Sabtu, 23 Mei 2009

FAKTOR PENYEBAB DIARE

Faktro Penyebab Diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya


2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
(Ngastiyah, 2003)
5. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare
1. Faktor lingkungan
• Pasokan air tidak memadai
• Air terkontaminasi tinja
• Fasilitas kebersihan kurang
• Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air
• Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anaak di WC
• Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes . Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

2. Praktik penyapihan yang buruk
• Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol
• Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun



3. Faktor individu
• Kurang gizi
• Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya, diare lebih lajim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak.
4. Produksi asam lambung berkurang
5. Gerakan pada usus berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal
(Savitri, 2002)
6. Pencegahan Diare
• Beri ASI eksklusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun.
• Hindari pemberian susu botol.Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih.
• Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan anak-anak.
• Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari.
• Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10 menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama.
• Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya
• Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi makan anak, memasak, setelah pergi ke WC atau membersihkan anak.
• Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin.
• Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat.
• Berikan imunisasi campak kepada akan pada usia sembilan bulan karena resiko diare parah dan malnutrisi yang mengikutinya lebih tinggi. Setelah infeksi campak.
• Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih. Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.

7. Cara Pemberian Cairan dalam Terapi Dehidrasi
a. Belum ada dehidrasi
Peroal sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml / kg BB peroral (intragastrik), selanjutnya : 125 ml / Kg BB / hari ad libitum.
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama :
40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB / menit (Set infus 1 ml = 20 tetes).
7 Jam berikutnya :
12 ml / kg BB / Jam = 3 tetes / kg / BB / menit (Set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes / kg / BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya :
125 ml / kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG 11 intravena 2 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes / Kg / BB / menit. (1 ml = 20 tetes).
(Ngastiyah, 2003).

8. Pengobatan untuk diare
a. Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia.
(Ngastiyah, 2003).

TERAPI KELOMPOK

Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
Jenis terapi kelomok
a. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social.

Tujuan Kelompok terapeutik:
1. Mencegah masalah kesehatan
2. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
3. Meningkatkan kualitas kelompok, antara anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaikan masalah.
b. Terapi aktipitas kelompok
Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi presepsi, stimulasi sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi (keliat, 2005).
Pada terapi ini, seorang perawat spesialis yang menjadi tropis dan enam sampai delapan orang bertemu secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan mengubah pola perilaku yang mal adaptif. Kemudian klien mempelajari bagaimana membuat ekspresi perasaan yang sesuai dan menggali cara-cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan perubahan pribadi (copel, 2007).
Proses kelompok adalah makna interaksi perval dan non verbal di dalam kelompok yang meliputi:
1. isi komunikasi
2. Hubungan antara anggota
3. Pengaturan tempat duduk
4. Pola atau nada bicara
5. bahasa dan sikap tubuh
6. Tema kelompok yang dapat diekspresikan baik secara terbuka atau tertutup. Kelompok terapi berfokus pada hubungan kelompok, interaksi antar anggota, dan masalah dalam hidup dan perilaku yang terjadi disana dan saat ini (Ann, 2005).
Terpi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual.
a. Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
b. Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang sama”
c. Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok.
Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (tomg, 2004)
Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan insinght, kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang dipasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert, 2009:157).

2.3. Terapi Aktivitas Kelompok
Terpi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama (keliat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktipitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

2.3.1. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Stimulus yang disediakan baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang mel adaptif atau distruktif, mis: kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi.

2.3.2. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non Verbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).
Biasanya klien tidak mau menggungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi omosi dan perasaannya, serta menampilkan respon. Aktifitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni, menyanyi, menari, jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagi kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus

2.3.3. Terapi Aktifitas Kelompok orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar, yaitu diri sendiri, orang lain yang di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien.
Aktifitas berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.

2.3.4. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari inter personal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi pernahditeliti dan memberi dampak pada kemampuan klien dalam bersosialisasi. Terapi aktivitas yang lain telah digunakan dibeberapa Rumah Sakit Jiwa. Dengan evaluasi dan penelitian tentang manfaat terapi aktivitas kelompok yang akan memberi kontribusi peningkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok dapat diperoleh melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan diharapkan perawat yang melaksanakan terapi aktivitas kelompok telah mengikuti pendidikan khusus.
Rawlins, willians, dan beck mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk memjadi terpai atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya. Pengalaman mengikuti terapi kelompok.

2.4. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan / atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah

PENYEBAB AUTIS

PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis. Beberapa teori penyebab autis adalah : Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid, teori Gulten-Casein (celiac), kolokistokinin, teori oksitosin Dan Vasopressin, teori metilation, teori Imunitas, teori Autoimun dan Alergi makanan, teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin

Hisprung atau Mega Colon

Pengertian
Ada beberapa pengertian mengenai Hisprung atau Mega Colon, namun pada intinya sama an ipenyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 )

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi 3 aterm dengan berat lahirKg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000

Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.




Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
7.
8.
Diagnosa Keperawatan

1.Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
Ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
Anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil
- .Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
- .Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

Intervensi :
- .Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
- .Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
- .Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
- .Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
- .Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan

2.Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
- .Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
- .Turgor kulit pasien lembab
- .Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan

Intervensi
- Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
- .Ukur berat badan anak tiap hari
- .Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntahc.


3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
- .Turgor kulit lembab.
- .Keseimbangan cairan.

Intervensi
- .Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
- Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
- Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segerad.

4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan :
pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil
:Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya, perawatan dan obat – obatan lebih meningkat

Intervensi:
- .Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
- Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
- Kaji latar belakang keluarga
- Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
- Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien.

Selasa, 12 Mei 2009

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA B


Topik : Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
Tempat : Puskesmas Tanjung Morawa B
Tanggal : 23 April 2009

TIU : Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami apa yang dimaksud dengan ispa.

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan Pengertian ISPA
- Menjelaskan Klasifikasi Penyakit Ispa
- Menjelaskan Penyebab Ispa pada Balita
- Menjelaskan Tanda dan gejala Ispa
- Menjelaskan Gejala Ispa Ringan
- Menjelaskan gejala Ispa Sedang
- Menjelaskan Gejala Ispa Berat
- Menjelaskan cara pengobatan Ispa
- Menjelaskan cara pencegahan
- Menjelaskan Cara Pemberantasan Ispa

Penyuluh : Mahasiswa STIKes DELI HUSADA Delitua
Media : Leaflet
Metode : PENYULUHAN
Evaluasi : Tanya Jawab
Sumber :






SATUAN ACARA PENYULUHAN



No
Uraian Kegiatan Waktu
Perawat Masyarakat
1. Pembukaan  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan pokok bahasan
 Mengadakan review
 Menjawab salam
 Mendengarkan
 Mendengarkan

 Merespon
5 Menit
2. Isi  Menjelaskan defenisi ispa
 Menjelaskan klasifikasi penyakit ispa
 Menjelaskan Penyebab ispa pada balita
 Menjelaskan Tanda dan gejala ispa
 Menjelaskan Cara pengobatan
 Menjelaskan cara pencegahan ispa
 Menjelaskan cara pembrantasan ispa
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami


15 Menit
3. Penutup  Membuat kesimpulan dengan Mahasiswa
 Mengucapkan kata penutup
 Mengucapkan salam  Masyarakat Merespon dan menjawab.
 Mendengar
 Menjawab salam
5 Menit



INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005):
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).
2. Penyakit ISPA pada Balita
a. Klasifikasi Penyakit ISPA
Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini di samping digunakan cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
1). Pemeriksaan
2). Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
3). Penentuan klasifikasi penyakit
4). Pengobatan dan tindakan
Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan hingga < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.
b. Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 95).
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005)
d. Tanda dan Gejala
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002):
1). ISPA ringan bukan pneumonia
2). ISPA sedang, pneumonia
3). ISPA berat, pneumonia berat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.
1). Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
a). Batuk.
b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
2). Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b). Suhu lebih dari 390C.
c). Tenggorokan berwarna merah.
d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.
3). Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a). Bibir atau kulit membiru
b). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h). Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.
e. Pencegahan ISPA
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1). Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a). Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
b). Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c). Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d). Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
e). Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
Dinkes DKI (2005)
2). Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).
3). Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).
4). Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

Pengobatan pada ISPA
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :
1. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
2. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
3. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
4. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
5. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk
Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian DBD
Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimptomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.
2.Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

3. Gejala Demam Berdarah Dengue
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
• Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)
• Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
• Hepatomegali (pembesaran hati).
• Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
• Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm³.
• Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
• Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
• Pendarahan pada hidung dan gusi.
• Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Masa Inkubasi Demam Berdarah Dengue
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
Penularan Demam Berdarah Dengue
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
4. Pencegahan DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
• Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
• Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
• Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
• Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
• Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
• Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
• Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
5. Pengobatan DBD
Pengobatan penderita Demam Berdarah adalah dengan cara:
• Penggantian cairan tubuh.
• Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter –2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
• Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.

LAPORAN KEPANITRAAN KLINIK PUSKESMAS


B A B I
P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas SDM. Oleh kerena itu kesehatan perlu di pelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikan. Masalah kesehtan merupakan suatu masalah yang tidak terlepas dari kehidupan manusia, baik kesehtan jasmani maupun rohani mulai dari individu, kelompok dan masyarakat.
Pada pasal 5 UU Kesehatan No 23 Tahun 1992, Dinyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat klesehatan perorangan, keluargan dan juga lingkungan. Dalam hal pemeliharaan kesehatan masyarakat, pemerintahan mendirikan suatu bentuk organisasi kesehatan fungsional yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal yang disebut puskesmas (Pusat kesehatan Masyarakat).
Puskesmas adalah kesatuan organisasi pungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarat disamping memberikan pelayanan dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes 1991).
Dalam rangka mewujudkan indonesia sehat, cdiharapkan masyarakat indonesia ikut berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehantan yang optimal. Peningkattan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai kesehatan masyarakat dan mendorong kearak kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh tanggung jawab.
Ada beberapa bentuk upaya kesehatan yang ada diIndonesia, salah satunya adalah Pelkes melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukan.
Pada era disentralisasi, program preoritas dan porgam penengembangan dimana ada tujuh program preoritas.
1. Promosi kesehtan
2. Kesling
3. KIA / KB
4. perbaikan gizi
5. P2M (Pemberantasan Penyakit Menulas)
6. Pengobatan
7. Pencatatan Laporan.
Upaya perawatan kesehatan masyarakat dilakukan didalam maupun diluar gedung puskesmas,khususnya bagi keluarga keluarga yang berada diluar wilayah kerja puskesmas.upaya ini dilakukan terutama melalui jaringan pos pelayanan terpadu(posyandu).kegiatan posyandu merupakan tindak lanjut hasil pengobatan di puskesmas dan sarana kesehatan lain serta pembinaan kemampuan individu,keluarga,masyarakat dan kelompok-kelompok khusus untuk sehat secara mandiri.

Oleh karena itu mahasiswa S-1 keperawatan deli husada delitua melaksanakan praktek belajar laporan dipuskesmas tanjung morawa agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan puskesmas serta dapat mengidentifikasi dan menilai keefektipan program-program puskesmas sesuai dengan program belajar keperawatan komunitas.
1.2. Tujuan Puskesmas
• untuk mengidentifikasi program puskesmas: program prioritas dan program pengembangan.
• untuk megidentifikasi kegiatan puskesmas sesuai dengan program yang ada.
• untuk berpartisipasi aktik dalam kegiatan puskesmas didalm maupun Diluar gedung.
• Melakukan penyuluhan kesehatan (puskesmas,posyandu,sekolah,keluarga).

Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas, maka kami mengidenfikasi dan menilai ke efektipan program-program puskesmas dalam bentuk laporan kegiatan selama praktek di puskesmas tanjung morawa.
Dalam rangka mewujudkan Visi “Masyarakat Tanjung Morawa” yaitu Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memuaskan masyarakat.
Puskesmas Tanjung Morawa mengemban misi :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan system informasi kesehatan.
4. Membangun citra pelayanan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat.

Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 merupakan buku statistik kesehatan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat diwilayah Puskesmas Tanjung Morawa.
Profil ini berisi data dan informasi untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa.
Oleh karena itu Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Morawa dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi keinginan pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa dari tahun ke tahun.
Data yang dikumpulkan dalam profil kesehatan Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2008, meliputi :
a. Data umum meliputi data geografi, kependudukan dan sosial ekonomi.
b. Data Derajat Kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan dan data status gizi.
c. Data Pelayanan Kesehatan, antara lain data pemanfaatan Puskesmas, data pelayanan ibu dan anak, dan pemeriksaan penyakit, data pelayanan kesehatan Gakin, data pengembangan KLB, data pelayanan kesehatan lainnya.
d. Data kesehatan, higieni dan perilaku hidup sehata masyarakat, meliputi data air bersih, data rumah sehat, data tempat umum, dan perilaku hidup sehat.
e. Data sumber daya kesehatan yang meliputi data sarana kesehatan, data tenaga kesehatan, data obat dan perbekalan kesehatan, serta data pembiayaan kesehatan.
f. Data lainnya.

Data diperoleh dari laporan Puskesmas Pembantu, Bidan dan, setiap pemegang program.
Data dianalisa dengan Analisis Deskriptif dan Analisis Komparatif, kemudian informasi diperoleh dan disajikan dalam bentuk teks, table, grafik dan diagram.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Defenisi
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan pungsional yang merupakan pusat perkembangan kesehatan masyarakat yang juga membina perean serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (depkes RI )1991
2.2. Tujuan Puskesmas
Kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun suasta pada hakekatnya mempunyai tujuan sebagai berikut
a. kegiatan upaya kesehatan yang bertujuan untuk dapat menyelesaikan atau mengurangi masalah dilingkungan kesehatan
b. kegiatan upaya kesehatan yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat agar dapat hidup sehat
2.3. Pungsi Puskesmas
Adapun pungsi pokok puskesmas adalah sebagai berikut:
a. sebagai pusat pembegunan masyarakat diwilayahnya
b. mebina peran serta masyarakat diwilayah kerujanya dalam rangka meningkatkan kemampuan utuk hidup sehat .
c. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada manyarakat diwilayah kerjanya
2.4. Kegiatan Pokok Puskesmas
Terdapat 18 kegiatan pokok beserta ruang lingkup kegiatan masing-masing yaitu :
1. usaha kesehatan ibu dan anak
a. Pemeliharaan kesehatan ibu dan hamil, Melahirkan, menyusui serta bayi, anak balita dan anak pra sekolah
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna utuk mencegah gizi buruk krena kekurangan protein dan kalori dan serta kekurangan lain serata bila ada pemberian makanan tambahan, vitamin dan mineral.
c. Peberian nasehat tentang perkiembangan anak dan stimulasinya.
d. Imunisasi tetanus toksoid 2 x pada ibu hamil, imunisasi BCG 1x DPT 3X Polio 4x serta campak 1x pada bayi usia 9 bulan.
e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dallam mencpai tujuan program KIA
f. Pelayanan keluarga berencana kepada PUS dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkn anak berkali kali dan golongan ibu berisiko tinggi
g. Pengobatan bagi ibu, anak balita dan pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
h. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan, memberikan penerangan dan pendidikan tentang kesehatan dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi puskesmas dan meminta agar mereka datang ke puskesmas lagi
2. usaha keluarga berencana (KB)
3. Usaha Penigkatan gizi
4. Usaha kesehatan linhkungan
5. Usaha Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Usaha Pengobatan
7. Upaya penyuluhan kesehtan masyarakat (PKM)
8. Upaya Kesehatan Gizi Sekolah (uks)
9. Kesehatan Olaraga
10. Perawatan Kesehatan masyarakat
11. Penigkatan kesehatan Kerja
12. Kesehatan Jiwa
13. Kesehatan Mata
14. Laboratorium
15. Upaya Kesehatan Sekolah
16. Pembinaan Peran serta Masyarakat
17. Pencatatan dan pelaporan
18. Pembinaan Pengobatan tradisional
2.5. Sasaran kegiatan puskesmas

adalah I ndividu, keluarga kelompok dan mesyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor kurang pengetahuan, ketidak mampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
a. Individu
- yang mempunayi masalah kesehatan dan termasuik kedalam golongan rawan (Vulnereble group)
- Sasaran individu dapat meupakan titik awal
b. Keluarga
• Keluarga Rawan yaitu keluarga yang tentan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan
• Prioritas pelayanan kesehatan puskesmas
c. Kelompok
• Kelompok rawan yang terikat dalam intistusi misal panti, Pondok pensantren..
• Kelompok rawan yang tidak terikat dalam intistusi misalnya karang taruna, karang balita, kelompok kerja informal , perkumpulan penyandang taruna
2.6. Pelayanan Kesehatan
2.6.1. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
Cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K-1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 2,531 ibu hamil yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, ada 2.314 ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart yang pertama kali pada masa kehamilan (91,43%) (Lampiran tabel 17).


2.6.2. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada tahu 2008 dilaporkan dari 2,531 ibu hamil yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa ada 2,187 ibu hamil (86,41%) yang mendapatkan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali ( Lampiran tabel 17).

2.6.3. Persentase Ibu Nifas Mendapat Pelayanan
Ibu nifas mendapat pelayanan adalah ibu nifas 6 (enam) jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari yang telah memperoleh 3 (tiga) kali pelayanan nifas sesuai standart.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 2,069 ibu nifas yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, ada 2,062 ibu nifas (99,66%) yang telah mendapatkan pelayanan (Lampiran tabel 17).

2.6.4. Persentase Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah)
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita (pra sekolah) adalah cakupan anak umur 0-6 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai dengan standart oleh dokter, bidan dan perawat, paling sedikit 2 (dua) kali pertahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 9,683 jumlah balita yang ada , dan 3,563 usia pra sekolah hanya 7,886 yang dideteksi tumbuh kembangnya (59,53%) oleh dokter, bidan dan perawat (Lampiran tabel 18).
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita (pra sekolah) tahun 2008 dapat kita lihat pada tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Pra Sekolah di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2008.

NO DESA/ KELURAHAN ANAK BALITA PRA SEKOLAH
Balita Pra Sekolah Balita+Pra
Sekolah Dideteksi %
1 Tanjung Morawa A 686 289 975 596 61.13
2 Tanjung Morawa B 1,138 376 1,514 826 54.56
3 Tanjung Morawa Pekan 1,032 181 1,213 321 26.46
4 Limau Manis 1,545 584 2,129 1,220 57.30
5 Bandar Labuhan 424 193 617 421 68.23
6 Dagang Kerawan 683 233 916 600 65.50
7 Bangun Rejo 869 349 1,218 960 78.82
8 Medan Sinembah 564 208 772 320 41.45
9 Tanjung Baru 806 241 1,047 820 78.32
10 Tanjung Mulia 176 75 251 164 65.34
11 Naga Timbul 489 151 640 247 38.59
12 Ujung Serdang 232 171 403 370 91.81
13 Lengau seprang 433 134 567 472 83.25
14 Aek Pancur 44 14 58 63 108.62
15 Punden Rejo 193 274 467 320 68.52
16 Sei Merah. 369 90 459 166 36.17
JUMLAH (KAB/KOTA) 9,683 3,563 13,246 7,886 59.53
Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Tanjung Morawa.

2.6.5. Persentase Siswa SD/MI yang diperiksa Kesehatannya.
Cakupan siswa SD/MI yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada laporan tahun 2008 sebanyak 10,909 siswa SD/MI yang telah diperiksa kesehatannya (74,68%) dari jumlah siswa SD/MI yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa (Lampiran Tabel 18).
2.6.6. Persentase Siswa SMP/SMU yang diperiksa Kesehatannya.
Cakupan siswa SMP/SMU yang diperiksa kesehatannya adalah cakupan siswa kelas 1 SLTP, kelas 1 SMU/SMK dan setingkat yang diperiksa kesehatnnya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/kader kesehatan sekolah) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Data tahun 2008 sebanyak 6,765 siswa SMP,SMU/SMK dari 5,052 siswa SMP dan 1,713 siswa SMU yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, namun siswa SMP dan SMU belum pernah diperiksa kesehatannya oleh dokter, bidan, dan perawat.

2.6.7. Persentase Peserta KB Baru
Keluarga Berencana merupakan salah satu program Pemerintah dalam upaya menekan angka peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, dengan tujuan mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera. Sasaran dari program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS). PUS adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun.
Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara bagi pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu alat kontrasepsi. Pada tahun 2008 terdapat KB baru yang berjumlah 639 (3,71%) dari jumlah PUS yang ada di Keceamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa. (Lampiran tabel 19).
2.6.8. Persentase Peserta KB Aktif
Peserta KB Aktif merupakan peserta KB yang aktif/masih menggunakan salah satu alat kontrasepsi pada pasangan usia subur. Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan peserta aktif KB disbanding dengan jumlah PUS yang ada disuatu wilayah kerja dalam jurun waktu tertentu.
Dilaporkan bahwa, pada tahun 2008 terdapat 12,357 peserta KB aktif (71,77%) dari 17,218 jumlah PUS yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa (lampiran tabel 19).
2.6.9. Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontarsepsi
Metode kontrasepsi ada 2 (dua), yaitu
a. MKJP, merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang meliputi IUD, MOP (Medis Operatif Pria)/MOW (Modus Operatif Wanita) dan implant.
b. Non MKJP, merupan metode kontrasepsi jangka pendek yang meliputi suntik, pil, kondom dan obat vagina.
Dilaporkan bahwa, pada tahu 2008 dari jumlah PUS yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, yang menggunkan MKJP seperti : IUD (5,22%), MOP/MOW (3,44%), dan implant (2,76%), sedangkan yang menggunakan non MKJP seperti : suntik (42,03%), pil (44,30%), kondom (2,25%) dan obat vagina belum ada yang menggunakan (lampiran tabel 20).

2.6.10. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi.
Salah satu program andalan bagi puskesmas adalah program imunisasi.Imunisasi mempunyai tujuan untuk menurukan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan bagi bayi dan balita. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak. Imunisasi ini harus lengkap diberikan kepada bayi dan balita, sehingga anak memiliki kekebalan tubuh yang baik.
Dilaporkan bahwa, pada tahun 2008 dari jumlah bayi yang ada yaitu 2397, maka yang mendapatkan imunisasi BCG 2688.


2.6.11. Persentase Balita Mendapat Vitamin A 2 (dua) Kali
Cakupan balita mendapat vitamin A-2x adalah bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A-1 (satu) kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 (dua) kali pertahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dilaporkan bahwa pada tahun 2008 sebanyak 5,696 balita yaitu usia 1-4 tahun medapatkan vitamin A 2x (77,78%). (Lampiran tabel 24).

2.6.12. Persentase Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita dengan gizi buruk yang ditangani oleh petugas kesehatan melalui sarana kesehatan yang tersedia sesuai dengan kaidah tatalaksana gizi buruk disuatu wilayah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.
Dilaporkan bahwa pada tahun 2008 ditemukan balita gizi buruk di Kecamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa sebanyak 4(empat) orang, dari 4 (empat) penderita gizi buruk tersebut semua mendapatkan perawatan sesuai dengan kaidah tatalaksana gizi buruk.


2.6.13. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi :
1. Penimbangan berat badan
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemberian tablet besi (tablet Fe)
4. Pemberian imunisasi TT dan
5. Konsultasi

Untuk mengatasi kasus anemia yang terjadi pada saat kehamilan maka diperlukan pelayanan pemberian tablet besi kepada ibu hamil yang mengalami kekurangan zat besi (Fe).
Ibu hamil yang mendapat tablet Fe1 adalah ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu. Sedangkan ibu hamil yang mendapatkan Fe3 adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 2,531 ibu hamil, 2,314 ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 (91.43%), dan yang mendapatkan Fe3 sebanyak 2,187 ibu hamil (86,41%). (Lampiran tabel 25).

2.6.14. Persentase WUS yang Mendapatkan Imunisasi TT
Imunisasi TT WUS (Wanita Usia Subur) adalah pemberian imunisasi TT pada WUS (15-39) sebanyak 5(lima) dosis dengan interval tertentu berguna bagi kekebalan seumur hidup, yaitu :
1. Pemberian TT1;
2. Pemberian TT2 minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3(tiga) tahun;
3. Pemberian TT3 minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun;
4. Pemberian TT4 minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun.
5. Perlindungan TT5 minimal 1 tahun setelah TT4 denga masa perlindungan 25 tahun.
Diaporkan bahwa pada tahun 2008 dari 23593 WUS yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, maka WUS yang mendapatkan TT1 sebanyak 2103 (8,91%), WUS yang mendapatkan TT2 sebanyak 2032 (8,61%), WUS yang mendapatkan TT3 sebanyak 469 (1,98%), WUS yang mendapatkan TT4 sebanyak 390 (1,65%), dan WUS yang mendapatkan TT5 sebanyak 224 (0,95%).(Lampiran tabel 26).
2.6.15. Ibu Hamil Risti/Komplikasi yang ditangani
Ibu hamil risti/komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Dikatakan resiko tinggi apabila terjadi keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi, seperti: Hb <8 g%, tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak sungsang dan persalinan premature.
Menurut laporan tahun 2008 dari jumlah ibu hamil yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu 2531, maka ibu hamil risti/komplikasi yang ditemukan sebanyak 222 orang (8,77%), dan semua ibu hamil risti tersebut mendapatkan penangan yang baik dari petugas kesehatan.

