Selasa, 10 Maret 2009

hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial terhadap cara perawatan luka pasien post operatif appendik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Prilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah sakit salah satu sarana untuk upaya kesehatan ditujukan antara lain mengobati infeksi yang terjadi pada pasien namun adakalanya infeksi justru didapat ketika seseorang berada di rumah sakit.
Adanya infeksi nasokomial dan appendik akan memberikan dampak sangat luas baik kepada rumah sakit maupun pasien/ masyarakat pengguna jasa rumah sakit.Infeksi ini dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Secara umum microorganisme kausalnya lebih resisten terhadap berbagai anti mikroba sehingga menyebabkan pasien harus tinggal lebih lama dalam kondisi tidak produktif dan pasien membayar lebih mahal untuk perpanjangan hari perawatan maupun penggunaan antibiotik.Infeksi yang diderita pasien karena di rawat di rumah sakit,Infeksi nasokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang,alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan rumah sakit. (Kozier,1995 ).
faktor internal seperti usia, penggunaan obat, malnutrisi, normal tubuh, personal hygiene yang rendah, prilaku personal serta faktor eksternal seperti banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur infasip lama tinggal di rumah sakit,dan lingkungan yang terkontaminasi Infeksi nasokomial merupakan masalah yang besar di setiap rumah sakit.
Apalagi di rumah sakit yang jumlah penderita yang dirawatnya banyak dengan tenaga perawatannya masih terbatas. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan prinsip-prinsip hygiene kurang mendapatkan perhatian. Di Amerika Serikat di laporkan Infeksi nasokomial mencapai 5% pertahun,bahkan mungkin lebih lagi dengan angka mortalitas 1%, sedangkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dilakukan survelans terbatas selama 6 bulan ( 1990 ) dengan hasil sebagai berikut:
Insiden berkisar antara 14,4% dan angka yang tertinggi infeksi nasokomialnya di bagian parasitologi dengan sepsis. ( Nursari, 1990).
Menurut Dirjen Bina Pelayanan Medis Depkes RI,dr Farid W.Husain, Infeksi di rumah sakit merupakan persoalan serius. Rumah sakit juga harus mengeluarkan biaya lebih besar. Pasien, petugas kesehatan,pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang beresiko tekena infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus meningkat ( Alvarado,2000). Contohnya saat ini kejadian infeksi nasokomial berkisar dari terendah sebanyak 1% dibeberapa negara Eropa dan Amerika hingga 40% di beberapa tempat Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika ( Lynch dkk,1997). Pada 1987 suatu surve prevalensi meliputi 55 rumah sakit di 14 negara berkembang pada wilayah WHO ( Eropa, Mediterania timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat ) menemukan rata-rata 8,7% seluruh pasien RS menderita infeksi nasokomial
Manajemen Hygiene yang ketat merupakan cara terbaik untuk mengurangi resiko infeksi yang diperoleh rumah sakit. Di Amerika serikat,program system pengawasan system infeksi Nasokomial Nasional (NNIS) yang telah dikembangkan sejak awal tahun 1997 untuk memerangi infeksi dirumah sakit telah diikuti 300 rumah sakit menengah dan besar di 42 Negara bagian secara sukarela. Sistem itu telah ditetapkan sebagai jaringan pusat dan basis data yang harus di lawan bukan infeksi,tetapi terjangkitnya infeksi itulah yang harus dihindari. Demi meningkatkan standar keamanan pasien, Depkes telah menerbitkan aturan mengenai pedoman manajerial program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPRS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lain melalui keputusan Menteri Kesehatan No.270 tahun 2007, Depkes juga menetapkan 5 rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu RSUP Adam Malik Medan,RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung,RSUP Dr.Sadjito Yogyakarta,RSUP Dr.Soetomo Surabaya dan RSUP Sangla Denpasar, bekerja sama dengan pihak swasta, pemerintah juga meluncurkan program No Infection Compaign and Education (NICE). Program ini dirancang untuk mengubah prilaku petugas kesehatan di 100 rumah sakit mulai Juni hingga Oktober 2009(Riza,2008)
Appendisitis merupakan peradangan dari appendiks vermifromis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-20 tahun. Hanya pada anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan,mungkin karena tidak diduga. Kesehatan appendiksitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus dan paraumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih kekuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan dan batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam sehari-hari. Jalan satu-satunya untuk pengobatan appendik adalah dengan operasi (appendiktomi). Appendiktimi dapat terkena infeksi apabila cara perawatanya tidak sesuai dengan prosedur(Mansjoer,2002)
Penelitian yang dilakukan Soeandi S.di RSUD.Dr.Pringadi Medan tahun 1991 khusus di ruang bedah,insiden infeksi nasokomial mencapai 14,44%. Tim Dalin melaporkan Insiden Nasokomial pada tahun 1998 mencapai 4,99%.Infeksi nasokomial merupakan tanggung jawab utama pihak rumah sakit untuk memperbaiki mutu pelayanan rumah sakit. Menurut observasi yang dilakukan peneliti selama praktek dirumah sakit peneliti melihat bahwa masih ada perawat yang mengabaikan keseterilan pada perawatan post operasi sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial terhadap cara perawatan luka pasien post operatif appendik di RSUD Sr.Djoelham Binjai.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah penelitian adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial terhadap cara perawatan luka pasien post operatif appendik di RSUD.Dr.Djoelham Binjai.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial terhadap cara perawatan luka pasien post operatif appendik
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial post operatif appendiks dengan cara perawatanya

1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Diperoleh bahan masukan bagi rumah sakit Dr Djoelham untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nasokomial terhadap cara perawatan luka pasien post operatif appendiks sehingga dapat diberikan tindak lanjut dan peningkatan mutu perawatan pasien rawat inap.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diperolehnya informasi tentang pelaksanaan riset sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang melaksanakan pendidikan
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya tentang infeksi nasokomial dan merupakan suatu pengalaman baru bagi peneliti atas inpormasi yang diperoleh selama penelitian dan dapat menjadi sumber bagi peneliti lain. .