap
Pengukuran sikap ibu berdasarkan kuisioner yang dibuat berdasarkan Skala Likert dan terdiri dari 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban Pernyataan positif Jawaban ”sangat setuju” diberi skor 5,Jawaban ”setuju” diberi skor 4,Jawaban ”ragu-ragu” diberi skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi skor 2.Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 1.Sedangkan untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban dan nilai
Jawaban ”sangat setuju” diberi skor 1,Jawaban ”setuju” diberi skor 2,Jawaban ”ragu-ragu” diberi skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi skor 4,Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 5.

4.9. Analisa data
Setelah semua data terkumpul,maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap antara lain: memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi.kemudian mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan.

Dari pengolahan data statistic deskriptif,didapatkan frekuensi dan persentasi untuk mendeskripsikan tentang data demografi,pengetahuan dan sikap.serta memperlihatkan total skor dan kategori pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak.

Dengan kategori: pengetahuan dan sikap menggunakan Rumus Sugiono 2006

Jumlah skor yang diperoleh
X 100 %
Jumlah skor skor seluruh item


Baik : menjawab benar 76% - 100%
Sedang : menjawab benar 60% - 75%
Buruk : menjawab benar < 60%

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Penelitian telah dilakukan pada bulan januari 2009 di Puskesmas Delitua,dengan responden sebanyak 30 ibu yang memiliki anak penyakit asma.
Berikut tabulasi hasil dari karakteristik responden pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Delitua Tahun 2009

Umur (Tahun) Total Persentase (%)
19-30 18 60%
31-50 12 40%
>50 0 0
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 19-30 tahun yaitu 18 orang (60%).



Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Delitua Tahun 2009

Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 10 33.3%
SMP 11 36.7%
SMA 7 23.3%
DIPLOMA 2 6.7%
SARJANA 0 0
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden paling banyak dijumpai pada kelompok pendidikan SMP yaitu 11 orang (36.7%)

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Delitua Tahun 2009

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
IRT 26 86.6%
PNS 2 6.7%
Dan Lain-lain 2 6.7%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden paling banyak dijumpai pada kelompok pekerjaan IRT yaitu 26 orang (86.6%)

Tabel 5.4 Distribusi pengetahuan responden tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua tahun 2009

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 10 33.3%
Sedang 14 46.7%
Buruk 6 20%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 14 orang (46.7%)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap responden lebih banyak adalah sikap positif yaitu 20 orang (66.7%).

5.2 Pembahasan
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merpakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pasa anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua tahun 2009 dengan pengetahuan paling banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang (46.7%), yang berpengetahuan baik sebanyak 10 orang (33.3%), yang berpengetahuan buruk 6 orang (20%).,Hal ini disebabkan oleh banyaknya pemberian informasi mengenai penyakit asma pada ibu yang memiliki anak usia 6-15 tahun diPuskesmas Delitua.
Menurut asumsi peneliti,Ibu dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam proses penyembuhan melalui pencegahan, pengobatan dan perawatan dari para medis.Peran petugas kesehatan yang sering berinteraksi dan memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian informasi mengenai penyakit asma serta petugas kesehatan juga harus berperan aktif dalam pelaksnaannya bagi pasien dalam membantu proses pengobatan.Pada saat peneliti membagikan kuisioner,responden tidak terlihat bingung dan mengerti tentang penyakit asma.walaupun masih ada yang berpengetahuan buruk kita kembalikan pada ibu tersebut,dan tugas tenaga medis adalah lebh meningkatkan informasi mengenai penyakit asma .

Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun diPuskesmas Delitua tahun 2009 dengan sikap yang paling banyak pada kategori sikap positif yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sikap negatif yaitu sebanyak 10 orang (33.3%).
Berdasarkan asumsi peneliti,sikap positif dikarenakan ibu memiliki sikap yang baik dalam melakukan tindakannya terhadap penyakit yang diderita anaknya.Dukungan dari keluarga yang lain juga berperan aktif dalam memantau kesehatan anak tersebut dengan dasar memiliki pengetahuan tentang penyakit asma .Pihak tenaga kesehatan dituntut peranannya dalam menangani penyakit ini dalam hal pengobatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun paling banyak pada kategori sedang di Puskesmas Delitua tahun 2009.
2. Sikap ibu tentang penyakit asma pada ank usia 6-15 tahun paling banyak pada kategori positif di Puskesmas Delitua tahun 2009.
3. Petugas kesehatan berperan aktif dalan proses pengobatan penyakit asma di Puskesmas Delitua.

