Minggu, 26 April 2009

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA B


Topik : Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
Tempat : Puskesmas Tanjung Morawa B
Tanggal : 23 April 2009

TIU : Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami apa yang dimaksud dengan ispa.

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan Pengertian ISPA
- Menjelaskan Klasifikasi Penyakit Ispa
- Menjelaskan Penyebab Ispa pada Balita
- Menjelaskan Tanda dan gejala Ispa
- Menjelaskan Gejala Ispa Ringan
- Menjelaskan gejala Ispa Sedang
- Menjelaskan Gejala Ispa Berat
- Menjelaskan cara pengobatan Ispa
- Menjelaskan cara pencegahan
- Menjelaskan Cara Pemberantasan Ispa

Penyuluh : Mahasiswa STIKes DELI HUSADA Delitua
Media : Leaflet
Metode : PENYULUHAN
Evaluasi : Tanya Jawab
Sumber :






SATUAN ACARA PENYULUHAN



No
Uraian Kegiatan Waktu
Perawat Masyarakat
1. Pembukaan  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan pokok bahasan
 Mengadakan review
 Menjawab salam
 Mendengarkan
 Mendengarkan

 Merespon
5 Menit
2. Isi  Menjelaskan defenisi ispa
 Menjelaskan klasifikasi penyakit ispa
 Menjelaskan Penyebab ispa pada balita
 Menjelaskan Tanda dan gejala ispa
 Menjelaskan Cara pengobatan
 Menjelaskan cara pencegahan ispa
 Menjelaskan cara pembrantasan ispa
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami


15 Menit
3. Penutup  Membuat kesimpulan dengan Mahasiswa
 Mengucapkan kata penutup
 Mengucapkan salam  Masyarakat Merespon dan menjawab.
 Mendengar
 Menjawab salam
5 Menit



INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005):
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).
2. Penyakit ISPA pada Balita
a. Klasifikasi Penyakit ISPA
Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini di samping digunakan cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
1). Pemeriksaan
2). Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
3). Penentuan klasifikasi penyakit
4). Pengobatan dan tindakan
Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan hingga < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.
b. Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 95).
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005)
d. Tanda dan Gejala
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002):
1). ISPA ringan bukan pneumonia
2). ISPA sedang, pneumonia
3). ISPA berat, pneumonia berat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.
1). Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
a). Batuk.
b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
2). Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b). Suhu lebih dari 390C.
c). Tenggorokan berwarna merah.
d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.
3). Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a). Bibir atau kulit membiru
b). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h). Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.
e. Pencegahan ISPA
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1). Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a). Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
b). Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c). Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d). Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
e). Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
Dinkes DKI (2005)
2). Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).
3). Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).
4). Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

Pengobatan pada ISPA
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :
1. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
2. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
3. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
4. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
5. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA B

Topik : Imunisasi D P T
Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
Tempat : Puskesmas Tanjung Morawa B
Tanggal : 23 April 2009

TIU : Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami mamnfaat daripada imunisasi D P T yang dilakukan di puskesmas tanjung morawa

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan Pengertian D P T
- Menjelaskan Pengertian Depteri
- Menjelaskan Pengetian Pertusis
- Menjelaskan Etiologi D P T
- Menjelaskan Epek samping imunisasi D P T
- Menjelaskan Manfaat Imunisasi D P T

Penyuluh : Mahasiswa STIKes DELI HUSADA Delitua
Media : Leaflet
Metode : PENYULUHAN
Evaluasi : Tanya Jawab
Sumber :







SATUAN ACARA PENYULUHAN



No
Uraian Kegiatan Waktu
Perawat Masyarakat
1. Pembukaan  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan pokok bahasan
 Mengadakan review
 Menjawab salam
 Mendengarkan
 Mendengarkan

 Merespon
5 Menit
2. Isi  Menjelaskan defenisi D P T
 Menjelaskan Pengertian Depteri
 Menjelaskan pengetian Pertusis
 Menjelaskan Manfaat Imunisasi
 Menjelaskan cara Penjegahan D P T
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami

15 Menit
3. Penutup  Membuat kesimpulan dengan Mahasiswa
 Mengucapkan kata penutup
 Mengucapkan salam  Masyarakat Merespon dan menjawab.
 Mendengar
 Menjawab salam
5 Menit







Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit.
Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan.
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Vaksin Pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan.
Selanjutnya ketiga vaksin ini dikemas bersama yang dikenal dengan vaksin DPT. (Prof. DR.A.H. Markum, 2000 : 18)
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.
b. Manfaat Imunisasi DPT Dasar
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.


Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan.
c.Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi DPT
1.Difteri
Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bacteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seoerang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata menderita difteri dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran dan bermain dengan temannya karena memang ia sendiri tidak sakit. Jadi, ditinjau dari segi penularannya, anak karier ini merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan temannya yang belum pernah mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier.
Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria yang merusak otot jantung.
2. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari.


Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan, akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu komplikasi.
3.Tetanus
Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka.
d. Jadwal Pemberian Imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibody setelah mendapatkan imunisasi 3 kali. Dimulai sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Jiga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000)
DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal.

e. Efek Samping Imunisasi DPT
Kira-kira pada separuh penerima DPT akan terjadi kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan. Anak juga sering gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan.
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat seperti demam tinggi atau kejang yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya.