BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean (kalbe.co.id). Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan (lisa ira 2002).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) penderita akan meninggal (Triatmodjo. 2008)
Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus (Medicastor 2006).
Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko (2008), kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal. (Kompas.com 2008).
Proporsi diare akut rotavirus selama 1 tahun penelitian di Indonesia adalah 56,5 % dengan 95 % CI 51,3 - 61, 6%. Hasil ini sama dengan penelitian-penelitian di luar negeri sebelumnya, antara lain Rodriquez (1974-1975) dan Pickering. (1978-1979) mendapatkan angka kejadian 47% dan 59%, sedangkan di Indonesia penelitian Yorva (tahun 1998) mendapatkan angka 50% hampir sama dengan penelitian ini dan sama dengan negara maju. Hasil ini memprediksi adanya perbaikan hygiene dan sanitasi kita. Kasus diare rotavirus merata sepanjang tahun, sedangkan kasus diare non rotavirus dan diare keseluruhan meningkat pada musim kemarau, tetapi tidak ada trend menurut musim. Keadaan ini berkaitan dengan cara penularan diare non rotavirus yang water borne dan melalui tangan mulut, sedangkan diare rotavirus selain ditularkan secara fekal oral, diduga ditularkan juga melalui droplet saluran napas (Unair. 2008).
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare. “Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang tidak terlaporkan, departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada kesehatan mayarakat (Depkes RI 2008)
Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (Ummualya. 2008).
Sigelosis bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang dan koma dengan sedikit bahkan tanpa diare. Infeksi ini akan berakibat fatal dalam 12-24 jam. Infeksi bakteri lain bisa menyertai sigelosis, terutama pada penderita yang mengalami dehidrasi dan kelemahan. Terbentuknya luka di usus karena sigelosis bisa menyebabkan kehilangan darah yang berat. Penyebab- diare sangat penting untuk diketahui. Dokter tidak dapat meresepkan obat tanpa mengetaui penyebab diare (wordpress 2008)
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus. Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar (handwashing 2006). Penyakit diare menjadi penyebab utama nomor dua kematian pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun. Penyebabnya, pemberian antibiotik saja. (cpd.dokter 2008).
Penyebab diare pada balita lebih beragam. Bisa karena infeksi bakteri, virus, dan amuba. Bisa jadi juga akibat salah mengonsumsi makanan. Protein susu sapi merupakan bahan makanan terbanyak penyebab diare. Makanan lain penyebab timbulnya alergi ialah ikan, telur, dan bahan pewarna atau pengawet (melanicyber 2008)
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada balita.
Latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapat perumusan masalah sebagai berikut : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare, pada balita di wilayah kerja Puskesmas Delitua Tahun 2008.
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua tahun 2008.
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit diare yang terjadi pada balita.
2. Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor penyebab diare pada balita.
3. Sebagai bahan masukan bagi perawat rumah sakit khusus di ruang anak dengan penyakit diare.
4. Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan terutama pada penyakit diare.
5. Hasil penelitian ini merupakan sumber data dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penyakit diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare Pada Balita
1. Defenisi Balita
Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang perlu tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekutan untuk mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh.
2. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Masa neoratus : usia 0 – 28 hari
• Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
• Masa neonatal lanjut : 8 – 20 hari
• Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
b. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
• Masa bayi dini : 0 – 1 tahun
• Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun
c. Masa pra sekolah (usia 2 – 6 tahun)
• Pra sekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun
• Pra sekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun
d. Masa neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi pada lingkungan perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsi organ-organ tubuh. Saat lahir berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3000-3500 gr, tinggi badan sekitar 350 gr, selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10 % dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan. (Soetjeningsih, 2003)
B. Diare
1.Pengertian Diare
a. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. (Aziz, 2006).
b. Diare dapat juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah, 2002).
c. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2003).
1. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkab timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
2. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah (Ngastiyah, 2003).