Saran
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan kepada ibu tentang penyakit asma.
2. Perlu diberikan motivasi kepada ibu mengenai bagaimana sikap yang baik dalam pengobatan penyakit asma.
3. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi anak penyakit asma.

pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Anak merupakan potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasarnya diletakkan oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik fisik maupun mentalnya sejak dini. Anak bukan miniatur dari dewasa tetapi merupakan individu yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda antara anak yang lain sesuai dengan tahap tumbuh kembang. (yupi, 2004). Salah satu yang menghalangi pemenuhan tugas-tugas perkembangan adalah masalah kesehatan. Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit. Segala macam penyakit dengan mudah menyerang tubuh anak termasuk penyakit Asma, salah satunya adalah penyakit Asma. (Wahyuni, 2004)
Penyakit Asma adalah salah satu penyakit yang dikenal sebagai penyakit genetik dengan penyebab yang belum diketahui, sehingga belum mampu disembuhkan.Namun dengan menejemen yang baik,pasien asma dapat disembuhkan dalam arti asmanya terkontrol.Dengan demikian,sipenderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari.Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas fisik sebesar 30% bagi anak yang menderita asma dibanding dengan anak yang tidak menderita asma yakni sebesar 5%.
Prevalensi Asma diseluruh Dunia adalah sebesar 810% pada anak dan 3-5% pada orang dewasa,dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Prevalensi di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali dari 1,2% menjadi 3,14% dan lebih banyak pada usia muda prevalensi akut didaerah lembab (Belmont) dari 4,4% menjadi 11,9%Singapura dari 3,9% menjadi 13,7% dan anak dengan bakat atopi sebanyak 20,5%,mengi 2%,dan para Ilmuan Kanada juga melakukan riset terhadap 170.960 anak mulai dari usia baru lahir sampai 6 tahun. Dari jumlah keseluruhan tersebut ditemukan 14,1% anak yang menderita asma.
Data WHO menunjukkan,ada 100-150 juta penyandang ASMA didunia.Jumlah penderita terus bertambah 180 ribu orang setiap tahunnya.Di Indonesia pada akhir tahun ini,diperkirakan 2-5 persen penduduk indonesia atau 11 juta orang menderita ASMA.(harian Global,2008). Dirjen Pelayanan Medik (Yanmed) Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto mengatakan prevalensi asma pada anak cukup tinggi,meski demikian pemerintah kita belum memiliki data yang rinci untuk tiap-tiap wilayah,Prevalensi pada anak SD berkisar antara 3,7%-16,4% sedang pada anak SMP dijakarta 5,8%,laporan saat memperingati hari ASMA Se-Dunia.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyakit-penyakit yang menyebabkan sesak napas seperti Bronkhitis,Emfisema dan Asma merupakan penyebab kematian ke-7 DiIndonesia. (www.Depkes.go.id)
Inseden asma ini bisa diketahui sejak usia kurang dari dua tahun.studi ini menemukan bahwa anak yang mempunyai saudara kandung memiliki resiko terserang asma yang lebih kecil dibanding yang tidak.Fakta ini lumayan mengejutkan dan masih membutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya.D ari analisa terhadap kelompok anak diatas,anak yang lahir dari bulan juli hingga desember lebih banyak menderita asma di banding anak yang lahir pada bulan januari sampai maret.Anak laki-laki lebih banyak mengalami peningkatan resiko asma di banding anak perempuan terutama di daerah urban dan terlahir prematur.Selain itu hal lain yang meningkat kan resiko asma adalah rendahnya bobot tubuh ketika di lahirkan dan sangat jarang mendapat perawatan medis oleh dokter.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Delitua, bahwa dari ibu yang membawa anaknya berobat ke puskesmas pada bulan Oktober 2008 sebanyak 120 orang dan terdapat 25 anak usia 6-15 tahun yang menderita penyakit Asma.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak di Puskesmas Delitua.

1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalahnya adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1.Tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit Asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.
1.3.2.2. Untuk mengetahui sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

1.4. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1.4.1. Instansi pendidikan
Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan DELI HUSADA Delitua.
1.4.2. Instansi kesehatan
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi yang akurat dan adekuat tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak.