2.6.16. Neonatal Risti/Komplikasi yang Ditangani
Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah cakupan neonatus risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan terlatihdi Puskesmas Perawatan dan RS Pemerintah/swasta.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 1989 jumlah neonatal, maka neonatal risti/komplikasi yang dijumpai sebanyak 16 orang (0,80%).

2.6.17. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif adalah bayi yang hanya mendapatkan ASI mulai lahir hingga mencapai umur 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. ASI Ekslusif sangat dianjurkan untuk bayi dan sangat bermanfaat bagi kekebalan tubuh si bayi.
Menurut laporan tahun 2008 dari 2397 bayi yang ada, hanya 141 bayi yang diberi ASI Eksklusif (5,88%). Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran tabel 32.

2.6.18. Rasio Tambal/Cabut gigi Tetap
Perawatan gigi dan mulut adalah sangat penting dilakukan, hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan gigi. Sebaiknya gigi selalu diperiksakan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Pemeriksaan gigi dan mulut merupakan bentuk upaya promotif , preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 (dua) kali setahu.
Menurut laporan tahun 2008, pelayanan kesehatan gigi dan mulut selalu dilakukan di Puskesmas Tanjung Morawa. Pencabutan gigi tetap yang dilaporkan sebanyak 457. Sedangkan pemeriksaan rasio tambal/cabut tidak ada. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 34.

2.6.19. Persentase Murid Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut.
Pemeriksaan gigi dan mulut di Puskesmas Tanjung Morawa juga dilakukan bagi murid SD/Madrasah Ibtidaiyah. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa dari 14607 murid SD/Madrasah Ibtidaiyah yang ada, sebanyak 10909 murid sekolah yang diperiksa gigi dan mulutnya (74,68 %). Setelah dilakukan pemeriksaan maka yang perlu mendapatkan perawatan gigi dan mulut sebanyak 1362, namun yang mendapatkan perawatan hanya 824 (2,18%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 34.

2.6.20. Upaya Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sebagai usaha sadar dan berencana sehingga terciptanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Berdasarkan sasarannya, penyuluhan dibagi 2 (dua) yaitu :
1. Penyuluhan kelompok: merupakan penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu.
2. Penyuluhan massa: merupakan penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran missal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa(cetak dan elektronik).
Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa, jumlah seluruh kegiatan penyuluhan yang dilakukan sebayak 47. Dimana penyuluhan secara kelompok dilakukan sebanyak 43, dan penyuluhan secara massa sebanyak 4. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 35.
2.6.21. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar.
Jaminan Kesehatan Pra-Bayar adalah suatu cara penyelenggraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali. Jaminan kesehatan pra-bayar meliputi :
• Askes; Asuransi Kesehatan yang dikelola oleh PT Askes Indonesia yang anggotanya Pegawai Negeri Sipil maupun non Pegawai Negeri Sipil.
• Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja); Program public yang memberikan jaminan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko social ekonomi tertantu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi social.
• Askeskin; Kartu yang dilakukan oleh PT. ASKES dengan maksud membantu mayarakat miskin.
Pada tahun 2008 dilaporakan, peserta ASKES yang berobat ke Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 1879, peserta Jamsostek yang berobat ke Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 1875, dan peserta Askeskin yang berobat ke Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 21664. Jumlah keseluruhan yang berobat sebanyak 25418 (25,72%). Lampiran dapat dilihat pada tabel 36.
2.6.22. Persentase Keluarga Miskin yang Mendapat Pelayan Kesehatan
Peserta Askeskin adalah Keluarga miskin yang berobat ke Puskesmas atau pun RS Pemerintah yang menggunakan Askeskin tidak dipungut biaya, hal ini dilakukan agar masyarakat miskin juga mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2008 dilaporkan dari 7152 keluarga miskin yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, yang mendapatkan Askeskin sebanyak 9690 (46,73%). Selanjutnya lapiran dapat dilihat pada tabel 37.
2.6.23. Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut.
Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut adalah pra-usia lanjut dan usia lanjut yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standart yang ada pa a pedoman diatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Selanjutnya pada tahun 2008 dilaporkan, pra-usia lanjut (45-59 tahun) yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 3829 orang, dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 689 orang (17,99%). Usia lanjut (60 tahun +) yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 3984 orang, dan yang mendapatkan pelayan kesehatan sebayak 985 orang (24,01%). Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran tabel 39.
2.7. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
2.7.1. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap.
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui rawat jalan dan rawat inap, Rawat jalan dilakukan apabila masyarakat mendapatkan gangguan kesehatan ringan, dan pelayanan rawat inap dilakukan apabila masyarakat mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana kesehatan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan. Namun saat ini Puskesmas Tanjung Morawa telah memberikan pelayanan rawat jalan dan rawat inap secara 24 jam.
Selanjutnya dilaporkan pada tahun 2008 jumlah rawat jalan yang ada di Puskesmas Tanjung Morawa adalah; Inpres (12182), Askes (4053), dan KS (9690), dan jumlah rawat inap yang ada di Puskesmas Tanjung Morawa adalah; Inpres (25), Askes (1), KS (23). Lampiran dapat dilihat pada tabel 42.
2.7.2. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan
Sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan artinya mampu menyelenggarakan pelayanan laboratorium sesuai standart. Puskesmas Tanjung Morawa saat ini telah memiliki laboratorium yang berguna membantu masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan laboratorium. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah memeriksakan kesehatan secara lengkap di Puskesmas Tanjung Morawa.

2.8. Perilaku Hidup Masyarakat
2.8.1. Paersentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Rumah tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup bersih dan Sehat) adalah rumah tanggayang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan meliputi 10 (sepuluh) indicator, yaitu :
• Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Balita diberi ASI eksklusif
• Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
• Tersedia air bersih
• Tersedinya jamban
• Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
• Lantai rumah bukan dari tanah
• Tidak merokok
• Melakukan aktivitas fisik setiap hari
• Makan sayur dan buah setiap hari
Dilaporkan pada tahun 2008, rumah yang dipantau dalam perilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 3408, dari jumlah tersebut ternyata yang ber-PHBS hanya 1720 rumah tangga (50,47%). Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran tabel 45.

2.8.2. Persentase Posyandu Aktif
Posyandu aktif adalah Posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekwensi lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata kader yang bertugas 5 (lima) orang atau lebih, yang mencakup KIA, KB Gizi dan Imunisasi dengan cakupan dana sehat < 50% yang bersumber dari masyarakat untuk masyarakat.
Posyandu dikelompokkan menjadi 4 (empat) strata yaitu :
1. Posyandu pratama adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas.
2. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader5 (lima) orang.
3. Posyandu Purnama adalah Posyandu dengan frekwensi kegiatan lebih dari 8 (delapan) kali per tahun, rata-rata jumlah kader 5 (lima)orang atau lebih
4. Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5(lima) program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjagkau 50% KK.

Selanjutnya dilaporkan pada tahun 2008, posyandu yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 77 posyandu yang tersebar di 16 desa, dimana dari 77 posyandu, yang aktif sebanyak 77,88%. (Lampiran tabel 46).

2.9. Keadaan Lingkungan
2.9.1 Persentase Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi rumah yang mempunyai jamban sehat, sarana air bersih, temapat pembuangan sampah yang baik, sarana pembuangan air limbah, ventilasi, dan lantai yang tidak terbuat dari tanah.
Dilaporkan pada tahun 2008, dari rumah yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah 21592, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 3550 rumah tangga, ternyata hanya 1740 yang termasuk rumah sehat (49.01%). (Lampiran tabel 47).

2.9.2. Persentase Keluarga yang Memiliki Akses terhadap Air Bersih
Akses air yang dikonsumsi oleh masyarakat terdiri dari :
• Air Ledeng; yaitu air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air.
• SPT; Sumur Pompa Tangan
• SGL; Sumur Galian
• PAH ; Penampungan Air Hujan
• Air Kemasan; Air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol dan kemasan gelas serta air minum isi ulang.

Pada tahun 2008, dari 22.728 keluarga yang ada di Tanjung Morawa, 16.212 yang diperiksa yang mencakup : Ledeng (7,02%), SPT (0,12%), SGL (89,87%), PAH (tidak ada), Kemasan (tidak ada), lainnya (3,00%). Selanjutnya dapat dilih

2.9.3. Persentase Keluarga yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan di lingkungan pemukiman adalah jumlah sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan dibagi dengan sarana sanitasi dasar yang diperiksa periode/kurun waktu tertentu.
Dilaporkan pada tahun 2008, dilakukan pemeriksaan terhadap 27349 KK yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, maka yang memiliki jamban sehat sebanyak 14372 KK (1038%).
Persentase yang memiliki Tempat Sampah sebanyak 15755 KK, dan yang memiliki tempat sampah yang sehat sebanyak 13753 KK (1337%).
Dan persentase keluarga yang memiliki pengelolaan air limbah sebanyak 13841, dari jumlah tersebut yang memiliki pengelolaan air bersih sebanyak 11855 KK (1366,8%). Selanjutnya lampiran dapat dilihat pada tabel 49.
2.10. Sarana Kesehatan
Untuk menggambarkan bagaimana situasi sarana kesehatan di Puskesmas Tanjung Morawa, berikut akan diuraikan data dasar Puskesmas dan jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan/pengelola dan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).

2.10.1 Data Dasar Kesehatan
Pada tahun 2008 diwilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa terdapat 4 PUSTU, 7 POLINDES, 2 POSKESDES, 78 POSYANDU dan semuanya berada di 16 desa di Kecamatan Tanjung Morawa.
Mulai tahun 2007 Puskesmas Tanjung Morawa telah melakukan perbaikan sarana dan prasarana, yaitu pembangunan fasilitas berupa gedung menjadi lantai 2 (dua). Sejak tahun 2007 Puskesmas Tanjung Morawa telah menerima pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

2.10.2. Indikator Pelayanan Puskesmas
Indikator Pelayanan Puskesmas Tanjung Morawa meliputi :
1. Persentase Penduduk yang memanfaatkan Puskesmas.
2. Persentase Sarana Kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan
3. Persentase Persalinan oleh tenaga Kesehatan
4. Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)
5. Persentase desa terkena Keladian Luar Biasa (KLB) yang ditangani
6. Peresentase Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe.
7. Persentase Bayi yang mendapat ASI eksklusif.

2.10.3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola.
Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola meliputi : Pemerintah (Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Daerah), TNI/POLRI, BUMN, dan Swasta. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola dapat dilihat pada table 5.1 di bawah ini :




Tabel 5.1. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola di Kecamatan Tanjung Morawa
FASILITAS KESEHATAN PEMILIKAN/PENGELOLA
Pem.
Pusat Pem.
Prov Pem.
Kab
/Kota TNI/
POLRI B
U
M
N Swasta Jlh
Rumah Sakit Umum 0 0 0 0 0 2 2
Rumah Sakit Jiwa 0 0 0 0 0 0 0
Rumah Sakit Bersalin 0 0 0 0 0 5 5
RS. Umum lainnya 0 0 0 0 0 0 0
Pusk. Perawatan 0 0 1 0 0 0 1
Pusk. Non Perawatan 0 0 0 0 0 0 0
Pusk. Keliling 0 0 1 0 0 0 1
Pusk. Pembantu 0 0 4 0 0 0 4
Rumah Bersalin 0 0 0 0 0 5 5
Balai Pengobatan/
Klinik 0 0 0 0 0 25 25
Praktik Dokter
Bersama 0 0 0 0 0 0 0
Praktik dokter perorangan 0 0 0 0 0 17 17
Praktik. Pengobatan
Tradisional 0 0 0 0 0 0 0
Polindes 0 0 7 0 0 0 7
Poskesdes 0 0 2 0 0 0 2
Posyandu 0 0 78 0 0 0 78
Apotek 0 0 0 0 0 7 7
Toko Obat 0 0 0 0 0 5 5
GFK 0 0 0 0 0 0 0
Industri Obat
Tradisional 0 0 0 0 0 0 0
Industri Obat Tradisional 0 0 0 0 0 0 0
Sumaber : Bidang Kepegawaian Pusk. Tanjung Morawa




2.10.4. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan bukti nyata kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Upaya Kesehatan Masyarakat seperti: Posyandu, POLINDES, POD dan POS UKK merupakan cerminan betapa pentingnya pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Hal ini dengan semakin nyata dengan terbentuknya desa siaga di setiap desa. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan desa siaga apabila telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah POSKESDES.

Grafik 5.1 Jumlah UKBM Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2008

Sumber : Bidang PKM Puskesmas Tanjung Morawa.
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 78, Polindes 7, Poskesdes 2 dan desa siaga sebanyak 9.
2.11. Tenaga Kesehatan
2.11.1. Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unut Kerja
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Tanjung Morawa, memiliki tenaga kesehatan seperti medis, perawat, bidan, farmasi, dan gizi. Mereka tersebar baik di Puskesmas Tanjung Morawa, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan Poskesdes.

2.11.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Morawa
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2008 tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Morawa, sebanyak 91 orang yaitu 47 orang berada di Puskesmas Tanjung Morawa, 12 orang berada di Pustu Medan Sinembah, 8 orang berada di Pustu B. Rejo, 5 orang berada di Pustu Tanjung Baru, 10 orang berada di Pustu Naga Timbul, dan 9 orang merupakan Bidan Desa.
Puskesmas Tanjung Morawa memiliki dokter umum sebanyak 3 orang, dokter spesialis kandungan 1 orang, dokter gigi 3 orang. Tenaga medis 4 orang, Perawat dan bidan sebanyak 31 orang, gizi 1 orang, perawat gigi 3 orang, dan tenaga non medis sebanyak 5 orang. Ini merupakan jumlah pegawai yang berada di dalam gedung Puskesmas Tanjung Morawa.
2.12. Pembiayaan Kesehatan
2.12.1 Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD
Persentase anggaran kesehatan dalam APBD merupakan dana yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD. Pada tahun 2008 Puskesmas mengalokasikan dana yang di dapat dari APBN berupa dana Askeskin sebesar Rp. 40.000.000,-. Besarnya jumlah anggaran tersebut dapat kita lihat pada tabel

BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TANJUNG MORAWA

3.1. Luas Wilayah

Puskesmas Tanjung Morawa didirikan sejak tahun 1968, yang terletak di jalan Irian daerah Tanjung Morawa – Kecamatan Tanjung Morawa Kabuaten Deli Serdang dengan luas tanah Puskesmas 450 m dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatam STM Hilir
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Patumbak
- Sebelh Timur berbatasan dengan kecamtan Galang, kecamatan Merbau, kecamatan Lubuk Pakam.
Bentuk bangunan Puskesmas bertingkat dua dengan jenis bangunan permanent, lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya. Puskesmas Tanjung Morawa membuka Pelayanan selama 24 jam, serta memiliki fasilitas rawat inap.

3.2. Jumlah Desa.
Secara administrative Puskesmas Tanjung Morawa terdiri dari 16 desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa.









Tabel 2.1. Desa ,luas, banyak dusun, jarak ke Piskesmas induk
No Desa Luas (km2) Banyak Dusun Jarak ke Pusk. Induk ( km )
1.
Limau Manis 5.00 14 2.00
2. Tanjung Morawa B 1.25 5 3.00
3. Tanjung Morawa A 1.96 5 0.60
4. Bangun Rejo 9.92 8 0.60
5. Tanjung baru 4.90 5 4.00
6. Medan Sinembah 3.50 7 6.50
7. Tanjung Morawa P 1.10 5 0.50
8. Dagang Kerawan 1.27 4 1.00
9. Bandar Labuhan 2.70 7 3.00
10. Lengau Seprang 4.25 3 7.00
11. Naga Timbul 5.00 5 7.00
12. Ujung Serdang 3.07 5 6.00
13. Punden Rejo 10.00 4 7.00
14. Tanjung mulia 7.14 4 8.00
15. Sei Merah 22.04 5 3.00
16. Aek Pancur 5.01 3 9.00


3.3. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur.
Pada tahun 2008 wilayah kerja Puskesmas Tanjung morawa memiliki 47104 orang penduduk yang berjenis kelamin laki – laki dan 51710 orang penduduk yang berjenis kelamin perempuan.
Angka tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2. Penduduk wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008.
Umur Laki-laki (Lk) Perempuan (Pr) Lk + Pr
0-4 4312 4654 8966
5-9 3084 3406 6490
10-14 4138 4257 8395
15-19 4329 4626 8955
20-24 4321 4587 4908
25-29 3817 4589 8406
30-34 3703 4341 8044
35-39 3785 4385 8170
40-44 3392 3746 7138
45-49 2308 2816 5124
50-54 2912 2708 5620
55-59 1858 2130 3988
60-64 1295 1337 2632
65-69 1146 1313 2459
70-74 916 1100 1916
75+ 1686 1917 3606
Jumlah 47002 51812 98814

Khusus
0-4 (Balita) 4312 4654 8966
0-14 (Anak-anak) 11534 12317 23851
15-64 (Usia Produktif) 31720 35265 66985
65+(Lansia) 3748 4230 7978

Usia Sekolah
0-6 5565 6016 11581
7-12 4313 4598 8911
13-15 2522 2628 5150
16-18 2597 2776 5373
19-23 4323 4595 8918
24 864 917 1781
Dari tabel 2.2. diatas dapat lihat bahwa pada tahun 2008 usia produktif merupakan kelompok usia yang paling banyak bila dibandingkan dengan kelompok usia yang lainnya.

3.4. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga
Pada tahun 2008 jumlah rumah tangga / kepala keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 2.3. dibawah ini :
Tabel 2.3. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga dan rata-rata jiwa / rumah tangga tahun 2008.

No Desa Jumlah Rumah Tangga Rata-rata jiwa/Rumah tangga
1. Limau Manis 3503 5,2
2. Tanjung Morawa B 2866 4,5
3. Tanjung Morawa A 2873 3,9
4. Bangun Rejo 2232 4,3
5. Tanjung baru 1855 3,9
6. Medan Sinembah 1338 4,5
7. Tanjung Morawa P 1540 4
8. Dagang Kerawan 1284 3,97
9. Bandar Labuhan 1181 4
10. Lengau Seprang 1018 4
11. Naga Timbul 891 4,1
12. Ujung Serdang 817 4,76
13. Punden Rejo 554 4
14. Tanjung mulia 366 4,5
15. Sei Merah 315 4,28
16. Aek Pancur 95 3,3
JUMLAH 27349 67,21

Dari tabel 2.3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa pada tahun 2008 adalah 27347 Rumah tangga. Bila kita bandingkan dengan jumlah penduduk yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa pada tahun 2008 yang berjumlah 98814 jiwa, maka rata-rata jiwa/anggota rumah tangga adalah 67,21 jiwa.
3.5. Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2008 Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari 16 desa memiliki jumlah penduduk sebanyak 98814 jiwa. Dengan luas wilayah 80,73 km2, dengan demikian kepadatan penduduk Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari 16 desa pada tahun 2008 sebesar 26025 Jiwa/km2. Banyaknya jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 dapat dilihat pada 2.4 dibawah ini.
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2008
NO DESA/KELURAHAN LUAS WILAYAH JUMLAH
PENDUDUK KEPADATAN
PENDUDUK
/KM2
1. Limau Manis 8,11 18.268 2252
2. Tanjung Morawa B 6,00 12.905 2150
3. Tanjung Morawa A 3,07 11.339 3693
4. Bangun Rejo 6,92 9643 1393
5. Tanjung baru 5,07 7322 1444
6. Medan Sinembah 3,50 6.060 1731
7. Tanjung Morawa P 0,50 6161 3080
8. Dagang Kerawan 1,96 5109 2606
9. Bandar Labuhan 2,70 4724 1749
10. Lengau Seprang 4,25 4073 958
11. Naga Timbul 5,00 3723 744
12. Ujung Serdang 3,93 3897 991
13. Punden Rejo 1,10 2262 2056
14. Tanjung mulia 1,57 1655 1054
15. Sei Merah 22,04 1351 61
16. Aek Pancur 5,01 314 63
JUMLAH 80,73 98814 26025

3-65 Rasio Beban Tanggungan
Rasio Beban Tanggungan adalah banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif. Rasio beban tanggungan di wilayah kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 dapat dilihat pada table 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5. Rasio Beban Tanggungan Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008.
Jenis Kelamin < 15 Tahun > 65 Tahun 15-65 tahun
(Usia Produktif) Rasio Beban Tanggungan
Laki-laki 11534 3748 31270 48,87
Perempuan 12317 4330 35265 47,20
Jumlah 23851 8078 66535 47,99

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa rasio beban tanggungan Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 sebesar 47,99 %.

3.7. Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Rasio jenis kelamin di Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 sebesar 91,09.
Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa berdasarkan jenis kelamin dan rasio jenis kelamin pada tahun 2008 dapat di lihat pada tabel 2.6 dibawah ini.



Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2008.
NO DESA/KELURAHAN JUMLAH
PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1. Limau Manis 18.268 8345 9923 84,09
2. Tanjung Morawa B 12.905 6061 6874 88,17
3. Tanjung Morawa A 11.339 5582 5757 96,96
4. Bangun Rejo 9643 4193 5450 76,93
5. Tanjung Baru 7322 3506 3816 91,87
6. Medan Sinembah 6.060 3052 3008 101,46
7. Tanjung Morawa P 6161 3187 2974 107,16
8. Dagang Kerawan 5109 2209 2900 76,17
9. Bandar Labuhan 4724 2343 2379 98,48
10. Lengau Seprang 4073 1853 2220 83,46
11. Naga Timbul 3723 2000 1723 116
12. Ujung Serdang 3897 1882 2015 93,39
13. Punden Rejo 2262 1096 1166 93,99
14. Tanjung mulia 1655 834 821 101,58
15. Sei Merah 1351 790 561 140,81
16. Aek Pancur 314 171 143 119,58
JUMLAH 98814 47104 51710 91,09

3.7.1. Persentasi Penduduk Laki-laki dan Perempuan berusia 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan.
Pendidikan merupakan modal dasar dalam pembangunan. Rendahnya tingkat pendidikan dapat dirasakan sebagai penghambat dalam pembangunan, sehingga tingkat pendidikan sangat diperlukan dalam peningkatan kesejahteraan penduduk.
Persentase penduduk Kecamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa menurut pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.7.dibawah ini.

Tabel 2.7. Persentase Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Tahun 2008
Pendidikan Tertinggi Lk (%) Pr (%) Lk+Pr (%)
Belum punya ijazah
Yang ditamatkan :
SD / MI / Sederajat
SMTP / MTs / sederajat
SMU / MA / sederajat
SM Kejuruan
Diploma I / II
Diploma II / Sarmud
D IV / SI
S-2 / S-3

Dari Tabel 2.7. diatas dapat diperoleh gambaran bahwa perbedaan prioritas antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam memperoleh pendidikan yang terjadi selama ini, dimana anak laki-laki mendapat prioritas yang lebih tinggi dalam memperoleh pendidikan dibandingkan anak perempuan, sedangkan kemampuan ekonomi keluarga hampir tidak terlihat sama sekali.
3.9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf
Melek huruf adalah penduduk berusia 10 tahun keatas yang mampu membaca atau menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Pada tahun 2008, penduduk Kecamatan Tanjung Morawa dengan 16 desa masih memiliki penduduk berusia 10 tahun keatas yang tidak mampu membaca atau menulis huruf latin atau huruf lainnya (buta aksara)

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Buta Aksara dan Melek Huruf di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2008

NO DESA / KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK BUTA AKSARA
Laki-Laki (Lk) Perempuan (Pr) Lk + Pr
1. Limau Manis 6 2 8
2. Tanjung Morawa B 27 27 54
3. Tanjung Morawa A 0 0 0
4. Bangun Rejo 0 0 0
5. Tanjung Baru 2 4 6
6. Medan Sinembah 10 14 24
7. Tanjung Morawa P 0 0 0
8. Dagang Kerawan 4 6 10
9. Bandar Labuhan 0 0 0
10. Lengau Seprang 0 0 0
11. Naga Timbul 0 0 0
12. Ujung Serdang 0 0 0
13. Punden Rejo 0 0 0
14. Tanjung mulia 0 0 0
15. Sei Merah 3 3 6
16. Aek Pancur 3 5 8
Total Penduduk yang Buta Aksara 55 61 116
Jumlah Penduduk Laki-Laki usia 10 tahun ke atas 39516
Jumlah Penduduk Perempuan usia 10 tahun ke atas 44129
Jumlah Penduduk Laki-Laki yang Melek Huruf 35070
Jumlah Penduduk Perempuan yang Melek Huruf 39578
Jumlah Keseluruhan penduduk Puskesmas Tanjung Morawa yang Melek Huruf 74648

Situasi derajat kesehatan
Untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan masyarakat kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang berikut ini disajikan situasi mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan status gizi masyarakat.


3.10. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat setiap tahunnya. Kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Angka kematian yang menunjukkan situasi derajat kesehatan dapat dibagi menjadi :
3.1.1. Angka kematian bayi per-1.000 kelahiran hidup
3.1.2. Angka kematian balita per-1.000 kelahiran hidup
3.1.3. Jumlah Kematian ibu
3.1.4. Angka kecelakaan Lalu Lintas per-1.00.000 penduduk.

3.10.1 . Angka Kematian Bayi (AKB)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian Bayi (0-12) adalah 35/1000 KH, yang artinya jumlah kematian bayi ……………….bayi/tahun atau …………..bayi/jam.
Jumlah kematian bayi yang terjadi di 16 desa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang sepanjang tahun 2008 sebanyak ………… kasus dari ………kelahiran hidup.
Jumlah kematian bayi di 16 desa Kecamatan Tanjung Morawa yang dilaporkan selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Data Kematian Bayi Kecamatan Tanjung Morawa yang dilaporkan Tahun 2007.
NO
DESA/
KELURAHAN

JUMLAH % LAHIR
MATI JLH BAYI MATI
LAHIR HIDUP LAHIR MATI LAHIR HIDUP + LAHIR MATI
1 Limau Manis 356 - 356 -
2 Tanjung Morawa B 235 - 235 1
3 Tanjung Morawa A 260 - 260 7
4 Bangun Rejo 218 - 218 -
5 Tanjung Baru 177 - 177 -
6 Medan Sinembah 143 - 143 -
7 Tanjung Morawa P 86 - 86 -
8 Dagang Kerawan 113 - 113 -
9 Bandar Labuhan 101 - 101 -
10 Lengau Seprang 45 - 45 -
11 Naga Timbul 81 - 81 1
12 Ujung Serdang 77 - 77 -
13 Punden Rejo 92 - 92 -
14 Tanjung mulia 39 - 39 -
15 Sei Merah 29 - 29 -
16 Aek Pancur 8 - 8 1
Dari Tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 adalah 4,85 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007, AKB Kecamatan Tanjung Morawa sebesar…………/1.000 kelahiran hidup.
3.10.2 Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan balita, seperti gizi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.
Pada tahun 2008 jumlah kematian balita yang dilaporkan di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 2 orang dari 2060 kelahiran hidup. Penyebab kematian balita tersebut adalah penyakit infeksi saluran atas.
Tabel 3.2 Data Kematian Balita Puskesmas Tanjung Morawa yang dilaporkan Tahun 2008.
NO DESA/KELURAHAN JLH LAHIR
HIDUP JUMLAH BALITA JUMLAH BALITA MATI
1 Limau Manis 356 1545 1
2 Tanjung Morawa B 235 1138 -
3 Tanjung Morawa A 260 686 -
4 Bangun Rejo 218 868 -
5 Tanjung Baru 177 806 -
6 Medan Sinembah 143 554 -
7 Tanjung Morawa P 86 1032 -
8 Dagang Kerawan 113 683 -
9 Bandar Labuhan 101 424 1
10 Lengau Seprang 45 433 -
11 Naga Timbul 81 489 -
12 Ujung Serdang 77 232 -
13 Punden Rejo 92 193 -
14 Tanjung mulia 39 176 -
15 Sei Merah 29 369 -
16 Aek Pancur 8 44 -
Jumlah Desa/Kelurahan 2060 9685 2
Angka Kematian (dilaporkan) = 0,97 per 1000 Kelahiran hidup


AKABA tersebut belum dapat menggambarkan angka kematian yang sebenarnya yang terjadi di masyarakat, sebab data tersebut diatas hanya mewakili kasus kematian balita yang dilaporkan.
3.10.3 Jumlah Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan Negara lainnya. Saat ini angka kematian ibu (AKI) 307/100.000 kelahiran Hidup (SDKI) yang berarti setiap tahun ada 18.300 kematian ibu; setiap bulan ada 1,500 kematian ibu; setiap minggu ada 352 kematian ibu; setiap hari ada 50 kematian ibu; da setiap jam ada 2 kematian ibu.
Jumlah kematian ibu melahirkan / maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan khususnya untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas.
Kasus kematian ibu di Puskesmas Tanjung Morawa pada tahun 2007 – 2008 dapat dilihat pada grafik 3.1 dibawah ini :
3.10.4 Angka Kecelakaan Lalu Lintas
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas adalah jumlah korban (meninggal dunia, cedera berat, cedera sedang dan cedera ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas.
Pada tahun 2008, kecelakaan yang terjadi di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 22 kejadian dan telah terjadi korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. Dari kejadian tersebut terdapat 4 orang luka berat dan 11 orang luka ringan. Jadi total kecelakaan yang terjadi di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 25 kasus korban kecelakaan.
Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 3.3. dibawah ini :
Tabel 3.3. Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polsek Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2008
NO DESA/KELURAHAN JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN JUMLAH KORBAN
MATI LUKA BERAT LUKA RINGAN JML % THD TOTAL KORBAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Tanjung Morawa A 4 1 - - 1 75%
2 Tanjung Morawa B 11 6 4 6 16 46%
3 Tanjung Morawa Pekan - - - - - -
4 Limau Manis 2 1 - - 1 50%
5 Bandar Labuhan - - - - - -
6 Dagang Kerawan - - - - - -
7 Bangun Rejo - - - - - -
8 Medan Sinembah - - - - - -
9 Tanjung Baru 4 1 - 5 6 50%
10 Tanjung Mulia 1 1 - - 1 0%
11 Naga Timbul - - - - - -
12 Ujung Serdang - - - - - -
13 Lengau seprang - - - - - -
14 Aek Pancur - - - - - -
15 Punden Rejo - - - - - -
16 Sei Merah. - - - - - -
JUMLAH (DESA/KELURAHAN)
22 10 4 11 25 14%
RASIO PER 100.000 PENDUDUK
Dari Tabel 3.3 di atas terlihat bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi di Desa Tanjung Morawa B dan selanjutnya Desa Tanjung Morawa A dan Desa Tanjung Baru. Desa tersebut merupakan desa yang lalu lintasnya paling padat dilalui oleh kendaraan bermotor.
3.2 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Angka Kesakitan (morbiditas) dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Dimana kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dapat mempengaruhi angka kesakitan tersebut. Data kesakitan di Kecamatan Tanjung Morawa dapat diperoleh dari hasil pencatatan kasus-kasus penyakit dari sarana dan pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, baik di desa maupun kecamatan.
Berikut gambaran sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Tanjung Morawa menurut laporan kunjungan rawat jalan maupun rawat inap dari 16 desa di Puskesmas pada tahun 2008.
Tabel 3.4. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa
No Penyakit Jumlah Kunjungan
1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas 9.841
2 Gigi 3.013
3 Penyakit Kulit Infeksi 1.185
4 Penyakit Tulang, Reumatik 1.162
5 Infeksi Usus Lainnya 1077
6 Diare 1073
7 Hipertensi 809
8 Rongga Mulut, Rahang 502
9 Penyakit Mata , Lainnya 256
10 Asma 230
Total 19148
Sumber : SP2TP Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, 2008.

Selanjutnya gambaran situasi kesakitan (morbiditas) di puskesmas tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 dapat dilihat dari beberapa penyakit di bawah ini, yaitu :

3.2.1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Penemuan penderita TB Paru BTA (+) adalah penemuan penderita TB Paru melalui pemeriksaan dahak dan diberikan tata laksana dan OAT di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Hasil penemuan kesakitan TB Paru di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.5. Data Kesakitan TB Paru di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008.
NO Jumlah Kasus 2006 2007 2008
1 TB Klinis 429
2 TB (+) Diobati 34
3 Sembuh 31
4 Penemuan BTA (+) Triwulan I
5 BTA (+) Diobati Triwulan I
6 Sembuh Triwulan I
7 % Sembuh
Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa,2008.



3.2.2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang selalu berada pada tingkat pertama dalam daftar 10 penyakit terbesar di Puskesmas Tanjung Morawa. Penyakit sistem pernafasan seperti pneumonia sering menyerang balita menurut Suvei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), salah satu penyebab kematian bayi dan balita adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut.

Tabel 3.6.Hasil Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita Tahun 2008
NO TAHUN JUMLAH PENDERITA
1 2008 312
Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa, 2008.

Selanjutnya jumlah penderita pneumonia, jumlah pneumonia balita, jumlah penderita pneumonia ditangani dan persentase balita ditangani dapat dilihat pada lampiran Tabel 9.

3.2.3. Persentase HIV/AIDS Ditangani
Persentase perkembangan HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) melalui suntikan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS. Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (Concentrated Level Epidemic) yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjajah seks dan pada para penyalahguna NAPZA (Profil Kesehatan Indonesia 2005).
Jumlah penderita yang dilaporkan saat ini jauh lebih kecil dari jumlah penderita sebenarnya, yang digambarkan sebagai fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang terjadi di Puskesmas Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini
Tabel 3.7. Kasus HIV/AIDS yang terjadi di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2006 – 2008.
NO TAHUN HIV / AIDS
KASUS DITANGANI
1. 2008 22 22
Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa

Pada tahun 2008 setelah dilakukan survei ditemukan 22 kasus HIV/AIDS dan seluruhnya ditangani. Selanjutnya penderita HIV/AIDS tersebut mendapatkan penanganan medis (100%). Namun demikian karena kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, maka dapat kita simpulkan bahwa masih ada lebih dari 22 orang lagi yang hidup dengan HIV/AIDS yang belum diketahui keberadaannya sehingga tidak mendapatkan penanganan secara medis. Puskesmas Tanjung Morawa saat ini telah memiliki Klinik VCT sendiri yang bekerjasama dengan LSM untuk penanggulangan dan menangani penderita HIV/AIDS dan hasilnya banyak bermanfaat bagi masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa.


3.2.4. Prevalensi HIV/AIDS (Persentase Terhadap Penduduk Beresiko)
Dari kasus HIV/AIDS yang diperoleh Klinik VCT Puskesmas Tanjung Morawa tidak saja berasal dari Kecamatan Tanjung Morawa tetapi ada juga yang berasal dari luar kecamatan. Kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah 22 kasus. Dimana tersebar dibeberapa desa, Tanjung Morawa B (1 kasus), Tanjung Morawa Pekan (6 Kasus), Limau Manis (1 kasus), Bandar Labuhan (7 kasus), Dagang Kerawan (1 kasus), Bangun Rejo (6 kasus).
Data tersebut memberikan informasi bahwa penularan HIV/AIDS sangat beresiko baik di kota maupun di desa. Untuk itulah diperlukan perhatian dan kerjasama seluruh komponen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menanggulangi HIV/AIDS. Dari data yang diperoleh tersebut diketahui bahwa prevalensi HIV/AIDS (persentase kasus terhadap penduduk beresiko) di 6 Desa yang memiliki kasus HIV/AIDS di Kecamatan Tanjung Morawa adalah 0,272 %. Jumlah kasus HIV/AIDS dapat dilihat pada lampiran Tabel 10.

3.2.5. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati
Tidak jauh berbeda dengan perkembangan kasus HIV/AIDS, kasus IMS juga terus menunjukkan peningkatan meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Data yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa menunjukkan bahwa jumlah kasus IMS mengalami peningkatan pada tahun belakangan ini.
Perkembangan kasus IMS di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Grafik 3.1.di bawah ini.
Grafik 3.1.Perkembangan Kasus IMS di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2007-2008





Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa 2008
Dari Grafik 3.1. diatas dapat kita lihat bahwa kasus IMS meningkat pada tahun 2008 kasus IMS tersebut paling banyak berasal dari Desa Tanjung Morawa B (17 kasus), Tanjung Morawa A (13 Kasus), Tanjung Morawa Pekan (13 kasus), Bangun Rejo (10 kasus), Limau Manis (6 kasus), Punden Rejo (6 kasus), Dagang Kerawan (4 kasus), Sei Merah (4 kasus), Bandar Labuhan (2 kasus).
Selanjutnya data mengenai IMS ini dapat dilihat pada lampiran Tabel 10.