3. Tanda dan Gejala (gambaran klinis)
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karenna sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare. (Ngastiyah, 2003)
C. Gejala-Gejala Dehidrasi
1. Dehidrasi ringan
• Meningkatnya rasa haus
• Kegelisahan atau rewel
• Menurunnya elastisitas kulit
• Mulut dan lidah yang kering
• Mata yang kering karena tidak adanya air mata
• Mata yang cekung
2. Dehidrasi berat
• Tangan dan kaki yang dingin dan lembab
• Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas
• Ketidakmampuan untuk minum
• Hilagnnya elastisitas kulit secara sepenuhnya
• Tidak ada air mata
• Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut
• Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya air seni
(Ramaiah,2002)
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua tahun
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 13 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur
Berat Badan Umur PWL MWL CWL Jumlah
0-3 Kg 0-1 bulan 150 125 25 300
3-10 1 bln – 2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 80 25 205
15-25 5-10 thn 80 25 25 130
(Ngastiyah 2003)
Keterangan :
PWL : Cairan yang hilang karena muntah
NWL : Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan
CWL : Cairan hilang karena muntah hebat
3. Komplikasi Diare
Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :
1. Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh
Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air atau cairan lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan mampu membawa aliran listrik.
2. Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus)
Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya gerakan usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut, sakit ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya
3. Septi semia
Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian tubuh. Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi disalah satu bagian tubuh, yang dari sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain melalui darah.
4. Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi
Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung membentuk suatu massa semi padat atau gumpalan darah didalam pembuluh darah.
(Ramaiah, 2002)
4. Faktro Penyebab Diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya
2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
(Ngastiyah, 2003)
5. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare
1. Faktor lingkungan
• Pasokan air tidak memadai
• Air terkontaminasi tinja
• Fasilitas kebersihan kurang
• Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air
• Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anaak di WC
• Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes . Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.
2. Praktik penyapihan yang buruk
• Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol
• Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun
3. Faktor individu
• Kurang gizi
• Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya, diare lebih lajim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak.
4. Produksi asam lambung berkurang
5. Gerakan pada usus berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal
(Savitri, 2002)
6. Pencegahan Diare
• Beri ASI eksklusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun.
• Hindari pemberian susu botol.Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih.
• Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan anak-anak.
• Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari.
• Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10 menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama.
• Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya
• Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi makan anak, memasak, setelah pergi ke WC atau membersihkan anak.
• Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin.
• Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat.
• Berikan imunisasi campak kepada akan pada usia sembilan bulan karena resiko diare parah dan malnutrisi yang mengikutinya lebih tinggi. Setelah infeksi campak.
• Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih. Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.
7. Cara Pemberian Cairan dalam Terapi Dehidrasi
a. Belum ada dehidrasi
Peroal sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml / kg BB peroral (intragastrik), selanjutnya : 125 ml / Kg BB / hari ad libitum.
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama :
40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB / menit (Set infus 1 ml = 20 tetes).
7 Jam berikutnya :
12 ml / kg BB / Jam = 3 tetes / kg / BB / menit (Set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes / kg / BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya :
125 ml / kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG 11 intravena 2 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes / Kg / BB / menit. (1 ml = 20 tetes).
(Ngastiyah, 2003).
8. Pengobatan untuk diare
a. Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia.
(Ngastiyah, 2003).
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dijabarkan dengan menggunakan skema tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.
V. Independen V. Dependen
Dari konsep diatas penulis dapat menyatakan sebagai berikut :
B. Defenisi Konseptual dan Operasional
1. Defenisi Konseptual
1. Infeksi terbagi atas dua yaitu.
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya
2.Malabsorsi adalah Malabsorsi karbohidrat disakarida, monosakarida, malabsorsi lemak, dan malabsorsi protein
3. Makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
(Ngastiyah, 2003)
5. Sosial ekonomi adalah suatu konsep untuk mengukur sosial ekonomi, keluarga., misalnya harus melalui variabel-variabel tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga.
(Notoatmojo, 2005)
6. Lingkungan merupakan merupakan semua kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional, dan kepribadian).Lingkungan eksternal dapat berupa keadaan / factor fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang di terima individu dan di persepsikan sebagai suatu ancaman.