1.4.3. Untuk peneliti selanjutnya
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah Informasi atau maklumat yang disadari oleh seseorang.
Pengertian yang lain bahwa pengetahuan merupakan Pengamatan dan pengamalan inderawi dikenal sebagai pangetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.(Meliono dkk,2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1.Tahu (Know)
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau informan. (Notoatmodjo, 2003)

2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2003)
Allport (1954)menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan),ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan utuk bertindak (ternd to behave)

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan stimulus yang diberikan (obyek). memperhatikan
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

2.3 Ibu
2.3.1. Definisi Ibu
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak,baik melalui hubungan biologis maupun sosial.Umumnya,ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak.(id.wikipedia.org)
Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras,Ibu lebih banyak dilihat sebagai orang yanng menyayangi dan rela berkorban
Tugas-tugas atau peran ibu/orang tua
• Memperkuat kendali terhadap impuls-impuls
• Bertanggung jawab
• Self-direcvon
• Atribut lainnya yang akan membantu anak hubungan secara efektif dengan orang lain.(www.forum.com)

2.4. Anak
2.4.1. Definisi Anak
Menurut Drs.Suherman,2000 Anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara ekonomi,melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual.
Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang bisa memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.Lingkungan yang dimaksud bisa berupa keluarga (orang tua),pengurus panti (bila anak berada di panti asuhan),dan atau tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya menggelandang.Semua individu tersebut menjadi klien dari keperawatan anak.(Yupi,2004)

2.5 ASMA
2.5.1. DEFINISI ASMA

Menurut CLARK (1992) defenisi asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek.menurut SEARS (1991) mengatakan bahwa dalam prakteknya adanya kombinasi keluhan sesak napas,rasa dada yang terhimpit,suara napas ngiik-ngiik (wheezing) dan batuk,ditambah dengan sifat hilang-timbul yang akan menjadi indikasi untuk menentukan diagnosis asthma.(Dr Halim,2000)
Asma merupakan penyakit saluran napas kronis (menahun) yang paling sering ditemukan,terutama di negara maju.(www.sehatgroup.web.id)
Asma adalah kelainan suatu penyakit ditandai oleh adanya variasi yung selama periode waktu yang pendek dalam hal resistensi terhadap aliran udara dalam saluran napas intra pulmonal.(John Dkk,1998)
Menurut Dr Rusepno Dkk,2005 asma adalah penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dalam bronkus oleh berbagai macam pencetus di sertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan.

2.5.2. Epidemiologi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa penyakit asma dapat dijumpai seluruh dunai,dan menyerang baik pria maupun wanita,dari seluruh lapisan sosial ekonomi dengan prevalensi yang berkisar antara 1-10%.angka ini semakin meningkat walaupun peningkatan di Asia lebih kecil di bandingkan dunia Barat,tetapi kenaikan ini nyata sekali.hal ini tampak pada berbagai penelitian epidemiologis.
Serangan pertama dapat timbul pada masa kanak-kanak ataupun pada usai setengah umur.Pada anak laki-laki lebih sering di jumpai asma dari pada anak perempuan,tetapi perbedaan ini tidak begitu besar pada penderita dewasa (Dr Halim 2000)

2.5.3 Etiologi
Istilah penyebab asma ini sebenarnya kurang tepat,karena terus terang sampai saat ini penderita asma belum di ketahui.Makanisme terjadinya asma,yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas,melibatkan dinding saluran respiratorik/napas,menyebabkan terbatasnya aliran udara,dan peningkatan reektivatas (Hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas.Hiperreaktivitas ini merupakan hal terjadinya penyempitan saluran napas,sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran napas adalah aktivasi sel-sel dalam darah dan sel berupa eosinofil,sel mast,makrofag,dan sel limfosit T pada mukosa (selaput lendir) dan lumen (muara) saluran napas.perubahan ini dapat terjadi,meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala.sejalan dengan proses peradangan,perlukaan epitel ( lapisan terluar ) Bronkus ( batang paru-paru) merangsang proses perbaikan saluran napas yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional,dikenal dengan istilah remodelling

Kepekaan saluran napas yang berlebihan
Yang membedakan orang normal dengan penderita asma adalah sifat kepekaan yang berlebihan ini.Asap rokok,tekanan jiwa,alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma tadi dapat menimbulkan rangsangan.