3.2.6. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Per 100.000 Penduduk.
Penyakit DBD sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relative tinggi. Kecamatan Tanjung Morawa merupakan daerah epidemi DBD. Kasus DBD yang terjadi di Kecamatan Tanjung Morawa dalam 2 tahun belakangan ini dapat dilihat pada Grafik 3.2.berikut ini.

Grafik 3.2. Kasus DBD di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2007-2008.

Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa 2008.
Kasus Demam Berdarah (DBD) di Kecamatan Tanjung Morawa mengalami peningkatan cukup signifikan pada 2 tahun belakangan ini. Dari Grafik 3.2. diatas terlihat bahwa kasus DBD meningkat dari 7 kasus pada tahun 2007 meningkat menjadi 29 kasus pada tahun 2008.

3.2.7. Persentase DBD Ditangani
Seluruh penderita DBD pada tahun 2008 di Kecamatan Tanjung Morawa yang telah ditangani sebanyak 29 orang (100%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.8. di bawah ini.


Tabel 3.8. Kasus DBD Yang Ditangani di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2008.
NO DESA/
KELURAHAN DBD
JLH KASUS DITANGANI % DITANGANI
1 Tanjung Morawa A 4 4 100
2 Tanjung Morawa B 5 5 100
3 Tanjung Morawa Pekan 2 2 100
4 Limau Manis 2 2 100
5 Bandar Labuhan 5 5 100
6 Dagang Kerawan 2 2 100
7 Bangun Rejo 3 3 100
8 Medan Sinembah 1 1 100
9 Tanjung Baru 1 1 100
10 Tanjung Mulia - - -
11 Naga Timbul 1 1 100
12 Ujung Serdang 1 1 100
13 Lengau seprang 2 2 100
14 Aek Pancur - - -
15 Punden Rejo - - -
16 Sei Merah. - - -
JUMLAH (DESA/KELURAHAN) 29 29 100
Sumber : Bidang P2P Puskesmas Tanjung Morawa 2008

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2008, kasus terbanyak terjadi di Tanjung Morawa B dan Bandar Labuhan (5 kasus), Tanjung Morawa A (4 kasus), Bangun Rejo (3 kasus), Tanjung Morawa Pekan, Limau Manis, Dagang Kerawan, Lengau Seprang (2 kasus), dan Medan Sinembah, Tanjung Baru, Naga Timbul, Ujung Serdang (1 kasus). Dari kasus tersebut tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan bila dilihat dari kasus perdesa. Namun kita tetap harus waspada terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berbicara masalah fogging, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap tindakan ini sebagai satu-satunya solusi untuk menekan berkembangnya DBD. Padahal fogging atau pengasapan dengan insektisida hanya dapat membunuh nyamuk dewasa yang terbang saja. Masyarakat tidak tahu tindakan ini tidak efektif untuk membunuh telur ataupun larva / jentik nyamuk yang ada di penampungan air bak, tempayan, gentong, ban bekas, vas bunga dan lain-lain. Sebenarnya tindakan yang paling efektif adalah masyarakat menyadari tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Dengan Gerakan 3M merupakan tindakan yang paling efektif untuk pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu dengan cara menutup, menguras dan mengubur.


3.2.8. Persentase Balita Dengan Diare Ditangani
Pada tahun 2008 penderita balita diare di Puskesmas Tanjung Morawa sebanyak 329 orang dari 329 penderita diare yang dilaporkan. Keseluruhan penderita diare pada balita tersebut mendapatkan penanganan secara medis (100%).


3.2.9. Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk
Penyakit malaria masih menjadi permasalahan masyarakat di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium dengan perantara nyamuk Anopheles beberapa tahun terakhir ini muncul kemabali di beberapa bagian dunia. Kejadian malaria yang terjadi di sebagian Negara telah meningkatkan tidak hanya gangguan kesehatan masyarakat, tetapi juga telah menimbulkan kematian, menurunkan produktifitas kerja dan dampak ekonomi lainnya termasuk menurunnya pariwisata. Diduga sekitar 36% penduduk dunia terkena resiko malaria.
Wilayah Puskesmas Tanjung Morawa bukanlah merupakan daerah endemis. Namun demikian masih ada dilaporkan kasus malaria klinis (kasus dengan gejala klinis malaria seperti demam tinggi disertai menggigil), walau demikian penyakit ini tetap harus ditangani secara serius. Kejadian malaria pada tahun 2008 paling banyak terjadi di desa Ujung Serdang sebanyak 29 kasus malaria dibandingkan didesa lainnya di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa. (Lampiran Tabel 11)
3.2.10. Persentase Penderita Malaria Diobati
Meskipun yang dilaporkan adalah kasus malaria klinis, petugas kesehatan tetap menangani pasien dengan keluhan demam tinggi disertai menggigil tersebut. Seluruh penderita malaria klinis yang terjadi pada tahun 2008 di Puskesmas Tanjung Morawa mendapatkan pelayanan medis/pengobatan (100%).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit malaria di Puskesmas Tanjung Morawa seperti Suveilance Malaria yaitu dengan melakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap perkembangan penyakit ini dan kelambunisasi. Bentuk pelayanan yang diberikan terhadap penderita malaria adalah pemeriksaan darah dan pengobatan.


3.2.11 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi kusta pada bulan Juni 2000. Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, 2007).
Pada tahun 2008 di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa tidak ada kasus kejadian penderita kusta yang dilaporkan di 16 desa.


3.2.12 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani
Pada tahun 2008 setelah dilakukan pelacakan kasus filariasis di 16 desa yang berada di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa tersebut tidak diperoleh penderita filariasis.

3.2.13. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang dibahas dalam profil ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

a. Penyakit Difteri
Penyakit Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diphteriae ditandai dengan pembentukan membran di kerongkongan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernapas. Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah.
Kasus difteri tidak ditemukan di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa di sepanjang tahun 2008 (Lampiran Tabel 14). Suatu kondisi yang sangat baik sekali bila kita mengevaluasi program kegiatan terkait dengan penyakit difteri bila kita mengambil data dasar yang dilaporkan tersebut.

b. Penyakit Pertusis
Penyakit pertusis adalah penyakit membran mukosa pernafasan dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk kering. Masyarakat awam lebih mengenalnya dengan istilah batuk rejan
Pada tahun 2008 di Puskesmas Tanjung Morawa tidak ditemukan kasus Pertusis (Lampiaran Tabel 14).

c. Penyakit Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi bakteri dari luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiperrefleksi, yang mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glottis, spasme otot umum, opistotonus, spasme respiratoris, serangan kejang dan paralisis. Semua orang rentan terhadap tetanus. Pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid (TT) dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan paling sedikit selama 10 tahun setelah pemberian imunisasi lengkap. Kekebalan pasif sementara didapat setelah pemberian Tetanus Immunoglobin (TIG) atau setelah pemberian tetanus anti serum.
Selama Tahun 2008 ini di Puskesmas Tanjung Morawa dilaporkan tidak ada kasus tetanus ( Lampiran tabel 14).

d. Penyakit Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah suatu bentuk infeksius yang berat, dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir. Disebabkan oleh factor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis, atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan kekurangan imunisasi maternal. Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.
Kasus tetanus neonatorum yang dilaporkan pada tahun 2008 adalah tidak ada kasus kejadian tetanus Neonatorum (Lampiran tabel 14).

e. Penyakit Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbilivirus yang ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), yang terjadi pertama kali saat anak-anak.
Kasus campak di Puskesmas Tanjung Morawa pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 23 kasus (Lampiran Tabel 14).

f. Penyakit Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu akut)
Penyakit polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia kurang dari 3 (tiga) tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya.
Pada tahun 2008 dilaporkan tidak ada kejadian penyakit polio di Puskesmas Tanjung Morawa. Tentu saja hal ini sangat mengembirakan kita, karena 1 (satu) saja kasus polio terjadi itu merupakan suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) (Lampiran Tabel 14).

g. Penyakit Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis (A, B, C, D dan E). Pada tahun 2008 dilaporkan tidak terjadi kasus Hepatitis B di Puskesmas Tanjung Morawa (Lampiran Tabel 14).


3.3. STATUS GIZI
3.3.1 Persentase Kunjungan Neonatus
Pada tahun 2008 dilaporkan jumlah neonatus yang ada di Puskesmas Tanjung Morawa adalah 2299 orang dengan jumlah kunjungan sebanyak 2068 neonatus (89,95%). Persentase kunjungan neonatus tertinggi di Puskesmas Tanjung Morawa terdapat didesa Ujung Serdang. Sedangkan persentase terendah berada di desa Tanjung Morawa Pekan (Lampiran Tabel 15).

3.3.2. Persentase Kunjungan Bayi
Pada tahun 2008 dilaporkan persentase kunjungan bayi sebesar 85,94% dari 2397 jumlah bayi yang ada di Puskesmas Tanjung Morawa. Persentase kunjungan bayi tertinggi pada tahun 2008 di Puskesmas Tanjung Morawa ada di desa Limau Manis. Sedangkan persentase kunjungan bayi terendah berada di desa Aek Pancur (Lampiran Tabel 15).

3.3.3 Persentase BBLR Ditangani
Bayi berat lahir rendah atau biasa disingkat dengan BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Penanganan terhadap BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberianvitamin K; Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. Metode alternative yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan dalam merawat BBLR adalah menggunakan metode kanguru. BBLR dibedakan dalam 2 (dua) kategori yaitu: BBLR karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa di Puskesmas Tanjung Morawa tidak dijumpai BBLR. Hal ini terlihat pada lampiran tabel 15.

3.3.4. Balita dengan Gizi Buruk
Status gizi balita merupakan salah satu indicator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U). Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score -2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai -3 SD).
Menurut laporan yang diterima kepada Puskesmas Tanjung Morawa dengan 16 Desa, pada tahun 2008 terdapat 4 (empat) orang balita dengan gizi buruk yaitu di Desa Bandar Labuhan (1 orang), Tanjung Morawa A (2orang), dan Naga Timbul (1 orang), dan balita yang ditimbang diBawah Garis Merah sebanyak 37 balita dari 9663 balita yang ditimbang. Untuk mengatasi hal tersebut , maka pihak Puskesmas telah memberikan makanan tambahan bagi balita BGM dan gizi buruk serta mengadakan penyuluhan setiap ada kegiatan posyandu di setiap desa.

Tabel 3.10. Persentase Balita yang naik Berat Badannya , Balita Bawah Garis Merah dan Balita Gizi Buruk di Kecamatan Tanjung Morawa Tahu 2008.
No Uraian 2008
1 Jlh Balita 9663
2 Ditimbang 6290
3 BB Naik 6056
4 BGM 37
5 Gizi Buruk 4
6 % Ditimbang 6290
7 % BB Naik 6056
8 % BGM
9 % Gizi Buruk
Sumber : Bidang Gizi Puskesmas Tanjung Morawa










BAB IV
PEMBAHASAN

Puskesmas tanjung morawa kecamatan tanjung morawa terdapat 7 program prioritas 10 program pengembangan. Dari ke 7 program tersebut, kelompok menemukan preoritas masalah dan akan dibahas dalam bab ini yaitu ISPA.
1. ISPA (Infeksi Saluran Nafas Akut)
Berdasarkan Informasi dari data kunjungan pasien Puskesmas tanjung morawa terdapat 3 bulan berturut-turut dengan angka yang cukup tinggi yaitu penderita ispa. Dari seluruh desa naungan puskesmas tanjung morawa pada bulan Januari terdapat pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan keluhan ispa usia 0 - >70 Tahun yaitu sebanyak 1094 pasien. Untuk itu kelompok dengan persetujuan dari Puskesmas menganggap perlu dilakukan penyuluhan menngenai ISPA agar seluruh masyarakat dapat memahami tentang ISPA dan dapat mengantisipasi terhadap Penyakit ISPA tersebut, terutama dalam hal kebersihan lingkungan dan utntuk membawakan anaknya untuk ber Imunisasi guna untuk mencega terjadinya ISPA pada balita.








BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan pungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta maswyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (DEPKES RI, 1991).
Puskesmas tanjung morawa merupakan salah satu

Program yang terdapat dipuskesmas ini pada umumnya telah berjalan dengan baik salah satunya yaitu pemberantasan penyakit menular (P2M).program ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit,meningkatkan kesehatan yang optimal dan menurunkan angka kematian dan kesakitan.hal ini telah dilakukan dengan baik oleh pihak puskesmas,dimana kegiatan tidak hanya dilakukan didalam gedung tetapi juga diluar gedung dengan melakukan penyuluhan,posyandu dan PNS (pemberantasan sarung nyamuk).

Program pengobatan adalah segala bentuk pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang untk menghilangkan penyakit atau gejala gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan cara dan teknologi khusus.dalam program ini, penyakit ISPA merupakan penyakit tertinggi yang ditemukan dipuskemas tanjung merowa

Sistem pencatatan dan pelaporan sudah diterapkan dengan baik oleh setiap bagian di puskesmas tanjung morawa.hal ini dibuktikan dengan tersedianya laporan yang aktual tiap bulannya mengenai seluruh kegiatan puskesmas tanjung morawa.
B.SARAN
1. program pemberantasan menular (P2M) sudah dilakukan dengan baik tetapi kurang optimal sehingga masih didapat kasus yang tidak tuntas pemberantasannya,hendaknya masyrakat mendukung puskesmas agar kegiatan dilaksanakan tersebut dapat berjalan dengan baik.Dalam kasus DBD (demam berdarah) hendaknya survey dilakukan secara rutin agar dapat terdeteksi DBD secara cepat sehingga penanganannya dapat cepat dan optimal.
2. hendaknya program pelayanan pengobatan dapat di tingkatkan pela ksanaannya, terutama terhadap kasus ISPA yang merupakan ka sus tertinggi yan g di temukan di puskesmas tanjung morawa.
3. Hendaknya petugas kesehatan mempertahankan kegiatan –kegiatan positf yang selami ini sudah dilaksanakan sehingga kecematan sehat dan sejahtera ditahun 2010 dapat cepat tercapai.
4. Program imunisasi dilakulkan disetiap desa oleh bidan desa dan dibantu oleh kader hendaknya ditingkatkan setiap bulannya.

SATUAN ACARA PENYULUHAN
I S P A

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:


1. ABED NEGO SIHOTANG
2. SURYA NINGSIH
3. SURTI MAYA SARI
4. SRIJUANI MARPAUNG
5. GURUH DARTA PRAYOGA
6. VICKI DAFAILRA SARAGIH
7. SUPIANTA BANGUN
8. YASIR ARIFIN
9. SULINEM
10. SAFITRI


















SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
DELI HUSADA DELITUA
2009









SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA B


Topik : Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
Tempat : Puskesmas Tanjung Morawa B
Tanggal : 23 April 2009

TIU : Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami apa yang dimaksud dengan ispa.

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan Pengertian ISPA
- Menjelaskan Klasifikasi Penyakit Ispa
- Menjelaskan Penyebab Ispa pada Balita
- Menjelaskan Tanda dan gejala Ispa
- Menjelaskan Gejala Ispa Ringan
- Menjelaskan gejala Ispa Sedang
- Menjelaskan Gejala Ispa Berat
- Menjelaskan cara pengobatan Ispa
- Menjelaskan cara pencegahan
- Menjelaskan Cara Pemberantasan Ispa

Penyuluh : Mahasiswa STIKes DELI HUSADA Delitua
Media : Leaflet
Metode : PENYULUHAN
Evaluasi : Tanya Jawab
Sumber :

SATUAN ACARA PENYULUHAN

No
Uraian Kegiatan Waktu
Perawat Masyarakat
1. Pembukaan  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan pokok bahasan
 Mengadakan review
 Menjawab salam
 Mendengarkan
 Mendengarkan

 Merespon
5 Menit
2. Isi  Menjelaskan defenisi ispa
 Menjelaskan klasifikasi penyakit ispa
 Menjelaskan Penyebab ispa pada balita
 Menjelaskan Tanda dan gejala ispa
 Menjelaskan Cara pengobatan
 Menjelaskan cara pencegahan ispa
 Menjelaskan cara pembrantasan ispa
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami


15 Menit
3. Penutup  Membuat kesimpulan dengan Mahasiswa
 Mengucapkan kata penutup
 Mengucapkan salam  Masyarakat Merespon dan menjawab.
 Mendengar
 Menjawab salam
5 Menit



INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005):
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).
2. Penyakit ISPA pada Balita
a. Klasifikasi Penyakit ISPA
Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini di samping digunakan cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
1). Pemeriksaan
2). Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
3). Penentuan klasifikasi penyakit
4). Pengobatan dan tindakan
Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan hingga < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.
b. Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 95).
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005)
d. Tanda dan Gejala
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002):
1). ISPA ringan bukan pneumonia
2). ISPA sedang, pneumonia
3). ISPA berat, pneumonia berat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.
1). Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
a). Batuk.
b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
2). Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b). Suhu lebih dari 390C.
c). Tenggorokan berwarna merah.
d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.
3). Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a). Bibir atau kulit membiru
b). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h). Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.
e. Pencegahan ISPA
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1). Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a). Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
b). Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c). Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d). Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
e). Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
Dinkes DKI (2005)
2). Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).
3). Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).
4). Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

Pengobatan pada ISPA
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :
1. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
2. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
3. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
4. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
5. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

SATUAN ACARA PENYULUHAN
D B D

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:


1. ABED NEGO SIHOTANG
2. SURYA NINGSIH
3. SURTI MAYA SARI
4. SRIJUANI MARPAUNG
5. GURUH DARTA PRAYOGA
6. VICKI DAFAILRA SARAGIH
7. SUPIANTA BANGUN
8. YASIR ARIFIN
9. SULINEM
10. SAFITRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
DELI HUSADA DELITUA
2009



SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA B


Topik : Demam Berdarah Dengue
Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit
Sasaran : Masyarakat yang ikut penyuluhan
Tempat : Puskesmas Tanjung Morawa B
Tanggal : 30 April 2009

TIU : Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan Pengertian DBD
- Menjelaskan Penyebab DBD
- Menjelaskan Pencegahan DBD
- Menjelaskan Tanda dan gejala DBD
- Menjelaskan Pengobatan DBD

Penyuluh : Mahasiswa STIKes DELI HUSADA Delitua
Media : Leaflet
Metode : PENYULUHAN
Evaluasi : Tanya Jawab
Sumber :

SATUAN ACARA PENYULUHAN



No
Uraian Kegiatan Waktu
Perawat Masyarakat
1. Pembukaan  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan pokok bahasan
 Mengadakan review
 Menjawab salam
 Mendengarkan
 Mendengarkan

 Merespon
5 Menit
2. Isi  Menjelaskan defenisi DBD
 Menjelaskan Pencegahan DBD
 Menjelaskan Penyebab DBD
 Menjelaskan Tanda dan gejala DBD
 Menjelaskan pengobatan
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami
 Mendengarkan dan memahami


15 Menit
3. Penutup  Membuat kesimpulan dengan Mahasiswa
 Mengucapkan kata penutup
 Mengucapkan salam  Masyarakat Merespon dan menjawab.
 Mendengar
 Menjawab salam
5 Menit

Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian DBD
Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Beberapa jenis nyamuk yang bisa ditemukan di sekitar rumah.
* Nyamuk Anopheles
Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria. "Nyamuk malaria banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terekspos sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air."
Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari.
Banyak jenis nyamuk Anopheles yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Ada Anopheles sundaicus yang banyak terdapat di air payau, seperti di Kepulauan Seribu. Nyamuk ini berkembang biak di lingkungan yang banyak ditumbuhi ganggang. Ia akan meletakkan telurnya di ganggang hijau yang banyak reniknya, sehingga begitu menetas, jentiknya langsung mendapat makanan renik yang hidup di antara ganggang tersebut.
Ada lagi Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis yang banyak terdapat di perbukitan, seperti di Bukit Manoreh, Yogyakarta. Biasanya nyamuk ini bertelur di mata air, di air rembesan, atau di sungai yang tak deras airnya, seperti di antara bebatuan sungai. Ada lagi Anopheles aconitus yang banyak hidup di daerah pesawahan atau saluran-saluran air yang ada rumputnya. Selain yang sudah disebutkan, masih banyak lagi jenis Anopheles lainnya. Menurut Soeroto ada sekitar 70 jenis nyamuk ini.
Penyakit malaria yang ditimbulkan pun jenisnya bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Semisal, ada malaria falsiparum, vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk Anopheles bisa juga menyebabkan penyakit kaki gajah.

• Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk inilah yang menyebabkan penyakit demam berdarah. Pada tubuhnya tampak bercak hitam-putih. Bila dilihat dengan kaca pembesar, di sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar dua buah arit berwarna putih. Paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Ia bertelur dan menetas di dinding bejana air. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan selama 2-3 bulan.
Nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari, antara pukul 08.00 - 12.00 dan 15.00 - 17.00. Bila nyamuk ini sudah menggigit orang atau binatang, pada hari ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas. Setelah 8 hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali nyamuk bertelur, sehingga si betina akan mencari darah lagi. Jadi, kalau nyamuk itu menggigit seorang penderita demam berdarah, maka kurang lebih dalam 10 hari nyamuk tersebut sudah infektif atau mengandung virus demam berdarah. Bila menggigit orang, virusnya akan masuk ke tubuh orang yang digigit. Virus demam berdarah akan ada selama nyamuk itu hidup. Karena setiap 2 hari sekali dia menggigit, maka virusnya bisa masuk ke orang lain lagi. Demikian terus penyebarannya.
Menurut Soeroto, paling jauh nyamuk ini terbang dalam radius kurang lebih 50-100 meter ke kanan-kiri sekitar rumah. Jadi telur nyamuk demam berdarah bisa berada sekitar itu. "Oleh karena itu, bila sudah ada kasus demam berdarah di sekitar rumah kita, segeralah dilakukan pengasapan. Maksudnya, untuk membunuh nyamuk yang mengandung virus/nyamuk yang infektif, supaya tak ada penularan demam berdarah."

Ciri – ciri nyamuk Aedes Aegypti

1. Sifat-sifat Nyamuk Aedes Aegypti
• Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya
• Berkembangiak di tempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang mis :
• Bak mandi/wc, tempayan, drum
• Tempat minumburung
• Vas bunga, pot tanaman air
• Kaleng, ban bekas,botol
• Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiak di selokan/got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah
• Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi hari sampai sore hari
• Mampu terbang sampai 100 m
2. Sifat-sifat Jentik Aedes Aegypti
• Ukuran 0,5 – 1 cm
• Selalu bergerak aktif dalam air
• Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawahdan seterusnya
• Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegaklurus dengan permukaan air
3. Sifat-sifat telur Nyamuk Aedes Aegypti
• Ukurannya sangat kecil : 0,7 mm
• Warna hitam
Tahan sampai 6 bulan di tempat kerin
Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air
(TPA) atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang sedikit di bawah
1. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari
2. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia dan bertelur
Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan sedangkan nyamuk jantan 14 hari


• Nyamuk Aedes albopictus

Spesies ini juga bisa menularkan demam berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak terdapat di kebun atau di halaman rumah. Cirinya hampir sama dengan Aedes aegypti, yaitu bercak-bercak putih di badan. Bila dilihat dengan kaca pembesar tampak di median punggungnya ada garis putih.
Waktu menggigitnya pun sama dengan Aedes aegypti, yaitu di pagi dan sore hari. Bertelurnya di air tergenang, misalnya pada kaleng-kaleng bekas yang menampung air hujan di halaman rumah. Pada musim penghujan, nyamuk ini banyak terdapat di kebun atau halaman rumah karena di situ terdapat banyak tempat yang terisi air.