(Nursalam, 2008)
2. Defenisi operasional
1.Infeksi adalah adanya gangguan pada saluran pencernaan makanan atau masuknya bakteri atau virus ke tubuh manusia
2. Malabsorsi adalah penyerapan makanan protein dan lemak dalam tubuh manusia itu sendiri
3. Makanan adalah karbohidrat yang masuk saluran pencernaan manusia melalui mulut.
4. Psikologis adalah perasaan takut dan cemas yng di alami seseorang karna penyakit yang di deritanya.
5. Ekonomi adalah pendapatan keluarga yang di gunakan untuk keperluan keluarga tersebut dan kehidupan sehari-hari.
6. Lingkungan adalah keadaan dimana sekelompok individu yang berbeda kegiatan dan prilaku atau tingkah laku seseorang tidak sama antara yang satu dangan individu yang lainnya.
C. Hipotesa
Hipotesa dari penelitian “Faktor-faktor penyebab diare pada balita di wilayah verja puskesmas delitua” hádala
Ha : Adanya faktor penyebab diare pada balita di wilayah kerja puskesmas delitua
Ho : Tidak adanya faktor penyebab diare pada balita di wilayah kerja puskesmas delitua
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif tipical, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua Tahun 2008.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti, populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita di wilayah kerja puskesmas Delitua Tahun 2008.
(Notoadmojo, 2005)
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah quota sampling yaitu untuk menetapkan jumlah yang akan di teliti.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki anak yang menderita sakit diare di wilayah kerja puskesmas delitua Tahun 2008.
(Notoadmojo, 2005)
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan terlebih dahulu diberi penjelasan singkat kepada responden tentang kuisioner dan hal-hal yang tidak dimengerti responden.
D. Etika penelitian
Dalam penelitian ini mendapat rekomondasi dari Ka.prodi Ilmu Keperawatan DELIHUSADA Delitua, setelah di setujui oleh pembimbing I dan II selaku pembimbing penelitian. Kemudia permintaan secara tertulis ke puskesmas delitua.
Kemudian penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut:
1. (informed consent) saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediannya menjadi responden
2. Anonymity (tanpa nama) pada lembaran persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol saja.
3. Confidentiality (kerahasiaan) pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi, dan tidak akan di sebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin reponden.
E. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, dapat diperbaiki dengan memeriksa dan dilakukan pendataan ulang.
b. Coding
Coding adalah hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode dengan petunjuk.
c. Tabulating
Tabulating adalah untuk mempermudah analisa data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
F. Analisis data
Analisa data di lakukan estela semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan data ke dalam Rumus dengan menggunakan “korelasi product moment” yaitu.
rxỵ = χ—________ xy
√—∑
r χy
(Sugiyono, 2006).
G. Instrumen
Instrumen digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi pertanyan. Kuesioner adalah suatu alat pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum / orang banyak (Notoadmojo 2002). Kuesioner yang dibuat terdiri dari 15 pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Penilaian dengan menggunakan Skala LIKERT dengan pilihan jawaban,
a. Sangat baik
b. Baik
c. Tidak baik
d. Sangat tidak baik.
Untuk penilaian jawaban dapat di beri skor sebagai berikut:
1. untuk pertanyaan A. di beri nilai 4
2. untuk pertanyaan B diberi nilai 3
3. untuk pertanyaan C di beri nilai 2
4. untuk pertanyaan D di beri nilai 1
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas delitua.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di bulan Desember sampai dengan februari.
J. Pelaksanaan Penelitian
Setelah peneliti mendapat surat rekomendasi dari pendidikan, peneliti membawa surat rekomendasi ke puskesmas delitua. Setelah mendapat izin dari kepala puskesmas Delitua, peneliti diberi persetujuan pengambilan data di wilayah kerja puskesmas Delitua tersebut Tahun 2008.
BAB VI
1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah di lakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua tahun 2009 dengan menggunakan daftar kuesioner bagi orang tua dengan sampel sebanyak 20 orang dan hasil di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
NO UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN NOMOR SOAL JUMLAH PERSENTASE KATEGORI
19-30 31-50 ›50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
saya juga rencana mau buat tesi tentang hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan diare pada anak balita di .....
BalasHapustapi saya bingung untuk membuat kuesionernya, tolong dong minta kuesioner yang sudah di uji validitasnya, yang berhubungan dengan judul saya!!!!!!!!!!!
tlng ya...
makasih.
boleh lihat daftar kuesionernya??
BalasHapus