Peranan faktor keturunan dan lingkungan
Lebih kurang seperempat penderita Asma,meskipun kadang-kadang asmanya sudah tidak aktif lagi dan seperempetnya lagi mempunyai alergi yang lain.bahkan pada anak kembar identik (berasal dari satu telur )
,bila salah satu penderita Asma,tidak selalu saudara kembarnya menderita Asma.seandainya mereka menderita asma,beratnya juga sering tidak sama.disini terbukti bahwa selain faktor keturunan,lingkungan di mana penderita hidup juga penting perananya dalam terjadinya Asma.

2.5.3 Patofisiologi
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Asma,sehingga belum ada patofisiologi yang dapat menerangkan semua penemuan pada penyeledikan Asma.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patofisiologi Asma ialah sel mast.Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen,”exercise” dan lain-lain.Sel ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamin,slow reacting substance or anaphylaxis,(SRS-A),yang dikenal sebagai lekotrin,eoxinophy chemotactic of anaphilaxis (ECF-A),dan lain-lain.Selain sel mast.sel basofil dan beberapa sel lain dapat juga mengeluarkan mediator.
Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma atau sel pembentuk anti bodi lainnya untuk menghasilkan antibodi reagenik,yang disebut juga Immunoglobulin E(IgE).Selanjutnya IgE akan beredar dan menempel pada resepor yang sesuai pada dinding sel mast.sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi.apabila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh,alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang tersensitisasi kemudian akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast. Mediatot dapat bereaksi langsung dengan reseptor dimukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi bronkokontriksi.mediator dapat juga menyebabkan bronkokontriksi dengan mengiritasi reseptor iritant.
faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan,faktor-faktor pencetus yang sering di jumpai antara lain:
1. alergen
alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering di jumpai pada penderita asma.debu rumah,tungau debu rumah,spora jamur,serpihan kulit kucing,anjing dan sebagainya dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka.alergen biasanya berupa alergen hirupan,meskipun kadang-kadang makanan dan minuman dapat juga menimbulkan serangan.debu rumah terdiri atas berbagai sisa makanan,potongan rambut dan berbagai kulit binatang sampai kecoak dan serangga. tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssynus atau D. farinale).tungau ini selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah yang lembab.

2. Infeksi saluran napas
Berbagai macam virus,seperti virus influenza sangat sering di jumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan asma.

3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma. Tekanan jiwa selain sebagai pencetus asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati,penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.


4. Olahraga/kegiatan jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan olah raga yang cukup berat.penyelidikan menunjukan bahwa macam,lama,dan beratnya olah raga menentukan timbulnya asma.lari cepat paling mudah menimbul kan asma,kemudian bersepeda,sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya.

5. Obat-obatan
Yang tersering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih populer dengan nama”beta-blocker”.golongan tersebut sangat sering di pakai untuk penyakit jantung koroner dan darah tinggi.



6. Polusi udara
Polusi udara di dalam rumah pun sering terjadi.asap rokok,semprotan obat nyamuk,semprotan rambut dapat mencetuskan serangan asma.penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan asma bila di rumahnya ada yang merokok.

7. Lingkungan kerja
Keluhan terjadi setelah penderita berkontak (terpapar ) dengan zat-zat yang ada di tempat kerja seperti debu kopi,debu kapas,dan lain-lain,tetapi ada kalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam terpapar.sehingga bila penderita bekerja di pagi hari,gejala baru timbul sore atau malam hari,setelah penderita di rumah.(Heru,2007)

2.5.4 Manifestasi Klinis
Pedoman Nasionoal Asma Anak (Indonesia) mendefenisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala klinis yaitu wheezing/mengi dan/batuk dengan karakteristik sebagai berikut:
• Timbul secara episodik dan/atau kronik,
• Cendrung pada malam hari/dini hari (Nokturnal),
• Musiman,
• Adanya faktor pencetus diantaranya aktifitas fisik,
• Bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara spontan maupun dengan pengobatan,serta
• Adanya riwayat asma atau atopi (kecendrungan mengidap Alergi) lain pada pasien/keluarganya
• Sedangkan sebab-sebab lain sudah di singkirkan.