• Nyamuk Culex fatiqans

Nyamuk rumah ini menggigit di malam hari. Hinggapnya di mana saja, entah itu di pakaian yang tergantung maupun di dinding rumah. Warna nyamuknya bermacam-macam, ada yang hitam, ada juga yang cokelat. Telurnya mengelompok, seperti membentuk rakit. Jentiknya menggantung di air. Ciri nyamuk ini, saat hinggap posisi tubuhnya tidak menukik tapi mendatar.
Ia lebih banyak ditemui di air keruh atau tempat yang banyak mengandung material organik atau bahan makanan, seperti di got. Meski begitu, dia juga suka berada di air yang jernih.
Nyamuk ini bisa menjadi perantara penyakit kaki gajah atau filariasis. Penyakit ini penyebabnya adalah cacing Wuchereria bancrofti yang berada dalam darah seorang penderita. Bila nyamuk mengisap darah penderita yang mengandung bibit filariasis, maka cacing dari penderita tersebut bisa terbawa dan ditularkan pada orang lain lewat gigitannya. "Dulu di Jakarta banyak dijumpai penyakit ini, tapi sekarang sudah berkurang," ujar peneliti yang pernah mendapat Meritorious Honour Award (1993) dari pemerintah Amerika Serikat, karena menemukan teknik pembiakan in vitro cacing filarial penyebab kaki gajah.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimptomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

2.Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

3. Gejala Demam Berdarah Dengue
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
• Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)
• Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
• Hepatomegali (pembesaran hati).
• Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
• Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm³.
• Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
• Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
• Pendarahan pada hidung dan gusi.
• Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Masa Inkubasi Demam Berdarah Dengue
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
Penularan Demam Berdarah Dengue
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.


4. Pencegahan DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
• Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
• Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
• Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
• Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
• Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
• Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
• Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat dan juga menggunakan seperti :
PENGGUNAAN ABATE DAN PROGRAM 3M

Setelah mengenal beberapa jenis nyamuk tersebut, kita bisa mengetahui upaya pencegahan dari penularan penyakitnya. Namun, Soeroto masih meragukan anggapan masyarakat bahwa dengan menanam pohon sereh di halaman atau kebun kita akan dapat mengusir nyamuk dari sekitar rumah. "Pendapat ini masih perlu pembuktian. Masalahnya, walau kita tak menanam pohon ini, asalkan tak ada air, maka tak ada nyamuk. Lain halnya kalau serehnya dibuat minyak dan digosokkan ke tubuh kita agar tak digigit nyamuk memang betul," kata Soeroto.
Cara menghindari nyamuk bisa menggunakan kasa nyamuk pada seluruh bagian rumah. Selain itu, hindari menggantung baju di kamar-kamar.
Saran Soeroto lainnya, untuk pencegahan bahaya nyamuk yang rutin, terutama demam berdarah, maka gunakan abate. Bentuknya seperti butiran pasir kecokelatan dan agak berbau. Pemberian obat ini dimaksudkan untuk memberantas jentik nyamuk demam berdarah yang ada di bak mandi, di tempayan, di dalam vas bunga, dan lainnya.
Abate akan larut dalam air dan residunya akan membekas, serta menempel di dinding bejana air tersebut. Jadi, begitu jentik nyamuk Aedes aegypti berkontak langsung dengan dinding, ia akan mati. Takaran pemberian abate adalah satu sendok makan peres untuk satu drum air berisi 200 liter. Sehabis diberi abate, air yang sudah direbus bisa diminum. Namun kalau pemberian abatenya kebanyakan, maka air tersebut bisa berbau (terkontaminasi), sehingga orang tak mau meminumnya.
Daya tahan abate dalam tempat air lamanya sekitar 2-3 bulan. Hanya saja yang perlu diingat, menurut Soeroto, bila tempat air tersebut dikuras dan disikat dindingnya, maka daya basmi abate yang mestinya bertahan 2-3 bulan akan hilang pula. Jadi, seharusnya sehabis bak mandi itu disikat, diberi lagi abate.
Ada lagi metode lain yang dianjurkan pemerintah, yaitu dengan 3 M: menguras, menutup bak mandi, serta mengubur barang bekas yang bisa menampung air. "Sebenarnya, masih kurang satu tahapan lagi. Karena bila barang bekas yang menampung air tadi ditanam, kita berarti menghilangkan tempat perindukan nyamuk. Padahal, nyamuk betina yang mau bertelur itu jeli sekali. Air sedikit apa pun, dia pasti tahu.
Oleh karena itu, sediakan saja bejana berisi air yang sudah diberi abate. Dengan abate, begitu telur menetas dan jentik berkontak dengan dinding bejana, maka jentik akan mati atau tidak tumbuh menjadi nyamuk. Namun, pelaksanaan cara ini harus konsisten. "Pemberian abate juga harus disesuaikan, misalnya untuk di vas bunga tentunya tak perlu banyak.

Apa yang dimaksud dengan gerakan "3M"?
1. "Gerakan 3M" adalah kegiatan yang dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes Aegypti, penular penyakit DBD
2. Daur hidup nyamuk Aedes Aegypti terdiri dari : telur,jentik dan kepompong. Telur,jentik dan kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akan mati bila airnya dibuang ke dalam got atau tempat pembuangan air lainnya.
3. Agar supaya telur,jentik dankepompong tersebut tidak menjadi nyamuk, maka perlu dilakukan 3M secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali yaitu
• Menguras tempat-tempat penampungan air seperti tempayan, drum, bak mandi/bak wc dan lain-lain atau menaburkan bubuk abate
• Menutup rapat-rapat tempat penampunganair, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya.
• Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng-kaleng bekas, plastik bekas dan lain-lain
Mengapa Perlu Menggerakkan Masyarakat dalam "3M" ?
1. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang
2. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aigiptin lain-lain
3. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, Balai desa danlain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat beresiko untuk tertular penyakit DBD
4. Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vacsin untuk pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya cara untuk memberantas penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk Aedes Aegypti
5. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah dengan memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya, yaitu tempat-tempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang di rumah-rumah dan tempat-tempat umum sekurang-kurangnya seminggu sekali. Kegiatan ini dikenal sebaai Gerakan ”3M”
6. Agar kita bebas dari ancaman penyakit DBD, maka kegiatan 3M ini harus dilakukan oleh seluruh masyarakat, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menggerakkan masyarakat dalam”3M”
5. Pengobatan DBD
Pengobatan penderita Demam Berdarah adalah dengan cara:
• Penggantian cairan tubuh.
• Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter –2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
• Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.











10 JENIS PENYAKIT TERBESAR

PUSKESMAS : T.MORAWA
BULAN : JANUARI
TAHUN : 2009
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PENDERITA TOTAL
0-7Hr 8-28Hr 1Bl<1Th 1-4Th 5-9Th 10-14Th 15-19Th 20-44Th 45-54Th 55-59Th 60-69Th >70Th
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 ISPA 71 158 158 50 30 278 107 36 43 37 1094
2 GIGI 10 31 13 32 124 36 13 9 4 272
3 DIARE 9 34 18 10 7 33 15 11 8 6 151
4 INFEKSI PENY USUS 5 21 4 8 3 57 25 6 13 3 145
5 PENY KULIT INFEKSI 1 18 15 10 10 20 20 15 20 11 140
6 RHEUMATIK 2 17 20 13 33 21 106
7 HIPERTENSI 10 14 10 21 23 78
8 MATA 3 1 5 2 15 6 5 6 2 45
9 HYPEREMESIS 40 40
10 TYPUS 5 7 5 11 28
Daftar jenis penyakit sesuai data kesakitan (LB1)
JUMLAH KUNJUNGAN MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
0-<1TH 1-4TH 5-9TH 10-14TH 15-19TH 20-44TH 45-54TH 55-59TH 60->69TH >70TH TOTAL
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
50 50 137 143 155 129 106 97 59 74 175 449 74 106 65 54 48 83 32 32 2118
L=Laki-laki, P= Perempuan Tanggal,20 Maret 2009
Ka.Puskesmas T.Morawa

Dr.Dameria Ginting

10 JENIS PENYAKIT TERBESAR

PUSKESMAS : T.MORAWA
BULAN : FEBRUARI
TAHUN : 2009
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PENDERITA TOTAL
0-7Hr 8-28Hr 1Bl<1Th 1-4Th 5-9Th 10-14Th 15-19Th 20-44Th 45-54Th 55-59Th 60-69Th >70Th
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 13 14 15
1 ISPA 108 153 126 39 37 204 74 52 46 39 878
2 GIGI 18 53 19 17 115 27 10 4 3 266
3 DIARE 12 16 9 5 4 43 5 5 5 3 107
4 INFEKSI PENY USUS 3 6 3 6 7 79 31 5 9 6 155
5 PENY KULIT INFEKSI 5 21 15 14 11 26 18 7 3 3 123
6 RHEUMATIK 34 27 15 18 19 133
7 HIPERTENSI 5 17 13 30 18 83
8 PEY JAMUR 1 4 5 3 3 3 3 15 18 19 35
9 HYPEREMESIS 49 49
10 ALERGI 2 5 4 2 5 5 4 2 1 30
Daftar jenis penyakit sesuai data kesakitan (LB1)
JUMLAH KUNJUNGAN MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
0-<1TH 1-4TH 5-9TH 10-14TH 15-19TH 20-44TH 45-54TH 55-59TH 60->69TH >70TH TOTAL
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
67 68 110 128 121 115 58 51 54 56 141 455 86 138 49 75 61 75 50 53 2011
L=Laki-laki, P= Perempuan Tanggal,20 Maret 2009
Ka.Puskesmas T.Morawa


Dr.Dameria Ginting
10 JENIS PENYAKIT TERBESAR

PUSKESMAS : T.MORAWA
BULAN : MARET
TAHUN : 2009
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PENDERITA TOTAL
0-7Hr 8-28Hr 1Bl<1Th 1-4Th 5-9Th 10-14Th 15-19Th 20-44Th 45-54Th 55-59Th 60-69Th >70Th
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 13 14 15
1 ISPA 76 112 91 39 31 315 88 19 34 30 835
2 GIGI 16 48 16 13 82 44 4 6 9 238
3 DIARE 14 15 5 7 3 10 26 5 5 5 95
4 INFEKSI PENY USUS 2 10 9 3 6 67 35 7 12 10 161
5 PENY KULIT INFEKSI 6 15 16 10 9 30 13 1 5 5 110
6 RHEUMATIK 43 25 14 21 13 116
7 HIPERTENSI 14 18 21 13 11 77
8 MATA 4 4 2 8 4 4 2 28
9 HYPEREMESIS 51 51
10 TONSILITIS 2 4 3 1 10 20
Daftar jenis penyakit sesuai data kesakitan (LB1)
JUMLAH KUNJUNGAN MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
0-<1TH 1-4TH 5-9TH 10-14TH 15-19TH 20-44TH 45-54TH 55-59TH 60->69TH >70TH TOTAL
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
66 57 104 109 113 112 61 57 39 67 127 409 77 143 35 59 73 73 57 40 1870
L=Laki-laki, P= Perempuan Tanggal,20 Maret 2009
Ka.Puskesmas T.Morawa


Dr.Dameria Ginting


LAPORAN BULANAN KEMATIAN
Kode puskesmas :
Puskesmas : Tanjung Morawa
Kecamatan : Tanjung Morawa
Puskesmas pembantu : IV (Empat)
Kota : Bulan : Februari
Propinsi : Sumatera Utara Tahun : 2009

No Sebab kematian JUMLAH KEMATIAN MENURUT GOLONGAN UMUR Jumlah
< 1 Tahun 1
s/d
4 Thn 5
s/d
14 Thn 15
s/d
24 Thn 25
s/d
34 Thn 35
s/d
44 Thn 45
s/d
54 Thn 55
s/d
64 Thn 65 Thn
<1 bulan 1 bln < 1tn
0-7 hr 8-1 bln
1. Diare
2. Diptheri
3. Pertusis
4. Tetanus Neonaturum
5. Tetanus
6. Campak
7. T B C
8. Pnemonia
9. D B D
10. Trauma Lahir
11. Asfiksia
12. Keguguran
13. Perdarahan pada kehamilan & Nifas
14. Rintangan Persalinan
15. Infeksi pada kehamilan & nifas
16. Jantung 1 2 3
17. Hipertensi 1 2 2 5
18. Radang Hati Menular
19. Radang Hati Menahun
20. Kencing Manis 3 4 7
21. Kelainan Ginjal 1 1
22. Kanker
23. Malaria
24. Kecelakaan 1 1
25. Keracunan Makanan
26. Pembunuhan/dibunuh 1 2 1 4
27. DLL
Jumlah 1 1 2 1 3 7 6 21 Orang


Mengetahui,
Kepala Puskesmas Petugas SP2TP

dr. Dameria Ginting Rustama S
NIP 140 351 741 NIP 140 330 294


FOTO PERPISAHAN DI PUSKESMAS