2.5.4 Diagnosis dan klasifikasi
A. Diagnosis
Serangan batuk dan mengi yang berulang serimg lebih nyata pada malam hari,atau bila ada beban fisik sangat karak teristik untuk asma sehingga diagnosisnya mudah dibuat.Walaupun demikian cukup banyan asma anak dengan batuk kronik berulang,terutama terjadi pada malam hari ketika hendak tidur,disertai sesak,tetapi tidak jelas menginya dan sering didiagnosis dengan bronkhitis kronik.Pada anak demikianyang sudah dapat melakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya sifat-sifat asma.Selanjutnya bila diberi obat batuk yang biasa dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator,sangat mungkin merupakan bentuk asma.(Dr.Rusepno,2005)


Derajat beratnya asma berdasarkan aktivitas jasmani (Dr.jones),Heru,2007

Derajat Kemampuan aktifitas jasmani/
Keadaan khusus klinik
I
II
III


IV A. Dapat bekerja dengan agak susah.tidur kadang-kadang terganggu.
B. Dapat bekerja dengan susah payah,tidur sering kali terganggu.
A. Tiduran/duduk,bisa bangkit dengan agak susah.tidur terganggu.
B. Tiduran/duduk,bisa bangkit,dengan susah payah.Nadi lebih dari 120/menit
Tiduran/duduk, tidak bisa bangkit,nadi lebih dari 120/menit.inhaler tidak menolong.

Penderita tidak dapat bergerak lagi dan kelelahan

Keterangan : IIA sebaiknya penderita dirawat

b. Klasifikasi derajat penyakit Asma
Berbagai pembagian asma pada anak yang telah dikemukakan.pembagian menurut Dr Rusepno,Dkk,2005.
1. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun.di cetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian atas.banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun.lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat gejala yang timbul menonjol pada malam hari.
2. Asma episodik sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.pada permulaan,serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara,adanya alergen,aktifitas fisik dan stress.

3. Asma kronik atau persisten
pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi tiap hari.pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi.aktifitas fisik sering menyebabkan mengi dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit

Parameter klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru Asma episodik
Jarang Asam episodik
sering Asma persisten
1. frekuensi
serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
2. Lama serangan <1 minggu >1 minggu Hampir sepanjang tahun,tidak ada periode bebas serangan
3. Intensitas
serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4.Diantara
serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
Malam
5. tidur dan
aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
6. pemeriksaan
Fisik diluar
serangan Normal (tidak
Ditemukan kelainan) Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal
7. obat pengendali (anti inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu
8. uji faal paru (diluar serangan) PEF/FEV1>80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1<60% variabilitas 20-30%
9. variabilitas faal paru (bila ada serangan) Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas >50%
Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal.secara lebih rinci,tujuan yang ingin dicapai adalah :
• Anak dapat menjalani aktivitas normalnya,termasuk bermain dan berolahraga.
• Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.
• Gejala tidak timbu siang ataupun malam hari.
• Uji fungsi paru senormal mungkin,tidak ada variasi diurnal(dalam 24 jam) yang mencolok.
• Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
• Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(www.sehatgroup.web.id)
Perubahan yang terjadi pada Jaringan
• Pengecilan diameter jalan nafas
• Perubahan respon otot saluran nafas
• Gangguan persarafan otonom dalam pengaturan otot polos saluran nafas
• Kerusakan sel epitel mukosa saluran nafas

Disamping gejala yang sudah khas seperti sesak nafas,batuk dan mengi yang sering hilang timbul,seseorang dikatakan menderita atau asma atau setidak-tidaknya harus dicurigai menderita asma apabila :
• Mendapat serangan sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah mendapat influenza
• Rasa sesak sewaktu masuk ruangan yang berdebu dan berasap.
• Batuk-batuk yang sering timbul pada malam hari.
• Batuk-batuk sehabis berlari-lari,terutama pada anak-anak.
• Rasa berat didada sehabis lari (bisa penderita telah dibuktikan tidak mengidap sakit jantung).(Heru,2007)
Anjuran untuk penderita
Ada beberapa anjuran yang harus disampaikan kepada anda yang menderita asma :
1. Kenali dokter anda. tanyakan dimana ia bisa dihubungi bila anda membutuhkan.
2. Kenali obat-obat yang anda pakai. Bagaimana bekerjanya,bagaimana efek sampingnya dan bagaimana memakainya.
3. Kenali faktor pencetus serangan asma anda, bila mungkin hindari
4. Kunjungi dokter anda secara teratur, jangan mengunjunginya hanya kalau sesak berat.Mintalah penjelasan tentang penyakit anda,dan bagaimana rencana pengobatannya.
5. Selalu mempunyai persediaan antiasma
6. Begitu serangan datang, segera obati. Bila tidak mempan segera hubungi dokter
7. Bila serangan asma anda cukup berat dan tidak mempan lagi disembuhkan dengan obat-obat antiasma yang anda pakai,segera cari dokter atau rumah sakit terdekat,meskipun tengah malam.




2.5.5 Pengobatan
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak,karena perbedaan kemampuan menggunakan alat inhalasi. Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan berulang kali.
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (pemupukan) obat dalam mulut (orofharing),sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan,dan mengurangi efek sistemik.Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik.Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI=Dry Powder Inhaler) seperti :
Spinhaler,Diskhaler,Rotahaler,turbuhaler,Easyhaler,Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat.umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.

Umur Alat inhalasi
< 2 tahun Nebuliser (alat uap)
MDI (metered dose inhaler) dengan spacer Aerochamber,babyhaler
5-8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI (Dry Powder Inhaler) : Diskhaler,turbuhaler
> 8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI
MDI tanpa spacer



Terapi pernapasan untuk penderita asma
Bagi anak kecil latihan pernafasan lebih mudah dibangun dalam suatu permainan atau menggunakan latihan asma rutinnya pada dasar latihan yang teratur.Gerakan berikut khususnya untuk kesehatan tulang,dada dan kesehatan otot pernapasan.
 Tarik nafas dan regangkan tubuh sepenuhnya hingga batas tertinggi,kemudian tiupkan napas semampunya dan sentuh jari kaki.sambil berdiri,jagalah agar tubuh bagian bawah dalam keadaan yang tetap,putar bahu kebelakang,tarik nafas.saat mengeluarkan nafas,dorong suara “hmmmmm” dengan nafas anda.
 Sambil berdiri,gerakkan lengan dari anda bergerak kekanan.Latihan ini dapat dilakukan sambil bermain dengan pemukul golf,tongkat pemukul.
 Untuk membuka dinding dada anda,bersandarlah diatas sofa atau bola swiss sambil bernafas dalam perut melalui hidung,rendah dan pelan,atau baringkan perut sambil nonton tv.melakukan latihan ini setidaknya selama setengah jam.

Smith,dkk (2007)

2.5.6 Pencegahan dan Intervensi Dini
Menurut Heru,2007 Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam menangani anak asma antaralain :
- Pengendalian lingkungan,
- Pemberian ASI ekslusif minimal 6 bulan,
- Penghindaran makanan alergenik (mampu mencetuskan alergi),
- Menjaga kesehatan,
- Menghindarkan faktor pencetus serangan asma,
- Menggunakan obat-obat antiasma.

BAB III
KERANGKA PENELITIAN


3.1. Kerangka konsep
a. Kerangka konsep yang bertujuan untuk memperlihatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak.
3.2. Definisi konseptual dan operasional

3.2.1. Pengetahuan
Definisi konseptual : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui ibu tentang penyakit Asma.

3.2.2. Sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Sikap adalah tanggapan / respon ibu tentang penyakit Asma.

3.2.3. Asma
Definisi konseptual: Asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. (Dr.Halim dkk,2000)
Definisi operasional: Asma adalah penyakit saluran nafas yang ditandai serangan berulang batuk atau mengi.


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak di Puskesmas Delitua.

4.2. Populasi dan sampel

4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 6-15 tahun yang berobat pada tahun 2008 ke Puskesmas Delitua.

4.2.3. Sampel
Pengambilan sampel ini diambil dengan menggunakan tehnik Quota sampling,yaitu pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah anggota sampel secara Quotum atau jatah.Besar jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 0rang,sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun yang ada diwilayah cakupan puskesmas Delitua.
2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3. Mampu berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik.
4. Tahu membaca.


4.3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Delitua Medan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2009.

4.4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan (STIKes) DELI HUSADA Delitua, dan izin dari Puskesmas Delitua Medan. Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu, hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.
Sebelum melaksanakan penelitian responden akan diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian serta kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama pada lembar kuisioner, tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan.
Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Jika pasien menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi pasien dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kuisioner ini terdiri dari : kuisioner data demografi, kuisioner pengetahuan dan kuisioner sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak usia 6 – 15 tahun di Puskesmas Delitua Medan.

4.6. Tehnik pengumpulan data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data diperoleh secara langsung dari ibu dimana setiap ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun. Ibu diberikan pengarahan tentang penelitian yang dilakukan dengan kuisoner yang akan dibagikan, kemudian lembaran kuisoner dibagi kepada ibu untuk diisi dan dijawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuisoner yang berisi tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak usia 6 – 15 tahun. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka peneliti mengumpulkan kuisioner tersebut dan selanjutnya dilakukan pengolahan data.

4.7. Pengolahan data
Pengolahan dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas, ada pun langkah- langkah pengolahan data yaitu: (Arikunto, 2002)



a. Editing
Yaitu proses pengeditan dari jawaban responden pada quisoner dimana perlengkapan yang dikumpulkan diberi tanda.
b. Coding
Proses pemberian tanda pada jawaban respon dan pada kuesioner dimana setiap data yang dikumpulkan diberi tanda.
c. Tabulating
Memasukkan jawaban responden pada tabel dimana mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan kedalam tabel distribusi frekuensi.

4.8. Aspek pengukuran
Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi dibuat ke dalam tabel distribusi frekuensi meliputi : umur,agama,suku, dan pendidikan
Kuisioner pengetahuan
Pengukuran pengetahuan ibu sebanyak 10 pertanyaan, dengan aspek pengukuran menggunakan Skala Guttman . dalam kuisioner terdapat pernyataan positif dan negatif.untuk pertanyaan positif jawaban ”ya”skor 1 dan untuk menjawab ”tidak” skor 1,sebaliknya untuk pertanyaan negatif jawaban ”ya”skor 0 dan untuk menjawab ”tidak” skor 2,dengan skor tertinggi 20

Kuisioner sikap
Pengukuran sikap ibu berdasarkan kuisioner yang dibuat berdasarkan Skala Likert dan terdiri dari 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban Pertanyaan positif Jawaban ”sangat setuju” diberi skor 5,Jawaban ”setuju” diberi skor 4,Jawaban ”ragu-ragu” diberi skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi skor 2.Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 1.Sedangkan untuk pertanyaan negatif, pilihan jawaban dan nilai
Jawaban ”sangat setuju” diberi skor 1,Jawaban ”setuju” diberi skor 2,Jawaban ”ragu-ragu” diberi skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi skor 4,Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 5.

4.9. Analisa data
Setelah semua data terkumpul,maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap antara lain: memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi.kemudian mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan.
Dari pengolahan data statistic deskriptif,didapatkan frekuensi dan persentasi untuk mendeskripsikan tentang data demografi,pengetahuan dan sikap.serta memperlihatkan total skor dan kategori pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak.

Dengan kategori: pengetahuan menggunakan Rumus Sugiono 2005

Jumlah skor yang diperoleh
X 100
Jumlah skor skor seluruh item

Baik : menjawab benar 76% - 100%
Cukup : menjawab benar 60% - 75%
Buruk : menjawab benar < 60%

Pengukuran hasil jawaban sikap responden dikategorikan kedalam :
Positif : Jika memperoleh nilai 31 – 50
Negatif : Jika memperoleh nilai 10 – 30

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Suryaningsih
Nim :07.21.027

Adalah mahasiswa SI Keperawatan DELI HUSADA Delitua yang akan melaksanakan penelitian yang berjudul :Pengetahuan dan Sikap ibi tentang penyakit Asma pada anak di Puskesmas Delitua” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak.
Saya mengharapkan partisipasi anda dalam menjawab kuisioner yang diberi peneliti,Saya menjamin kerahasiaan identitas saudara.penelitian ini bersifat sukarela,saudara bebas untuk menjadi responden ataupun menolak tanpa ada sanksi apapun.jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini,saudara dapat menandatangani surat persetujuan ini.
Atas perhatian dan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,saya ucapkan terima kasih.


Peneliti Delitua, Januari 2009
Responden
(Suryaningsih) ( )

KUISIONER PENELITIAN

Kuisioner data demografi
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda cheek list (√) pada kotak yang telah tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1. Umur : 19-30 tahun
31-50 tahun


2. Agama : Islam

Kristen Protestan

Kristen Katolik

Budha

Hindu


3. Suku : Jawa

Batak

Karo

Dan lain-lain




4. Pendidikan : SD

SMP

SMA

DIPLOMA

SARJANA


5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Dan lain-lain

KUISIONER YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN

No Pertanyaan Ya Tidak Skor
1 Asma adalah penyakit yang ditandai dengan keluhan sesak nafas,rasa dada terhimpit,suara nafas ngiik-ngiik dan batuk dengan sifat hilang timbul.
2 Apakah ibu tahu bahwa penyakit asma dapat menyebabkan kematian
3 Apakah penyakit asma mengganggu aktivitas anak ibu
4 Apakah penyakit asma merupakan penyakit keturunan dan ada faktor-faktor lain yang menyebabkan penyakit asma
5 Apakah penyembuhan asma sulit dalam pelaksanaannya
6 Pernahkah ibu bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyakit asma
7 Apakah ibu tahu penangan asma apabila asma anak ibu kambuh
8 Apakah ada diantara keluarga ibu yang menderita asma
9 Apakah ibu tahu penyebab terjadinya penyakit asma
10 Apakah Penyakit asma mudah diobati



KUISIONER YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

No Pertanyaan SS S R TS STS Skor
1 Ibu akan melakukan pengobatan penyakit asma pada anak ibu atas keinginan ibu sendiri
2 Ibu yakin bahwa penyakit anak ibu bisa disembuhkan
3 Ibu selalu menyediakan obat asma dirumah,berjaga-jaga apabila asmanya kambuh
4 Bila asma anak ibu kambuh,ibu membawanya ke Petugas kesehatan
5 Lingkungan dapat membantu proses penyembuhan penyakit anak ibu
6 Ibu cemas ketika mengetahui anak ibu mengalami penyakit asma
7 Makan bersoda,kacang-kacangan,es dan gorengan diperbolehkan pada anak ibu
8 Ibu melarang anak melakukan aktivitas yang berlebihan
9 Keluarga ibu dibebaskan merokok didalam rumah
10 Ibu Siap siaga apabila penyakit anaknya kambuh

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENYAKIT
ASMA PADA ANAK DI PUSKESMAS
DELITUA TAHUN 2008


Untuk Dipertahankan Di depan Tim Penguji :

Pembimbing :

(Ns.Rostiodertina Girsang.S.Kep)

Diketahui
Ka.Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)
DELI HUSADA Delitua



(Ns.Selamat Ginting.Skep)
DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1..Latar Belakang
1.2..Perumusan Masalah
1.3..Tujuan Penelitian
1.4..Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.2. Sikap
2.3. Ibu
2.3.1 Definisi ibu
2.4. Anak
2.4.1 Definisi anak
2.5. Asma
2.5.1 Defenisi
2.5.2 Epidemiologi
2.5.3 Etiologi
2.5.4 Patifisiologi
2.5.5 Diagnosis dan Klasifikasi
2.5.6 Pengobatan
2.5.7 Pencegahan
BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
4.2 Populasi dan Sampel
4.3 Tempat dan waktu Penelitian
4.4 Pertimbangan Etik
4.5 Instrumen Penelitian
4.6 Tehnik Pengumpulan Data
4.7 Pengolahan Data
4.8 Aspek Pengukuran
4.9 Analisa Data

DAFTAR PUSTAKA


Danusantoso,Halim (2000). Ilmu Penyakit Paru.Jakarta,Penerbit Hipokrates
DEPKES. (2004). Asma Banyak Menyerang Anak-Anak. http://www.depkes.go.id/index.
Hasan,Rusepno,Dkk (2005). Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta,Penerbit FKUI
Hidayat,Azis Alimul. (2002). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah.Surabaya,Penerbit Salemba Medika
Mansjoer,Arif,Dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta,Penerbit Media Aesculapius
Meliono,Irmayanti,Dkk.(2007).Pengetahuan. http://id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta ,EGC
Notoatmodjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta,Penerbit Rineka Cipta
Rees,Jhon,Dkk. (1998). Petunjuk Penting Asma.Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran,EGC
Smith,Dorothy,Dkk (2007).Terapi Pernafasan untuk Penderita Asma.Jakarta,Penerbit Prestasi Pustaka
Suherman. (2002). Perkembangan Anak.Jakarta ,Penerbit Buku Kedokteran,EGC
Sundaru,Heru. (2007). ASMA Apa dan Bagaimana Pengobatanya ?.Jakarta,Penerbit FKUI
Supartini,Yupi.(2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran.EGC

Suriviana.(2005). Penyakit Asma Pada Anak. www.infoibu.com
Suriviana. (2008). Penderita Asma Di Indonesia 11 Juta Jiwa. www.infoibu.com
WHO. (2003). Penanganan Ispa pada Anak di Rumah Sakit Berkembang.Jakarta,EGC